Hampir Setengah Remaja Indonesia Rahasiakan Aktivitas Online
- Pixabay
VIVA.co.id – Mendidik generasi muda untuk menjadi pribadi yang bermoral bukanlah hal yang mudah. Apalagi, saat ini, banyak pengaruh negatif yang ditimbulkan dari kecanggihan teknologi.
Untuk itu, hal ini perlu diwaspadai para orangtua, dan semua orang yang peduli pada pembentukan moral generasi muda mendatang.
Dilansir laman Sahabat Keluarga Kemendikbud, penelitian mengejutkan dimuat Kaspersky Lab, sebuah perusahaan riset asal Rusia yang memproduksi perangkat lunak komputer dan lembaga IconKids & Youth, lembaga survei yang berbasis di Muncih, Jerman. Mereka meluncurkan hasil surveinya atas ribuan remaja di beberapa kota besar di Indonesia.
Kedua lembaga tersebut menyebutkan, hampir separuh atau sekitar 44 persen anak remaja di Indonesia menyembunyikan aktivitas onlinenya dari orangtuanya.
Hanya ada sekitar 33 persen anak-anak berusia 8-10 tahun yang memberitahukan aktivitas online mereka kepada orangtuanya. Namun, ketika anak-anak itu sudah memasuki usia remaja antara 14-16 tahun, maka aktivitas onlinenya tersebut semakin disembunyikan rapat-rapat dari orangtuanya.
Sekitar 30 persen dari anak remaja berusia 14-16 tahun ini mengaku seringkali secara sengaja mengambil langkah-langkah tertentu agar dapat terlepas dari kontrol orangtua dalam mengakses Internet melalui smartphonenya. Salah satu caranya adalah dengan cara menggunakan sandi pada perangkat smartphone mereka dan menghapus riwayat aktivitas onlinenya agar tidak diketahui oleh orangtua.
Selain itu, sekitar 14 persen anak remaja juga telah menggunakan aplikasi khusus yang diunduh dari Google Play Store untuk menyembunyikan sejumlah file yang mereka unduh dari Internet, agar tidak diketahui oleh orangtuanya.
Parahnya, menurut survei tersebut, sebesar 56 persen orangtua tidak mengetahui apa-apa mengenai jumlah aktual waktu yang anak-anak mereka habiskan saat melakukan akses Internet, sementara hampir 70 persen orangtua juga tidak mengetahui tentang unduhan ilegal atau cyberbullying.
Komunikasi orangtua dan remaja
Menyusul hasil penelitian yang mencengangkan ini, para peneliti di Kaspersky Lab dan lembaga IconKids & Youth menilai, saat ini bertebaran konten-konten negatif dan mengancam jiwa anak-anak remaja yang dengan gampang diakses.
Para peneliti menyatakan, jika ada komunikasi yang baik antara orangtua dan anak, anak remaja akan memahami dan mengindari konten negatif dan ancaman siber tersebut. Masalahnya, komunikasi antara orangtua dan anak saat ini semakin berkurang.
Padahal, hasil survei tersebut juga menemukan data, sebesar 75 persen anak remaja mengaku akan merasa terbantu jika orangtua berbicara dengan mereka mengenai ancaman siber. Namun, para remaja itu beralasan, masih banyak orangtua yang dianggap belum komunikatif dan mengabaikan kegiatan anaknya pada saat melakukan aktivitas online.
Pendidikan dari orangtua terhadap anak saat ini memiliki peranan yang sangat penting, terutama dalam memberikan perlindungan kepada anaknya secara online.
Kaspersky berpandangan jika anak remaja berpikir bahwa orangtua mereka mampu dengan tenang membahas permasalahan yang mereka hadapi pada dunia maya maka anak remaja akan jauh lebih mungkin untuk mencurahkan unek-uneknya kepada orangtuanya dibandingkan dengan temannya.