Tak Cuma Picu Kanker, Terlalu Banyak Konsumsi Gula Bisa Sebabkan Depresi?
- Pixabay
Jakarta, VIVA – Gangguan mental seperti depresi seringkali dikaitkan dengan pola hidup tak sehat seperti terlalu banyak beban kerja yang menimbulkan stres berkepanjangan. Namun yang sering luput dari perhatian adalah makanan yang dikonsumsi setiap hari, ternyata ada yang bisa memicu terjadinya depresi dan gangguan mental lainnya seperti kecemasan.
Makanan sangat memengaruhi suasana hati seseorang. Misalnya ketika lapar, banyak orang jadi mudah emosi dan pemarah. Sedangkan ketika dalam kondisi kenyang, mood baik kembali datang hingga menimbulkan kegembiraan. Secara khusus, gula dapat meningkatkan risiko gangguan mood termasuk depresi. Scroll untuk info lengkapnya, yuk!
"Terkait dengan depresi ini kan gangguan mood ya. Kalau misalnya gangguan mood penyebabnya selain genetik, itu terkait juga tuh sama hal-hal yang kita konsumsi. Seperti, sebenarnya kalau depresi itu kaitannya sama konsumsi gula. Jadi kalau misalnya kita konsumsi gula terlalu tinggi, bisa jadi mood kita tuh regulasinya lebih susah, sehingga akhirnya kita lebih mungkin untuk mengalami depresi," jelas Psikolog Klinis, Mutiara Maharini, saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 11 Desember 2024.
Gula terdapat secara alami dalam karbohidrat kompleks seperti buah-buahan, sayuran, dna biji-bijian. Gula juga dapat ditemui di dalam makanan sehari-hari seperti kue, roti, soda, permen, dan lainnya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pola makan tinggi karbohidrat olahan seperti gula dapat meningkatkan peradangan. Kondisi peradangan kronis dikaitkan dengan masalah kesehatan seperti gangguan metabolisme, kanker, hingga asma.
Peradangan juga terkait dengan depresi, menurut penelitian. Gejalanya seperti kehilangan nafsu makan, perubahan pola tidur dan persepsi nyeri yang meningkat. Itulah mengapa depresi termasuk tanda utama masalah peradangan. Selain itu, tuntutan hidup yang menyebabkan ketidakstabilan emosi juga dapat memicu terjadinya depresi.
"Di era zaman sekarang itu banyak banget uncertainty atau ketidakpastian. Jadi nggak ada satu arahan yang lurus gitu. Banyak banget kemungkinan, banyak banget opportunity Itu hal baik, tapi juga membawa kecemasan tersendiri. Ketika banyak pilihan, kita seneng tapi kita malah jadi makin cemas karena takut salah membuat pilihan Itu salah satu faktor kecemasan," paparnya.