Gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronik Akibat Merokok
Rabu, 18 November 2015 - 17:08 WIB
Sumber :
- Pixabay
VIVA.co.id - Penyakit Paru Obstruktif Kronik atau PPOK diproyeksikan menjadi penyebab kematian ketiga di 2020. Sayangnya, gejala awal penyakit ini baru terlihat setelah 15 - 20 tahun kemudian. Saat seseorang mulai merokok di usia 20 tahun, maka gejala PPOK baru muncul usia 35. Oleh sebab itu, PPOK biasanya diderita orang berusia 45 tahun ke atas.
"Di Indonesia bisa lebih muda, 30 hingga 35 tahun, karena umumnya perokok di Indonesia sudah merokok sejak muda," kata Pokja asma-PPOK PDPI Prof.Dr.Faisal Yunus,PhD,Sp.P(K) dalam acara World COPD Day 2015 di RS Persahabatan, Rabu, 18 November 2015.
Gejala PPOK yang perlu diwaspadai adalah batuk-batuk, berdahak dan sesak napas, gejala berlangsung lama dan semakin berat. Sesak napas semakin bertambah saat beraktivitas seperti naik tangga atau lari, kemudian yang terakhir, adanya riwayat merokok atau terkena polusi. "Semakin lama seseorang menjadi perokok, semakin cepat dia terkena PPOK," kata Faisal.
Sedangkan faktor risiko PPOK, selain merokok adalah polusi udara di rumah, lingkungan maupun tempat kerja, juga asap pembakaran seperti kebakaran hutan, sampah. Polusi udara di rumah bisa terjadi saat seseorang menggunakan kayu bakar saat memasak (biasanya di pedesaan), menggunakan obat nyamuk bakar, dan membakar sate.
Sedangkan polusi di tempat kerja dan lingkungan, bisa muncul dari asap kendaraan bermotor, atau bekerja di lingkungan pabrik seperti kawasan industri.
Meskipun polusi menjadi salah satu faktor risiko PPOK, namun tetap penyebab terbesar seorang menderita PPOK, adalah rokok. Hal ini karena rokok ada di manapun, seolah mengikuti. Sedangkan polusi bisa dihindari dan bisa berhenti.
"Saat malam, polusi sudah tidak ada, kemungkinan terkena PPOK akibat polusi itu ada, namun tidak sebesar akibat merokok," jelas Faisal yang juga staf departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI.
Baca Juga :
"Di Indonesia bisa lebih muda, 30 hingga 35 tahun, karena umumnya perokok di Indonesia sudah merokok sejak muda," kata Pokja asma-PPOK PDPI Prof.Dr.Faisal Yunus,PhD,Sp.P(K) dalam acara World COPD Day 2015 di RS Persahabatan, Rabu, 18 November 2015.
Gejala PPOK yang perlu diwaspadai adalah batuk-batuk, berdahak dan sesak napas, gejala berlangsung lama dan semakin berat. Sesak napas semakin bertambah saat beraktivitas seperti naik tangga atau lari, kemudian yang terakhir, adanya riwayat merokok atau terkena polusi. "Semakin lama seseorang menjadi perokok, semakin cepat dia terkena PPOK," kata Faisal.
Sedangkan faktor risiko PPOK, selain merokok adalah polusi udara di rumah, lingkungan maupun tempat kerja, juga asap pembakaran seperti kebakaran hutan, sampah. Polusi udara di rumah bisa terjadi saat seseorang menggunakan kayu bakar saat memasak (biasanya di pedesaan), menggunakan obat nyamuk bakar, dan membakar sate.
Sedangkan polusi di tempat kerja dan lingkungan, bisa muncul dari asap kendaraan bermotor, atau bekerja di lingkungan pabrik seperti kawasan industri.
Meskipun polusi menjadi salah satu faktor risiko PPOK, namun tetap penyebab terbesar seorang menderita PPOK, adalah rokok. Hal ini karena rokok ada di manapun, seolah mengikuti. Sedangkan polusi bisa dihindari dan bisa berhenti.
"Saat malam, polusi sudah tidak ada, kemungkinan terkena PPOK akibat polusi itu ada, namun tidak sebesar akibat merokok," jelas Faisal yang juga staf departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI.