Hubungan Seksual Ternyata Kunci Panjang Umur? Studi Terbaru Ungkap Fakta Mengejutkan

Ilustrasi bercinta.
Sumber :
  • Pexels/Pixabay

Jakarta, VIVA – Seks memiliki peranan penting dalam kehidupan rumah tangga. Melakukan hubungan seks yang teratur disebut-sebut menjadi kunci kebahagiaan dan kunci keharmonisan sebuah rumah tangga.

Berbicara mengenai kehidupan seks, baru-baru ini sebuah studi terbaru dari Amerika terhadap 14.542 pria dan wanita mengungkap tentang korelasi hubungan seks dan risiko kematian. Dari studi tersebut ditemukan data bahwa wanita berusia 20-59 tahun yang melakukan hubungan seks kurang dari seminggu sekali memiliki risiko 70 persen lebih tinggi untuk meninggal dalam waktu lima tahun dibandingkan dengan mereka yang melakukan hubungan seks lebih dari sekali dalam seminggu. 

Dikutip laman The Sun, dari studi tersebut diketahui, wanita yang jarang berhubungan seks ditemukan memiliki tingkat protein yang tinggi terkait dengan inflamasi atau peradangan. Peradangan tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada sel, jaringan dan organ-organ yang sehat dalam tubuh.

Penulis studi dari Universitas Walden di Pennsylvania percaya bahwa seks berkontribusi terhadap kesehatan jantung yang baik. Mereka menyebut seks yang teratur mungkin mengurangi variabilitas detak jantung dan meningkatkan aliran dalam darah.

Gagasan bahwa seks itu baik untuk kesehatan jantung sendiri belum diketahui lebih lanjut. Namun faktanya, melakukan hubungan seks yang teratur sebelumnya telah dikaitkan dengan banyak manfaat kesehatan mulai dari tidur yang lebih baik, fungsi otak yang lebih baik dan penampilan yang tampak menjadi lebih muda.

"Ada manfaat bagi wanita untuk berhubungan seks lebih dari sekali seminggu atau sekitar empat kali perbulan," demikian kesimpulan dari studi tersebut.

Namun, para peneliti segera mencatat bahwa meskipun seks dapat meningkatkan kesehatan, bisa jadi orang yang kesehatannya buruk juga memiliki kemampuan lebih rendah untuk berhubungan seks.

Untuk menemukan individu dalam penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Kesehatan Psikoseksual, tim menggunakan basis data besar dari Pusat Pengendalian Penyakit AS (CDC).

Data survei nasional termasuk informasi tentang depresi, obesitas, etnis dan laporan aktivitas seksual. Yang juga termasuk dalam basis data tersebut adalah jawaban atas pertanyaan: 'Dalam 12 bulan terakhir, berapa kali Anda melakukan hubungan seks vaginal atau anal?'

Pilihannya meliputi: tidak pernah, satu kali, dua hingga 11 kali, 12 hingga 51 kali, 52 hingga 103 kali, 104 hingga 364 kali, dan 365 kali atau lebih dalam 12 bulan terakhir.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa sekitar 95 persen peserta melakukan hubungan seks lebih dari 12 kali setahun, dengan 38 persen melakukannya seminggu sekali atau lebih.  

Menariknya, tim tersebut juga menemukan bahwa orang dengan depresi yang melakukan hubungan seks kurang dari sekali seminggu memiliki risiko kematian dini sebesar 197 persen.

Salah satu penulis studi, Dr Srikanta Banerjee menduga hal ini terjadi karena individu yang mengalami depresi tetapi memiliki frekuensi seksual tinggi tidak terlalu merasakan dampak buruk dari depresi.

"Seks melepaskan endorfin yang dapat mencegah dampak kesehatan yang serius," katanya kepada DailyMail.com .

Efek Bercinta Terlalu Sering untuk Pria

Di sisi lain, penelitian tersebut juga mengungkap bahwa pria yang sering berhubungan seks malah dapat mempengaruhi kesehatan mereka. Disebut-sebut laki-laki yang melakukan hubungan seks dengan frekuensi seksual yang tinggi memiliki risiko peningkatan mortalitas atau kematian lebih tinggi dibanding perempuan.

Hal ini berlaku bahkan ketika para ilmuwan menghilangkan variabel seperti kesehatan, perilaku, pekerjaan, pendapatan, dan etnis.

Saat berhubungan seks, tubuh melepaskan adrenalin dan kortisol ke dalam aliran darah, sehingga meningkatkan detak jantung dan tekanan darah .

Oleh karena itu, berhubungan seks berkali-kali juga meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, demikian temuan beberapa penelitian.

"Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi seksual berinteraksi dengan jenis kelamin untuk meningkatkan angka kematian. Implikasinya adalah bahwa dengan menangani frekuensi seksual, kesenjangan kesehatan lainnya dapat ditangani secara lebih langsung," kata para peneliti menyimpulkan dalam studi mereka.