Resep Masyarakat Perkotaan Melawan Stres
Rabu, 21 Oktober 2015 - 17:18 WIB
Sumber :
- Pixabay
VIVA.co.id
- Tinggal di hutan beton seperti Jakarta, tentu mengharuskan setiap orang yang tinggal di dalamnya memiliki daya tahan fisik dan mental super kuat. Karena jika tidak, berbagai tekanan hidup bisa menghimpit dan lama-lama menghancurkan.
Salah satu problem sosial yang banyak menimpa kaum urban adalah stres. Ya, tingkat gangguan emosional orang di kota besar kian hari meningkat dan kondisinya semakin mengkhawatirkan.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menyebut, 6 persen masyarakat Indonesia berumur lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional. Prevalensi tertinggi ada di Sulawesi Tengah, sebesar 11,6 persen. Tak hanya itu, riset yang sama juga menyebut sekitar 3 dari setiap 1.000 penduduk DIY mengalami gangguan kejiwaan.
Jika tak kuat-kuat bertahan, akan ada banyak orang stres di kota besar. Hal ini pula yang dirasakan Sonny Indosatrio, 26 tahun, karyawan swasta yang tinggal di Bekasi, Jawa Barat, namun harus berkantor di Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
"Tiap hari lumayan stres sih, ya pemicunya banyak. Mulai dari perjalanan jauh ke kantor, belum lagi ditambah macet. Nah, kalau lagi banyak pekerjaan seperti sekarang, pastinya tingkat stres bertambah," ujar staf Marcom sebuah perusahaan media di Jakarta itu.
Sonny mengaku, kehadiran keluarga, pacar, dan sahabat, sangat penting untuk mengurangi tekanan emosional yang ia rasakan. "Kalau keluarga, mereka tahu bagaimana kehidupan kita, jadi menerima apa adanya. Nah kalau pacar, pastinya bisa jadi teman senang-senang untuk menghilangkan stres," ujarnya.
Pemicu Stres
RA Oriza Sativa, psikolog klinis sekaligus seorang Mental Health Educator menjelaskan, stres adalah respons negatif yang dirasakan seseorang akibat tekanan yang ada di luar batas kemampuan diri. Umumnya, stres yang menimpa masyarakat perkotaan dipicu isu kemacetan, polusi udara, tekanan ekonomi, persaingan karier, dan ambisi.
"Macet membawa andil besar, karena banyak dampak negatif yang ditimbulkan. Bayangkan saja, orang yang terjebak macet berjam-jam, tentunya akan mengalami kerugian uang, belum lagi kalau terlambat hadir di rapat penting, bisa diomeli atasan. Hal-hal semancam ini yang menimbulkan kecemasan berlebih, kemudian stres," ujar Oriza.
Stressor lingkungan, seperti polusi udara atau sekarang terjadi bencana kabut asap, bisa menyumbang tekanan gejolak emosional juga ke manusia. Sementara itu, tekanan ekonomi terus menggerogoti akibat semua cicilan dan utang harus tetap dibayar, maka wajar jika kemudian banyak orang urban menderita gangguan emosional.
Karier yang mentok, ketidakpuasan terhadap kebijakan kantor, bisa pula menjadi memicu timbulnya gangguan kejiwaan ringan. Solusinya, dijelaskan Oriza, kita boleh saja punya ambisi di kantor, namun jangan sampai berlebihan. Harus disesuaikan kemampuan, sehingga tidak ada tekanan mental yang menghantui.
Tanda Terserang Stres
Psikolog itu mengakui, jumlah pasien yang datang berkonsultasi padanya akibat stres meningkat. Kebanyakan karena faktor workload stress alias beban pekerjaan yang menumpuk. Hal itu akan bertambah parah, jika sudah di kantor banyak tekanan, penderita stres sering mendapat problem hal-hal sepele (daily hassles).
Misalnya, sering dapat telepon dari rumah soal istri yang menagih bayaran ini-itu, membicarakan masalah anak yang nakal, dan hal-hal lain yang mengganggu, dijamin tingkat stres orang bersangkutan meningkat.
Sementara itu, bila penderita stres adalah anak sekolah, maka ia cenderung stres karena banyaknya mata pelajaran dan kurikulum yang terus berubah. Oriza bercerita, banyak pasien muda mengalami stres saat akan menghadapi UN, karena buat mereka (dan keluarganya) mendapat nilai ujian bagus adalah kewajiban.
Lalu, apa saja gejala umum dari orang yang mulai menderita gangguan stres? Hal umum yang tampak adalah bila ia sudah tidak bisa menjadi dirinya sendiri, atau melakukan hal-hal di luar kebiasaan. Misalnya, mendadak jadi sulit tidur, tidak memiliki ide cemerlang, serta sulit berkonsentrasi. Diterangkan, terdapat empat penanda orang terkena stres:
Pertama, tanda Kognitif (gangguan proses berpikir) = Tidak bisa konsentrasi, sulit menghasilkan ide bagus.
Kedua, tanda Afektif (gangguan perasaan) = Mudah tersinggung, gampang emosi, garing saat membuat lelucon.
Ketiga, tanda konatif (gangguan tindakan) = Jadi tidak meminati hobi, kegiatan sosial, hiburan, cenderung negatif pada orang, dan selalu merasa tidak mampu.
Keempat, tanda gangguan fisik = Timbul penyakit kulit seperti eksim, Gastroin testinal seperti buang air, mulas. Gangguan kardio vaskuler, mudah jantung berdebar. Gangguan moskulas skeletal alias tegang otot, seperti kaku di bagian leher.
Lari ke orangtua dan kekasih seperti yang dilakukan Sonny, dikatakan Oriza adalah langkah tepat. "Hal ini faktor signifikan untuk mengurangi stres (berdasarkan banyak hasil penelitian). Dukungan itu tidak harus tindakan, tapi bisa sekadar menjadi tempat curhat. Bahkan tanpa harus berkomentar, orang yang stres jika didengar keluhannya, bisa merasa lebih tenang," ujar sang psikolog.
Metode Penyembuhan Stres
Saat ini, ada beberapa motode penyembuah stres, di antaranya meditasi, hipnoterapi, dan stres management (termasuk di dalamnya time management serta anger management).
Time management, misalnya, karena tahu macet akan menjadi penyebab stres, penderita coba menghindari macet dengan mengatur waktu pulang kerja lebih lambat dari biasanya, dengan demikian ia terbebas dari kemacetan.
Sedangkan anger management, adalah latihan mengatur emosi ketika stres memuncak, dan penderita ingin `meledak` marah. Mengatur emosi penting dilakukan, karena orang yang marah tanpa kendali, emosinya tidak teratur dan ini bisa berakibat buruk pada dirinya sendiri.
Oriza mengingatkan, orang yang menderita gejala stres sebaiknya segera ditangani. Karena jika tidak, gangguan psikis itu bisa meningkat, dengan timbulnya kecemasan berlebih atau malah bisa depresi.
Hypnotherapi
Ferdians, seorang hypmotherapist yang sering muncul di televisi menjelaskan, metode penyembuhan bagi orang yang mengalami stres dapat dilakukan dengan hipnotis. Cara kerjanya, dengan mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi. Hipnotis dilakukan tidak memakai alat, karena diberikan dengan mendengar alunan musik dan aroma terapi.
"Musik yang diberikan, adalah alunan yang santai seperti instrumental. Kalau aroma, disesuaikan wangi kesukaan klien, sesuatu yang bisa membantu dia rileks. Sebenarnya, yang melakukan terapi ini adalah klien itu sendiri. Hypnotherapist hanya memberi cara, agar mereka dapat melakukan terapi dengan baik," jelas pria plontos berkacamata itu.
Jika psikiater memberikan obat untuk membantu orang stres, maka hypmotherapist tidak melakukannya. Mereka hanya mengajak pasien ngobrol, curhat, kemudian dibantu bagaimana cara menghadapi masalah yang dihadapi. Dibantu pula agar bisa berpikir jernih dan hipnotis dilakukan agar mereka tenang.
"Hypnotherapi itu seperti mengelola pikiran, jadi tergantung permasalahan klien. Penyembuhan paling cepat dua minggu, tergantung kondisi, karena ada juga pasien yang butuh waktu lebih dari sebulan. Intinya, klien dan hypnotherapis harus kerja sama, agar penyebab stres dapat segera diatasi," ujarnya.
Sisi Medis
Selain dibantu psikolog dan hypmotherapist, seorang pasien stres juga dapat melaukan hal-hal fisik yang dapat membantunya cepat pulih dari kondisi menekan. Dokter Phaidon Toruan menjelaskan, saat pasien mengobati luka mental ke psikolog, sebaiknya kesehatan fisiknya tetap dijaga.
"Olahraga sangat baik membantu meredakan stres, sebab olahraga menyeabkan otak memproduksi hormon endorfin, sesuatu yang bisa membuat pasien nyaman," paparnya.
Hal lain yang tak kalah penting, adalah melakukan manajemen stres, yakni mengenali sumber masalah guna mencari solusi. Lalu keluarlah dari rutinitas membosankan, yang menyebabkan stres terjadi.
"Buat yang sedang stres, coba minum teh hitam, dia bagus karena membantu menurunkan tekanan emosial secara alami. Lalu ada ginseng, ini juga membantu mengurangi stres. Saran saya, hindari makanan gula dan gorengan, sebab mereka meningkatkan level stres," katanya.
Melengkapi penjelasan dokter Phaidon, Oriza menjelaskan ada beberapa langkah pencegahan agar stres tidak jadi semakin parah, yaitu menghindari stressor (faktor pemicu) dengan melakukan upaya:
- Tidur cukup, karena hal ini membuat daya tahan tubuh membaik, sehingga secara otomatis daya tahan terhadap stres menguat.
- Perbanyak berpikir positif, hindarilah rasa dendam, iri, kecewa, dan hasrat membalas dendam atau menyakiti orang lain.
- Banyak tertawa, karena dengan tertawa, orang mengeluarkan hormone endorphin yang membuatnya bahagia.
- Rekreasi dan olahraga, ini bagus untuk mengeluarkan hormon endorphin. Dengan rekreasi akan membantu mengalihkan beban pikiran dari masalah yang menumpuk.
Nah, selamat tinggal stres!
(ren)