Dokter: Deteksi Diabetes dengan Glucometer Tak Akurat
- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id - Hari Diabetes Sedunia yang jatuh setiap tanggal 14 November 2015, harus menjadi pengingat bagi banyak orang pentingnya deteksi dini penyakit diabetes.
Menurut Prof. Dr.dr. Agung Pranoto,MSc, SpPD-KEMD, FINASIM, Spesialis Penyakit Dalam, sekaligus Konsultan Endrokin Metabolik Diabetes dari Rumah Sakit Darmo, 50 persen pasien diabet belum terdiagnosis dan berkeliaran di masyarakat. Di situlah pentingnya deteksi dini untuk mencegah pasien pra-diabetes berubah menjadi diabetes.
Sayangnya, masih banyak orang yang melakukan deteksi dini menggunakan glukometer, yang biasa ditemukan di mal-mal. Padahal, menurut Agung, alat ini tidak akurat untuk mendeteksi diabetes.
Glukometer merupakan sejenis alat untuk mengukur kepekatan gula, atau glukosa dalam darah dengan mengambil sampel darah dengan menusukkan jarum pada jari tangan.
"Glukometer itu tidak akurat. Glukometer itu alat tes untuk pasien diabetes pengguna insulin. Jadi, variasinya 10 persen. Untuk diagnosis pasti tidak bisa," ujar Agung dalam wawancara khusus dengan VIVA.co.id, beberapa waktu lalu.
Ketua Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) itu mengatakan bahwa untuk melakukan deteksi dini, pemeriksaan gula darah harus menggunakan uji lab melalui saluran intravena. Ini dinamakan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO).
"Jadi, dengan beban gula, kemudian gula puasa dan gula dua jam usai makan, dicek. Kalau orang normal itu gula darah puasanya di bawah 100, antara 70-99. Tetapi, kalau diabet itu 126 ke atas. Gula puasa 100-125 itu namanya pra-diabet. Gula puasanya kalau normal di bawah 140. Kalau diabet 200 k eatas. Kalau 199 itu termasuk pra-diabet. Nah, itu harus kita deteksi pada masa pra-diabet," ujar Agung.
Jika intervensi dilakukan, mulai dari memperbaiki gaya hidup, aktif bergerak secara fisik, memperbaiki pola makan dan minum obat-obatan tertentu pada fase pra-diabet, maka penyakit diabetesnya bisa diundur sampai di atas lima tahun. (asp)