Satu Tetes Air Ternyata Mampu Tampung 200 Telur Nyamuk
Jumat, 12 Februari 2016 - 17:00 WIB
Sumber :
- REUTERS/John Vizcaino
VIVA.co.id
- Virus Zika tengah menjadi sorotan di awal tahun 2016. Virus yang kali pertama ditemukan tahun 1947 di wilayah Uganda itu mulai menyerang manusia di Afrika pada tahun 1954.
Meski diakui bahwa penyakit ini tidak mematikan, namun karena vaksin pencegahnya belum ditemukan hingga saat ini, pemerintah di banyak negara menghimbau agar masyarakat terutama, wanita hamil untuk lebih berhati-hati. Itu karena bahaya yang mengancam akibat komplikasi neurologis yang ditimbulkan dari virus tersebut.
Sebagai virus yang masih termasuk dalam keluarga flavivirus, dan ditularkan melalui perantara nyamuk aedes aegypti, cara pencegahan adalah hal terbaik yang bisa dilakukan, agar tidak terinfeksi penyakit yang diduga bisa menjadi penyebab mikrosefali atau cacat pertumbuhan otak pada bayi.
Hal tersebut ditegaskan oleh Prof Amin Soebandrio, Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. Menurut dia, kunci utama pencegahan Zika agar tidak menjadi wabah adalah dengan menjalankan program pemerintah, 3M plus, pemberantasan sarang nyamuk atau PSN.
"Kuncinya adalah, kalau kita bisa melaksanakan 3M plus, yaitu pemberantasan sarang nyamuk, maka hasilnya akan signifikan. Kita tidak perlu memikirkan yang muluk-muluk tentang penyakit ini. Kita kerjakan saja yang ada di sekeliling kita. Kalau nyamuk bisa dikendalikan, maka virus tidak akan menyebar," ujar Amin saat ditemui di seminar Kenali dan Antisipasi Wabah Virus Zika, RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara, Jumat, 12 Februari 2016.
Jangan kira bahwa nyamuk tersebut hanya hidup di penampungan air yang besar, seperti kolam atau bak mandi. Bahkan, telur nyamuk tersebut pun bisa hidup dalam setetes air putih.
Amin menjelaskan bahwa dalam satu tetes air dari sisa botol air mineral kemasan mampu menampung 200 telur nyamuk. Bisa dibayangkan berapa ribu telur nyamuk yang ada pada air yang tersisa di botol-botol di pinggir jalan.
Selain menjalankan 3M plus, msyarakat juga harus ikut berpartisipasi menjalankan kampanye pemerintah 1 rumah tangga 1 jumantik (juru pemantau jentik).
"Kalau ini sudah berjalan intensif, saya yakin 90 persen, virus ini tidak akan ada di Indonesia," kata dr Marlinggom Silitonga, MEpid, National Professional Surveillance Epidemiology WHO Indonesia.
Selain mikrosefali, belakangan virus Zika juga telah dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya Guillain Bare Syndrome (GBS). Namun, hal ini belum diketahui secara pasti, sehingga Marlinggom menghimbau masyarakat untuk melakukan pencegahan yang telah disebutkan di atas.
"Sementara menunggu hasil sebab akibat apakah Zika menjadi penyebab mikrosefali ataupun GBS atau Guillain Barre Syndrome, hal utama yang perlu dilakukan adalah mencegah, baik dengan 3M plus maupun jumantik," kata Marlinggom. (one)