Gadis ini Sering Keluar Darah dari Mata, Dokternya Heran

Marnie Harvey
Sumber :
  • Daily Mail
VIVA.co.id - Seorang gadis berusia 17 tahun di Inggris, Marnie Harvey, menderita kondisi misterius yang mengerikan. Dari mata dan sejumlah lubang di beberapa bagian tubuhnya keluar darah segar.

Kondisi Marnie telah membuat dokter bingung. Selama tiga tahun, pihak medis belum bisa memastikan, apa penyakit yang diderita Marnie.

Dilansir laman Daily Mail, karena kondisi ini, sekarang, Marnie mulai putus asa, dia pun memutuskan berbagi kisahnya dengan harapan bisa mendapatkan  semangat hidupnya kembali.

Kondisi ini jadi cobaan berat Marnie dimulai 2013 ketika dia terbangun dengan tetesan darah di bantal.

Ibundanya Catherine, 43,  ketakutan melihat putrinya keluar darah dari mata. Ia langsung membawa Marnie ke dokter. Meskipun telah dilakukan beberapa tes, dokter meyakini tidak ada penyebab yang dapat ditemukan.

Selama dua tahun berikutnya ia kembali diminta dokter untuk menjalani tes. Bahkan dokter meminta dia untuk mengubah dietnya, menghindari konsumsi makanan dari gula dan susu. Ini dilakukan sebagai upaya untuk mencari tahu apa yang menyebabkan gejala itu terjadi.

Tapi berangsur kondisinya terus memburuk, dan pada bulan Juli tahun lalu, dia terkejut saat bangun dengan darah merembes dari matanya lagi.

Tidak hanya keluar darah dari mata, tapi juga dari hidung, telinga dan kuku hingga lima kali sehari. Namun, dokter dari bidang apapun, tak ada yang bisa menemukan, penyakit apa yang diderita Marnie.

Marnie pun bercerita, ia berjuang untuk membuka matanya saat darah segar keluar. Hal ini menyebabkan keluarganya berteriak pertama kalinya itu terjadi pada tahun 2013.

Dalam beberapa minggu terakhir, dia juga mulai keluar berdarah dari lidah dan kulit kepalanya.

Marnie, dari Kota Stoke-on-Trent, dianggap satu-satunya orang di Inggris dengan penyakit yang memiliki gejala unik ini, menyebabkan dokter menjuluki dirinya 'The Mystery Girl'.

Mengingat saat dia terbangun dengan perdarahan matanya, Marnie mengatakan, "Air mata merah menetes dari mata kanan saya."

"Darah mengalir di wajah saya dan linu terasa di belakang mata."

"Saya merasa seperti saya di lantai bawah dan orangtua saya, kakak dan adik semua menjerit ketika mereka melihat saya. Adikku memanggil ambulans."

Awalnya, diceritakan kembali oleh Marnie, ia memang merasa tak enak badan dan mulai batuk darah.

Dia pun dikirim ke rumah sakit dan diminta melakukan scan dada, tetapi gejala mengkhawatirkan ini berlangsung selama dua tahun.

Marnie sering bolak-balik ke Rumah Sakit Staffordshire Utara dan melakukan scan darah lebih lanjut, yang lagi-lagi, kembali menunjukkan ada yang salah.

Dia mengembangkan rasa sakit di sisinya dan juga mulai menderita migrain dan sakit yang begitu buruk sehingga membuatnya harus melewatkan beberapa minggu pelajaran di sekolah.

"Kami memiliki surat medis, tetapi ada saat-saat aku tidak pergi ke sekolah selama berminggu-minggu karena migrain yang begitu buruk yang bisa saya lakukan adalah ke kamar dalam gelap, tidak bisa bergerak," katanya.

Dokter awalnya meyakini,  gejala keluar darah dari sejumlah bagian tubuh Marnie, mungkin berkaitan dengan dietnya.

Tapi, selama dua tahun menghindari susu, cokelat, gluten, gandum dan gula, tapi tidak ada yang berhasil.

"Mataku mulai berdarah. Kemudian hidung dan telinga. Itu merah dan kadang darah gelap yang mengalir. Darahnya tidak menyembur keluar hanya merembes," ceritanya.

Pada bulan Juni tahun 2015 Marnie mulai sering mengeluh sakit kepala. Dia sering tidur dengan salah satu bagian kepalanya terasa sakit, ketika dia bangun tidur sering merasa penglihatan kabur dan sakit di belakang mata.

Ketika dia pergi ke cermin, dia melihat  darah mengalir di wajahnya dan nyeri di belakang matanya.

"Mataku mulai berdarah, kemudian hidung dan telinga saya," katanya.

Karena dokter lagi-lagi tak bisa mendiagnosis sakit yang dideritanya, ia pun kembali diminta pulang. Ia juga sempat dirujuk ke spesialis THT, dan spesialis mata. Dia sempat diduga menderita tumor otak.

Sebagai ibu, Catherine ikut frustasi melihat putrinya, apalagi sejumlah dokter spesialis tidak bisa menemukan penyakitnya. Tapi, dokter menemukan,  sistem kekebalan tubuh Marnie rendah.

Meskipun hasil pemeriksaan selalu negatif, pendarahan terus sesering mengalir lima kali sehari dan Marnie mengatakan dia merasa seperti hidupnya ditahan.

Dia mengaku setiap hari harus berjuang untuk membuka matanya, dengan darah mengalir.

Ini memaksanya untuk berhenti menjalani kursus tata rambut dan pekerjaan ritel karena dia tidak bisa pergi ke luar rumah dengan darah di mana-mana.

"Aku sering diajak pergi keluar dengan teman-teman setiap hari tapi aku terlalu takut untuk meninggalkan rumah."

Awalnya, saat musim panas lalu, ia masih bisa menyembunyikan perdarahan di matanya dengan menggunakan kacamata hitam, tetapi sekarang, dia tak bisa melakukannya lagi.

"Aku tidak pernah tahu kapan itu akan terjadi dan aku tidak suka menakut-nakuti orang."

Karena penderitaan ini, mimpi Marnie untuk menjadi perawat, untuk pergi berlibur dan menemukan kekasih semua disimpan untuk sementara hingga medis menemukan penyakit apa yang dideritanya.

Setiap hari, memar ungu dan biru muncul di seluruh tubuhnya. Ini menyakitkan saat disentuh dan  sering membengkak.

Saat kembali menjalani tes ketika gejala haidnya memburuk, hasilnya justru menunjukkan tidak ada yang salah dengan organ reproduksinya atau kesuburan. "Mereka scan rahim dan ovarium saya dan itu semua kembali jelas. Saya menemui dokter kandungan pada bulan Januari tapi rasanya sia-sia karena saya sudah melakukan cek organ reproduksi saya, diperiksa dan dibersihkan. "

Ia pun merasa frustrasi karena belum ada dokter yang bisa mendiagnosa penyakitnya.

"Kami sudah dikonfirmasi bahwa Marnie tidak memiliki masalah tumor otak atau AVM otak --koleksi abnormal pembuluh darah," kata ibunya.

Tes darahnya juga menunjukkan hasil normal, bahkan kadar zat besi yang kuat.

"Dia tidak memiliki tumor, tidak ada penyakit darah dan tidak ada gangguan pembekuan darah. Pembekuan darah berjalan dengan baik. "

Scan ultrasound menunjukkan liver, ginjal, rahim dan ovarium dan semua organ dinyatakan berfungsi sempurna. Hasil tes juga menunjukkan, kondisi matanya, telinga, hidung dan tenggorokan semua baik-baik saja. Lagi-lagi dokter hanya menyatakan, Marnie memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah.

Setelah bertahun-tahun penyakit ini dideritanya, Marnie akhirnya mulai terbiasa, bahkan untuk menjadi subyek penelitian medis.

Melalui penelitian mereka sendiri, keluarga telah menemukan dua kasus serupa lainnya di dunia.

Enam tahun yang lalu di Tennessee, Amerika Serikat, Calvino Inman, yang berusia 15 tahun pada waktu itu, dilaporkan juga menderita sakit misterius 'menangis darah' sampai tiga kali sehari.

Dokter mata mendiagnosa Calvino bisa menderita  haemolacria - air mata berdarah.

Namun mendengar cerita itu, Marnie mengatakan ini tidak sesuai dengan gejala yang dialaminya,  karena ia juga keluar darah dari lubang lainnya dan timbul memar di sebagian tubuhnya.

Kasus Twinkle Dwivedi, dari Lucknow, India, pertama kali juga pernah dilaporkan pada tahun 2008.

Kemudian Dwivedi yang berusia 13 tahun kala itu didiagnosa menderita kelainan darah yang menyebabkan hilangnya darah melalui kulitnya tanpa dipotong atau goresan. Dia juga berdarah dari matanya.

"Seorang dokter berpikir Dwivedi mungkin memiliki gangguan koagulasi," ibunda Marnie.

Sekali lagi, penemuan kasus-kasus ini  tidak membantu keadaan putrinya sendiri. Kondisi misteri ini pun telah menyebabkan ejekan kejam dari beberapa orang dan memaksa Marnie harus menonaktifkan Facebook miliknya.

"Beberapa teman masih datang mengunjungi saya tetapi ada beberapa yang saya belum melihatnya," katanya.

"Aku harus meninggalkan Facebook karena orang-orang mulai melempar rumor bahwa saya menderita kanker darah atau virus Ebola." (ren)