Antibiotik Bagi Penderita ISPA Non Spesifik Tak Dianjurkan

Antibiotik
Sumber :
VIVA.co.id
- Penggunaan antibiotik yang tepat telah terbukti mampu membantu menyembuhkan banyak kasus infeksi. Bahkan, di zaman perang, sebagian besar korban meninggal akibat infeksi, angka kematian bisa menurun berkat antibiotik yang ditemukan Alexander Fleming pada tahun 1928.


Karena itu, baik pasien rawat jalan ataupun rawat inap yang memerlukan pengobatan antibiotik, sebaiknya mengetahui, kapan waktu yang tepat mengonsumsi antibiotik bagi beberapa jenis penyakit.


"Antibiotik akan ampuh mengobati kalau digunakan dengan tepat, kalau tidak tepat justru menimbulkan kerugian," kata dr. M.Arifin Nawas, pulmonologist dan Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), yang ditemui dalam acara Pfizer Journalist Class, Kamis, 21 Januari 2016.


Pada penderita ISPA non spesifik atau rinofaringitis akut, dengan gejala klinis pada sinus, faring, dan saluran pernapasan bawah, yang biasanya disebabkan virus, penggunaan antibiotik tidak direkomendasikan.


Faringitis akut memerlukan antibiotik pada kasus yang disebabkan infeksi bakteri GABHS atau Group A beta
haemolytic streptococcus
. Dengan riwayat demam, eksudat pada tonsil, batuk dahak warna kuning kehijauan, limfadenitis atau pembengkakan kelenjar getah bening.


Namun, kebanyakan kasus faringitis akut pada dewasa dapat sembuh sendiri, sehingga hanya perlu pengobatan simptomatik, yaitu pengobatan yang diarahkan untuk menghilangkan gejala pada pasien.


Sedangkan untuk penderita pneumonia dewasa disarankan terapi empirik antibiotik. Suatu terapi terhadap organisme penginfeksi dan antimikroba yang belum diketahui, tetapi dapat diprediksi berdasarkan studi sebelumnya.

Antibiotik juga harus diberikan secara rasional. Pertama, pemilihan tepat baik jenis dan dosis, cara pemberian dan kapan penghentiannya.


Kedua, obat tersebut berkualitas baik, yang manfaatnya sudah terbukti, aman pada pemakaian, dan yang terakhir adalah terjangkau harganya oleh pasien.