Warga Negara Maju Lebih Stres Dibanding Negara Berkembang

Ilustrasi stres.
Sumber :
  • Pixabay
VIVA.co.id
- Bertepatan dengan Hari Kota Sedunia, 31 Oktober 2015, Indeks Kesejahteraan Kota-kota di Asia Pasifik pertama kali dikeluarkan MasterCard. Data ini mengungkap bahwa masyarakat yang tinggal di kota-kota negara berkembang (65,8) lebih memiliki sikap positif terhadap kesejahteraan, dibanding mereka yang berada di kota-kota negara maju (56,8).


Yang perlu diperhatikan, terdapat perbedaan signifikan pada tingkat tekanan (stres) yang dimiliki, antara mereka yang tinggal di negara maju dan berkembang. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Prospek Urbanisasi Dunia, 2/3 dari populasi dunia akan tinggal di perkotaan pada 2050, demikian informasi yang dikutip dari rilis yang diterima Senin, 23 November 2015.


Saat ini, banyak kota di Asia Pasifik bergulat dengan tantangan akibat pertumbuhan tersebut. Dengan mengungkap persepsi mengenai kesejahteraan di kota-kota Asia Pasifik, indeks di atas dapat membantu pemerintah maupun pelaku bisnis dalam mengidentifikasi serta menjawab beberapa permasalahan utama penduduk yang tinggal di perkotaan.


Hampir 9.000 orang di 33 kota di 17 negara di Asia Pasifik telah disurvei untuk Indeks tersebut yang mengukur tingkat kesejahteraan secara keseluruhan, dengan menilai sikap masyarakat terhadap empat komponen.


Mereka adalah: pekerjaan dan keuangan, keamanan dari ancaman, kepuasan, dan kesejahteraan pribadi. Indeks dihitung di mana nol sebagai yang paling negatif, 100 sebagai yang paling positif, dan 50 netral.


Hasilnya, Bangalore (73,2) merupakan kota dengan sikap yang paling positif, diikuti Jakarta (72,1), dan Delhi (71,7). Sementara itu, kota dengan sikap yang paling tidak positif adalah Dhaka (48,7) diikuti Tokyo (52,1), dan Busan (52,5).


Perbedaan yang paling signifikan pada tingkat sikap positif terlihat pada saat mendiskusikan hal mengenai kesejahteraan pribadi (65,4 di kota-kota negara berkembang versus 51,6 di negara maju), yang meliputi keluarga, tekanan pekerjaan dan keuangan, serta kesehatan.


Tertekan dan kurang optimistis


Secara keseluruhan, masyarakat di kota-kota negara maju merasakan lebih banyak tekanan, dan kurang optimistis saat berbicara mengenai kesehatan secara umum, dibanding dengan mereka yang berada di kota-kota negara berkembang.


Selain itu, masyarakat di negara maju merasa lebih tertekan terhadap pekerjaan dan keuangan mereka (59,4 di kota-kota negara maju versus 71,0 di negara berkembang).

Mereka juga kurang optimistis terhadap prospek pendapatan rutin mereka di masa depan (59,1 vs 88,0) serta pekerjaan (40,7 vs 84,6) dibandingkan dengan mereka yang berada di kota-kota negara berkembang. Meski demikian, mereka memiliki kontrol lebih baik dalam menjaga jumlah tagihan (75,8 vs 59,3) dan menabung untuk pengeluaran yang besar (62,1 vs 52,2).

Kota-kota negara maju di Australia (Adelaide: 21,7; Perth: 22,0; Brisbane: 24,5; Melbourne: 28,0; Sydney: 36,3), Korea Selatan (Busan 37,0), dan Taiwan (Taipei: 38,7) merupakan kota-kota yang paling pesimitiss terhadap prospek pekerjaan mereka.


Georgette Tan,
Group Head, Communications
, Asia Pasifik, MasterCard mengatakan, “Asumsi yang sering muncul bahwa perkembangan ekonomi mengarah kepada berkurangnya tekanan keuangan, keluarga, dan pekerjaan. Meski demikian, Indeks Kesejahteraan Kota-kota di Asia Pasifik menjelaskan masyarakat di negara maju lebih merasa sangat berada di bawah tekanan, baik di tempat kerja maupun rumah.”