Ini Waktu Pasien Diabetes Harus Suntik Insulin
Selasa, 17 November 2015 - 14:13 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id
- Pemberian insulin pada pasien diabetes seringkali dilakukan ketika penyakit diabetes yang dialami sudah begitu parah. Padahal, pemberian insulin harus dimulai sejak dini, sebelum terjadi komplikasi pada pasien.
"Insulin itu dalam pasien diabet enggak pernah keliru. Orang diabet kan kurang insulin. Masih baru sakit diabet gulanya masih 116-180 langsung disuntik insulin itu benar karena orang diabet itu kurang insulin," ujar Prof. Dr. dr. Agung Pranoto, MSc, SpPD-KEMD, FINASIM, spesialis penyakit dalam sekaligus konsultan endrokin metabolik diabetes dari Rumah Sakit Darmo dalam wawancara khusus bersama VIVA.co.id beberapa waktu lalu.
Meski begitu, Agung mengatakan jika kadar gula darah masih dapat dijaga dengan menggunakan tablet, maka tidak apa-apa jika tidak melakukan suntik insulin.
Namun, ia mengingatkan bahwa mayoritas pasien diabetes tipe dua pada akhirnya akan memerlukan insulin karena semakin lama penyusutan sel beta pankreas atau sel yang menghasilkan insulinnya akan semakin progresif.
Baca Juga :
Menurut penelitian United Kingdom Prospective, setelah enam tahun, 50 persen pasien diabetes memerlukan insulin agar gulanya normal.
Sayangnya, penggunaan insulin bagi penderita diabetes di Indonesia masih sangat sedikit. Agung mengatakan banyak orang yang menunda penggunaan insulin karena banyak yang phobia atau takut insulin.
"Dikiranya kalau suntik insulin itu sudah dekat-dekat meninggal atau nanti sakitnya tambah parah, ginjalnya mudah rusak, ketergantungan. Macam-macam alasannya," ujar Agung yang juga menjabat sebagai Ketua Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA).
Lalu kapan pasien diabetes harus melakukan suntik insulin?
Menurut Agung, idealnya suntik insulin dimulai ketika sudah terjadi gagal obat. Bisa gagal satu obat dimulai insulin, bisa gagal dua, tiga atau empat obat langsung dimulai suntik insulin. Tetapi yang paling baik adalah suntik insulin sedini mungkin dan ketika belum terjadi komplikasi.
"Kalau memulai insulin ketika sudah terjadi komplikasi, komplikasinya tidak bisa dikembalikan. Kakinya sudah diamputasi, neuropati, ginjalnya sudah bocor, matanya sudah tidak bisa melihat baru dimulai insulin. Gulanya enggak turun, bagus, tapi apa yang sudah hilang tidak kembali. Mau memulai insulin saat gagal satu obat itu yang paling baik. Berapa pun gagal baik asal mulainya jangan setelah terjadi komplikasi," kata Agung.
Ia pun menambahkan bahwa fakta yang ada saat ini adalah sebagian pasien diabetes saat divonis sudah mengalami komplikasi. Itu karena orang tidak tahu dan tidak menyadari kapan diabetes tipe dua mulai.
Lebih lanjut Agung mengatakan, saat baru didiagnosis menderita diabetes, rata-rata 20 persen pasien sudah mengalami komplikasi di mata, 80 persen sudah terjadi nefropati jadi ginjalnya sudah bocor dan sembilan persen sudah terjadi neuropati atau gangguan saraf. Kemudian sampai 50 persen diantaranya sudah terjadi penyakit jantung koroner. Itu karena umumnya diabetes tidak terdiagnosis pada saat yang dini. Faktanya, sebagian pasien diabetes terlambat melakukan deteksi.
Untuk itu, ia memperingatkan agar orang-orang melakukan deteksi dini diabetes, terutama mereka yang memiliki faktor risiko seperti genetik, obesitas, gaya hidup tidak sehat dan sebagainya.
"Deteksi dini sangat penting. Gula darah tinggi itu nggak ada keluhannya. Bahkan gula darah sampai 300 tidak ada keluhannya," kata dia.