Depresi Ternyata Bisa Merusak Otak

ilustrasi otak
Sumber :
  • istock
VIVA.co.id - Depresi ternyata bukan hanya penyakit mental biasa. Depresi juga mampu mengubah kondisi otak, menurut studi yang belum lama ini dilakukan. Dilansir dari Sydney Morning Herald,
studi itu menunjukkan bahwa depresi ternyata dapat merusak otak sang penderita.

Studi global yang dilakukan pada 9.000 orang telah menemukan bahwa hippocampus, daerah otak yang bertanggung jawab untuk membentuk kenangan dan mengatur emosi secara signifikan menyusut dan ukurannya menjadi lebih kecil pada orang yang menderita depresi berulang.


Meski begitu, hippocampus pada pasien yang pernah mengalami satu episode depresi tidak lebih kecil jika dibandingkan dengan orang normal.


Wakil direktur Brain and Mind Institute dari University of Sidney, Ian Hickie, yang juga merupakan penulis studi, mengatakan studi tersebut memiliki implikasi besar untuk pengobatan, karena menetapkan argumen mengenai apakah menyusutnya hippocampus adalah faktor risiko atau konsekuensi dari depresi.


"Studi ini saya pikir adalah jawaban yang tepat. Sebagian besar perubahan yang terjadi jelas merupakan konsekuensi dari depresi," kata Profesor Hickie.


Hal tersebut didukung fakta bahwa orang yang menderita depresi membutuhkan pengobatan yang tepat dan berkelanjutan untuk mencegah perubahan otak mereka.


Ia juga mengatakan bahwa setelah orang mengalami depresi, mereka sering berhenti bekerja dan berhenti melakukan interaksi sosial yang sebenarnya merupakan kunci untuk memulihkan fungsi otak mereka.


"Jelas jika Anda mulai depresi di usia muda, lebih tinggi risiko Anda untuk mengalami episode depresi lainnya," ujar Hickie.


Itu karena menurut dia, depresi akan terus merusak otak dan memngakibatkan fungsi organ yang buruk.


Studi yang telah dipublikasikan dalam jurnal Molecular Psychiatry tersebut mengumpulkan 15 sampel studi untuk membandingkan scan otak dari 1.728 orang yang mengalami depresi dengan 7.199 orang yang sehat.


Diketahui, pasien yang mengalami episode depresi saat berusia di bawah 21 tahun juga memiliki hippocampus yang lebih kecil.


Profesor Hickie juga menambahkan bahwa mengatakan studi yang ia lakukan ini adalah bukti bahwa depresi adalah gangguan fisiologis dengan konsekuensi jangka panjang. (ren)