Kenali Penyakit Sifilis, IDI Botawa Berikan Informasi Pengobatan yang Tepat
- Panuwat Dangsungnoen dari iStockphoto
VIVA – Menurut informasi dari idibotawa.org, salah satu penyakit yang berbahaya bagi wanita adalah sifilis. Sejak tahun 2022, jumlah penderita sifilis di Indonesia mencapai 20.783 kasus. Tercatat sebanyak 12.484 kasus pada tahun 2018, jumlah ini naik hingga 70% dalam lima tahun terakhir. Bakteri Treponema pallidum adalah penyebab infeksi menular seksual (IMS) yang dikenal sebagai penyakit raja singa.
Ikatan Dokter Indonesia Cabang Botawa menjelaskan bahwa sifilis merupakan sebuah penyakit yang dapat ditularkan melalui kontak seksual dan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan jika tidak diobati. Menurut IDI Botawa, masyarakat Indonesia adalah yang paling sering terkena penyakit sifilis. Papua memiliki jumlah kasus sifilis tertinggi pada tahun 2022, dengan 3.864 kasus. Bali, Banten, dan Jawa Timur adalah provinsi lain dengan jumlah kasus tertinggi.
IDI Botawa selanjutnya melakukan penelitian terkait penyakit sifilis, apa saja penyebab seseorang mengidap penyakit sifilis kemudian rekomendasi obat yang dapat diberikan bagi penderitanya.
Apa saja penyebab terjadinya penyakit sifilis?
Dilansir dari laman https://idibotawa.org, penyakit sifilis, atau yang dikenal juga sebagai raja singa, adalah infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita. Faktor penyebabnya meliputi:
1. Kontak seksual
Secara umum, penyebaran sifilis terjadi melalui hubungan seksual, baik vaginal, anal, maupun oral. Bakteri dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka kecil pada kulit atau selaput lendir saat berhubungan seksual dengan orang yang terinfeksi.
2. Kontak dengan luka
Selain itu, jika seseorang bersentuhan langsung dengan luka atau lesi sifilis pada kulit atau selaput lendir penderita tanpa melakukan hubungan seksual, penyakit sifilis juga dapat menular.
3. Penularan dari ibu ke bayi
Faktor lainnya, terjadinya penyakit sifilis karena penyakit ini dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi kepada bayinya selama proses persalinan, yang dikenal sebagai sifilis kongenita.
4. Berganti-ganti pasangan seksual
Memiliki banyak pasangan seksual tanpa menjalani pemeriksaan kesehatan dapat meningkatkan kemungkinan terkena infeksi. Melakukan hubungan seksual dengan satu pasangan saja dapat menurunkan risiko terkena sifilis.
5. Berhubungan dengan penderita HIV/AIDS
Selanjutnya sifilis dapat terjadi jika seseorang melakukan hubungan seksual dengan penderita HIV/AIDS. Orang yang terinfeksi HIV memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi sifilis karena kekebalan tubuhnya tidak bekerja dengan baik.
Apa saja obat yang direkomendasikan untuk mengobati sifilis?
Pengobatan sifilis umumnya dilakukan dengan menggunakan antibiotik untuk membunuh bakteri penyebab infeksi, yaitu Treponema pallidum. Berikut adalah beberapa obat yang direkomendasikan IDI untuk mengobati sifilis meliputi:
1. Doxycycline
Obat ini merupakan obat yang masuk golongan antibiotik yang digunakan untuk infeksi saluran napas, infeksi saluran kemih, acne vulgaris, penyakit menular seksual (infeksi oleh chlamydia trachomatis), uretritis non gonococcal, chancroid sebagai alternatif untuk pengobatan gonore dan sifilis, serta malaria. Dosis penggunaannya adalah 100 mg, diminum dua kali sehari selama 14 hari untuk stadium awal; hingga 28 hari untuk sifilis laten.
2. Tetracycline
Selama dua minggu, tetracycline dapat diberikan oleh dokter dalam dosis 500 mg empat kali sehari. Obat ini diminum sebelum makan. Karena efek samping tetracycline yang cukup berbahaya, ibu hamil dan anak di bawah 10 tahun tidak boleh menggunakannya.
Pengobatan yang tepat dan cepat sangat penting untuk mencegah komplikasi serius akibat sifilis. Jika Anda mencurigai terinfeksi atau memiliki gejala, segera konsultasikan dengan dokter terdekat.