Jangan Lakukan Hal Ini Ketika Berkonflik dengan Pasangan Agar Rumah Tangga Terhindar dari Kehancuran
- pixabay/LindsayFox
Jakarta, VIVA – Konflik dalam setiap rumah tangga adalah sesuatu yang sering dijumpai. Bahkan disebut-sebut adanya konflik dalam rumah tangga akan memperkuat atau memperkokoh rumah tangga tersebut.
Namun, tidak sedikit juga konflik dalam rumah tangga malah membuat rumah tangga tersebut hancur. Maka dari itu, penting bagi setiap pasangan tahu bagaimana mengatasi konflik dalam rumah tangga.
Relationship coach, Lex Depraxis mengungkap bahwa ketika sedang ada konflik antara suami istri penting untuk tidak langsung membahas masalah ketika emosi pasangan dalam keadaan tidak stabil.
"Kalau lagi konflik sebaiknya tidak diskusi, memang sebaiknya tidak ngobrol. Ketika lagi panas bawaannya kita nyalahin orang lain. Orang yang disalahin kan sakit, jadi wajar dia akan defensif, apapun yang dilempar dari sana akan dilempar balik. Enggak akan kelar, dan itu siklus enggak bisa," kata dia dikutip dari tayangan YouTube Cherryl Hatumesen.
Lebih lanjut diungkap Lex Depraxis ketik salah satu di antara suami atau istri sedang dalam kondisi emosi yang tidak stabil. Maka salah satu dari mereka yang lebih waras untuk mundur perlahan.
"Maka pihak yang lebih waras perlu bilang 'beb wait kayaknya aku lagi emosi' atau 'kayaknya kamu lagi emosi, boleh kita take a break ya?' istilahnya time out atau break disepakati. Saat time out itu beneran enggak ngobrol dan pergi ke tempat tenang masing-masing. Misalnya yang satu main game, atau ke tempat kerja atau berenang atau olahraga. Jadi beneran ambil waktu buat menenangkan diri," ujarnya.
Lex juga menjelaskan mereka yang meminta waktu untuk menenangkan diri juga perlu menjelaskan kapan waktu yang tepat baginya dan pasangan untuk membahas konflik di antara mereka.
"Pihak yang minta time out itu perlu ngasih tau juga, misalnya 'wait cherryl gue emosi, kayaknya kesel enggak yakin kesel karena pertanyaan lo atau karena kerjaan gue. So time out dulu ya, nanti malam gue start convertation duluan tentang pertanyaan lo tadi'," kata dia.
Jadi, kata Lex pihak yang meminta diberi waktu tenang menjadi orang pertama atau orang yang lebih dahulu 'mereach out' pasangan mereka untuk membahas konflik di antara mereka. Sebab mereka harus menghormati pasangannya tersebut.
"Jadi pihak yang perlu waktu mundur, adalah pihak yang perlu maju duluan. Jadi jangan dikejar-kejar sama Cherrylnya 'nanti dulu, nanti dulu' terus Cherryl yang kejar-kejar itu enggak fair. Kalau gue yang butuh waktu mundur, gue yang maju duluan karena gue harus menghormati pertanyaan yang di awal," ujarnya.
Diungkap Lex bahwa tindakan ini memang agak tricky dilakukan. Terlebih lagi cara ini juga jarang diajarkan bahkan saat orang tua dan anak terlibat konflik.
"Memang agak tricky karena ini enggak ada yang ajarin di sekolah. Boro-boro, orang tua kita aja enggak ada yang tau. Ini baru diketahui belakangan. Jadi tips dan trick menghindari konflik adalah pada saat lagi panas tidak dibahas langsung," ujar dia.