YLKI Mempertanyakan Standar Keamanan Pembalut Wanita
- iStock
VIVA.co.id - Belakangan heboh beredar kabar, ada produk pembalut dan pantyliner di Indonesia mengandung zat berbahaya klorin. Efeknya, wanita yang memakai bisa terserang kanker, iritasi, dan gangguan reproduksi.
Tak main-main, yang mengeluarkan pernyataan ini adalah Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).
Menanggapinya, Kementerian Kesehatan RI menjelaskan, pembalut yang sudah memiliki izin edar aman digunakan, karena sudah lolos uji sebelum dipasarkan. Kendati demikian, mereka mengaku ada zat klorin di produk pembalut wanita, namun masih dalam batas ambang lemah.
"Tidak ada standar internasional yang mengatakan klorin itu amannya berapa," ujar Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, Maura Linda Sitanggang.
Linda berpesan masyarakat tidak perlu panik, karena kandungan klorin di pembalut aman digunakan, asalkan tidak tertelan.
Melihat jawaban pihak Kemenkes, Ilyani Sudrajat, anggota pengurus harian YLKI jadi mempertanyakan standar keamanan yang digunakan Kemenkes dalam menyatakan keamanan sebuah pembalut wanita.
"Dari mana standar yang mengatakan kandungan tersebut aman? Belum jelas. Kadar klorinnya saja tidak dicantumkan dalam kemasan," ujarnya, Rabu 8 Juli 2015.
Ia juga menyatakan, dari bahan yang diuji terungkap bahwa ada beberapa merek yang nomor registrasinya juga tak jelas. "Ada beberapa merek yang menuliskan izin produknya dari Depkes. Padahal kan, Depkes sudah tidak ada lagi," kata Ilyani.
Ia menjelaskan, segala upaya yang dilakukan YLKI bukanlah untuk menciptakan keresahan. "Ini justru salah satu dukungan kami terhadap Permenkes 1996, yang menjelaskan bahaya penggunaan klorin yang termasuk ke dalam bahan kimia berbahaya," ungkapnya.
Ia katakan, timnya sudah mengirimkan konfirmasi akan adanya temuan ini pada Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemekes RI, namun tidak mendapat respons apa pun.
"Kami juga melakukan klarifikasi hasil uji ini kepada beberapa produsen merek yang kami curigai berbahaya," ujarnya. Dari klarifikasi tersebut, YLKI mendapat beragam respons dari produsen.
"Ada yang cuek, ada yang mengaku hanya sebagai distributor dan tidak tahu tentang kandungan berbahaya itu. Tak sedikit juga yang melakukan penelitian ulang untuk memastikan kebenarannya," ungkapnya. (asp)