Tak Lagi Minder, Self Sampling Bikin Wanita Lebih Percaya Diri Deteksi Dini Kanker Serviks
- VIVA.co.id/Isra Berlian
Jakarta, VIVA – Kanker leher rahim atau serviks merupakan kanker penyebab kematian tertinggi kedua pada perempuan di Indonesia dimana dilaporkan ada 36.633 kasus. Padahal kanker leher rahim sendiri bisa dicegah dan disembuhkan jika terdeteksi pada tahap awal.
Namun sayangnya masih banyak wanita yang telah menikah dan berhubungan seksual enggan melakukan deteksi dini. Salah satu alasannya lantaran ada rasa malu saat melakukan pemeriksaan.
Terkait dengan hal tersebut kini muncul metode deteksi dini kanker serviks dengan self sampling atau mengambil sampel DNA sendiri. Hambatan-hambatan untuk deteksi dini itu diatasi dengan menggunakan self sampling tersebut.
“Jadi kita sendiri yang ambil, kalau kita malu ngangkang (saat pemeriksaan) nanti diajarin sama petugasnya ambil sendiri. Akan dicobakan mana dari sisi kenyamanan apakah self sampling bagus karena banyak yang mau,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi dalam acara percontohan skrining kanker leher rahim HPV DNA di Jakarta, Kamis 28 November 2024.
Self sampling untuk deteksi dini kanker mulut rahim ini merupakan pilot project yang dilakukan Roche, USAID Momentum dan Biofarma di Jawa Timur. Program ini kata Nadia bisa menjadi upaya untuk membantu program Kementerian Kesehatan dalam rangka mengeliminasi kanker serviks di Indonesia.
"Kanker leher rahim itu satu-satunya penyakit kanker yang bisa disembuhkan, dan makanya targetnya WHO itu bisa eliminasi kanker leher rahim, jadi sama kayak penyakit menular, kita bisa putus kejadian dari kankernya, dan kemudian kita bisa tekan serendah mungkin,"jelasnya.
Self sampling yang menerapkan model hub and spoke ini dapat memudahkan pelaksanaan skrining, dengan menyediakan model yang berbeda dan saling melengkapi.
Model hub dengan menggunakan instrumen otomatis yang terstandarisasi bisa mempercepat pelaksanaan skrining dalam waktu cepat untuk wilayah Puskesmas daerah dengan jumlah populasi yang besar. Model spoke ditujukan untuk mengoptimalkan pelaksanaan skrining pada Puskesmas dengan jumlah populasi yang terbatas dengan instrumen manual.
Pada akhirnya model ini bisa membantu meningkatkan efektifitas dan efisiensi secara tepat waktu, serta meningkatkan layanan yang berkualitas kepada semua pasien di seluruh wilayah Indonesia.
Model hub and spoke ini dapat memudahkan dokter spesialis di rumah sakit untuk membantu tenaga kesehatan di Puskesmas, puskesmas pembantu (pustu), dan pos pelayanan terpadu (posyandu) secara tepat waktu, serta meningkatkan layanan yang berkualitas kepada semua pengguna layanan kesehatan primer di seluruh wilayah Indonesia.
"Pendekatan ini bertujuan meningkatkan akses dan kualitas pelayanan secara fleksibel dan efisien, sehingga perempuan di seluruh Indonesia dapat melakukan skrining. Inisiatif ini diharapkan dapat membantu kesiapan ekosistem kesehatan dalam pencapaian target nasional pada skrining HPV DNA, dengan metode tes yang sesuai dan produk yang terstandarisasi. Saya yakin pendekatan skrining perlu disesuaikan dengan kondisi masing-masing wilayah, agar semua wanita memiliki kesempatan untuk melakukan skrining," kata Director Diagnostics Division, PT Roche Indonesia Lee Poh Seng.
Roche Indonesia bersama dengan USAID MOMENTUM dan Bio Farma akan percontohan model hub and spoke dengan membuka akses skrining HPV DNA bagi perempuan di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo menggunakan metode self-sampling. Program dengan target skrining sekitar 5.500 wanita di wilayah perkotaan Surabaya dan 1.300 wanita di wilayah pedesaan Sidoarjo, yang mewakili 75 persen cakupan wanita berusia 30-69 tahun di wilayah tangkapan fasilitas yang ditargetkan. Program ini juga bersifat gratis untuk mereka yang menjadi target skrining.