Ini Jenis-jenis Gejala Alergi yang Aneh

Jumat, 29 Mei 2015 - 14:27 WIB

Oleh :

Ricky Anderson

Ilustrasi alergi

Sumber :

iStock

VIVA.co.id

- Alergi adalah sebuah gangguan yang disebabkan partikel kecil dalam udara yang bisa menyebabkan beberapa gejala, seperti gatal, bersin-bersin, hingga demam.

Alergi yang paling banyak terjadi, biasanya alergi debu dan alergi pada jenis makanan. Namun beberapa jenis alergi berikut ini, terbilang aneh dan tak wajar, berikut informasinya menurut livescience.com.

Alergi dingin

Baca Juga :

Lima Cara Alami Obati Kulit Alergi

Parasit Hidup di Tubuh Remaja Pria Ini

Alergi terhadap cuaca dingin, masih wajar bila terjadi. Namun alergi dingin yang dimaksud dalam hal ini, adalah munculnya reaksi alergi yang tidak pada cuaca dingin saja, tapi juga terhadap makanan dan minuman dingin. Gejala yang ditimbulkan sama dengan gejala alergi lain, seperti panas pada kulit, gatal, hingga munculnya ruam pada kulit.

Alergi air

Yang satu ini jelas aneh dan tak wajar, mengingat air adalah hal yang sangat dekat dengan manusia. Namun, gejala alergi ini bisa terjadi, meski 70 persen bagian dari tubuhnya adalah air. Alergi ini menyebabkan reaksi gatal dan panas pada kulit bila mengalami kontak dengan air. Gejala ini dikenal dengan nama aquagenic utricaria.

Alergi Hormon

Jenis alergi ini, biasanya terjadi pada wanita, yang lebih dikenal dengan gejala Autoimmune Progesterone Dermathitis (APD). Gejala alergi ini, akan memicu pertumbuhan jerawat, dan masalah kulit lain, yang akan semakin parah ketika tingkat hormon wanita meningkat.

Kelainan ini biasa terjadi pada wanita dewasa, dan ada beberapa kasus yang terjadi pada ibu hamil dan wanita lansia.

Alergi sperma

Sebuah penelitian di Belanda menemukan kasus di mana istri alergi tehadap sperma pasangannya, bahkan ada juga pria yang alergi pada cairan spermanya sendiri.

Para peneliti menemukan adanya gangguan pada kulit di sekitar mulut dan hidung wanita, yang disinyalir dipicu oleh seks oral. Pengobatan terhadap alergi ini bisa dilakukan dengan terapi, namun butuh waktu lebih dari 3 tahun untuk menyembuhkannya.