Kapan Harus Memilih Inseminasi? Ketahui Indikasi dan Prosedurnya
- Pixabay/ TBIT
Jakarta, VIVA – Rumah Sakit Pondok Indah mengadakan diskusi dengan tema “Apa dan Bagaimana Inseminasi, sebagai Penanganan Gangguan Kesuburan.” Diskusi yang berlangsung pada Selasa, 19 November 2024 ini, menghadirkan dokter spesialis kebidanan dan kandungan subspesialis fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi, dr. Shanty Olivia S., Sp.OG Subsp.F.E.R.
Acara ini membahas salah satu teknologi reproduksi berbantu, yaitu inseminasi intrauterin, yang menjadi pilihan untuk menangani berbagai kasus gangguan kesuburan.
Dalam diskusi tersebut, dr. Shanty menjelaskan bahwa inseminasi adalah salah satu metode teknologi reproduksi berbantu untuk membantu pasangan yang mengalami gangguan kesuburan. Proses ini dilakukan dengan cara menyemprotkan sperma yang telah diseleksi ke dalam rongga rahim pada masa subur. Tujuannya adalah memperpendek jarak tempuh sperma menuju sel telur.
“Inseminasi itu dimana sperma yang sudah diolah atau dishwashing dan diseleksi, jadi bukan sperma murni, disemprotkan ke dalam rongga rahim pada saat masa subur, jadi syaratnya spermanya ada, masa subur juga ada,” ujar dr. Shanty.
Inseminasi dianjurkan bagi pasangan yang mengalami kondisi seperti unexplained infertility, endometriosis ringan, gangguan pada sperma seperti jumlah atau kualitas yang abnormal, gangguan ereksi atau ejakulasi, serta kondisi kesehatan tertentu, seperti pada penderita HIV atau hepatitis, dengan sperma yang telah melalui proses pencucian khusus.
Keberhasilan inseminasi sangat bergantung pada beberapa faktor, termasuk kesehatan rahim dan tuba falopi pada istri, serta kualitas sperma pada suami.
“Syarat inseminasi bagi faktor istri wajib rahim dan tubanya sehat, karena nanti hasil dari pembuahannya itu akan menempel dalam rongga rahim, jadi tuba dan rahim harus sehat dan tidak boleh tersumbat,” jelas dr. Shanty.
Usia juga menjadi faktor yang memengaruhi keberhasilan. Perempuan di atas usia 38 tahun biasanya disarankan untuk segera melakukan inseminasi, karena kualitas dan cadangan sel telur akan menurun drastis setelah usia 40 tahun.
“Karena memang selain jumlah, kualitas sel telur seorang perempuan itu akan turun drastis jika usianya di atas 40 tahun, bahkan idealnya 38 tahun,” ungkap dr. Shanty. Faktor pria, seperti jumlah sperma yang sangat rendah (oligozoospermia berat), juga turut memengaruhi.
Dengan berbagai manfaat dan persyaratannya, inseminasi diharapkan dapat menjadi salah satu solusi efektif untuk pasangan yang tengah berjuang mendapatkan momongan, terutama bagi mereka yang menghadapi gangguan kesuburan ringan hingga sedang.