Mengetahui Penyebab Kejang-kejang dan Pencegahannya

ilustrasi logo medis
Sumber :
  • istock

VIVA.co.id - Ada beberapa ibu muda yang panik, saat melihat balita tercinta kejang-kejang. Apalagi jika hal itu tidak hanya terjadi sekali, namun berkali-kali meski dalam jeda waktu tidak berdekatan. Sebenarnya apa yang terjadi, dan apakah kejang pada bayi berbahaya?

Dokter Rahajeng dari laman Meetdoctor menjelaskan, sebelum memahami definisi dari kejang, perlu diketahui dulu tentang makna seizure dan konvulsi. Yang dimaksud seizure, adalah cetusan aktivitas listrik abnormal yang terjadi secara mendadak, dan bersifat sementara di antara saraf-saraf otak yang tidak dapat dikendalikan. Akibatnya, kerja otak terganggu.

“Manifestasi seizure bisa bermacam-macam, misalnya penurunan kesadaran, gerakan tonik (menjadi kaku) atau klonik, konvulsi, dan fenomena psikologis lain. Sedangkan kumpulan gejala berulang dari seizure, yang terjadi sendiri tanpa dicetuskan hal apapun, disebut epilepsi (ayan),” ujar sang dokter.

Sedangkan arti konvulsi, adalah gerakan mendadak dan serentak, saat otot-otot yang tidak bisa dikendalikan, biasanya bersifat menyeluruh. Hal inilah yang lebih sering disebut kejang. Jadi, kejang hanyalah salah satu manifestasi dari seizure itu sendiri. Kejang, dapat terjadi tanpa sebab atau timbul karena suatu gejala dari penyakit yang diderita.

Rahajeng terangkan, beberapa penyebab kejang pada orang dewasa adalah: epilepsi, faktor genetik, gangguan metabilisme trauma kepala, dan penyebab lainnya. Untuk pencegahanannya, harus diketahui dahulu masing-masing penyebab hal ini terjadi.

“Maka untuk kasus balita yang sering mengalami kejang, disarankan untuk segera membawa si kecil untuk kontrol ke dokter anak, guna pemeriksaan lebih lanjut, dengan tujuan mencari tahu penyebab kejang, sehingga bisa ditemukan solusi yang tepat,” katanya.