Pentingnya Terapi Hormonal bagi Penderita Kanker Payudara

Cara mencegah penyakit kanker
Sumber :
  • iStock

VIVA.co.id - Penyakit payudara merupakan salah satu penyebab kematian yang tinggi pada wanita, tak hanya di Indonesia namun dunia. Di sisi lain, prevalensi kanker payudara terus mengalami peningkatan secara global, termasuk di Indonesia.

Baca juga:

Data dari Departemen Kesehatan 2015 mencatat, penyakit kanker payudara menjadi kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia pada 2013. Ada pun estimasi jumlah kanker payudara sekitar 61.682, dan salah satu penyembuh penyakit kanker payudara yang telah dilakukan sejak lama, adalah dengan kemoterapi dan terapi hormonal.

Selama ini, panduan pemberian kemoterapi maupun terapi hormonal di Indonesia masih mengikuti panduan dari etnik Kaukasia.

“Namun begitu, panduan ini belum tentu memiliki kecocokan untuk populasi di Indoneisa karena sifat biologi kanker yang berbeda anatra etnik Asia dan etnik Kaukasia, baik berdasar parameter klinis, morfologi, ataupun genetik,” kata dr. Ramadhan, Sp.B(K)Onk, dalam ujian terbuka promosi doktor di Fakultas Kedokteran UGM, Selasa 25 Agustus 2015.

Penelitian untuk membandingkan efektivitas kemoterapi dan terapi hormonal untuk menghambat proses angiogenesis kanker pada tingkat molekuler ini, belum pernah dilakukan di Indonesia. Karenanya, penelitian tersebut penting dilakukan, untuk mengetahui efektivitas bentuk terapi yang akan dipakai dalam pengobatan kanker stadium lanjut.

Ramadhan pun melakukan penelitian pada penderita kanker payudara stadium IIIB dan IV di RS Kanker Dharmais. Terapi diberikan mulai 2010 – 2015, terdiri dari terapi hormonal atau kemoterapi. Penelitian dilakukan dengan penilaian trenskripsi gen VEGF 165, VEGFR-1, VEGFR-2, dan gambaran IHC CD34 terhadap kesintasan (kemampuan bertahan hidup).

Hasil penelitian menunjukkan kelompok pasien dengan terapi hormonal cenderung memiliki rerata (nilai statistik) kesintasan yang lebih panjang dibanding kelompok kemoterapi pasien kanker stadium IIIB dam IV.

“Rerata kesintasan, atau harapan hidup pada terapi hormonal 1039,331 hari. Sedangkan pada kemoterapi 633,105 hari, tetapi secara statistik tidak signifikan,” ungkapnya.

Ramadhan mengatakan, terdapat adanya penurunan copy number VEGF 165 sebanyak 4,3 kali, lebih besar dan bermakna secara statistik pada kelompok hormonal. Sedangkan pada CD34, tidak menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara kemoterapi dan terapi hormonal.

“Terapi hormonal ini bisa jadi pertimbangan pilihan, mengingat rerata kesintasan terapi ini lebih panjang dibanding kemoterapi dengan kualitas hidup yang lebih baik serta lebih praktis dilaksanakan," ungkapnya. (asp)