Hari Penglihatan Sedunia, Waspada Komplikasi Diabetes Ini Sebabkan Kebutaan Tapi Tak Ada Gejala

Ilustrasi kebutaan.
Sumber :
  • pixabay/Tobias D

Jakarta, VIVA – Hari Penglihatan Sedunia diperingati 10 Oktober setiap tahunnya. Salah satu fokus Kementerian Kesehatan RI adalah masalah retinopati diabetika (RD), yang menjadi masalah kesehatan mata prioritas di Indonesia.

RD merupakan salah satu komplikasi diabetes yang paling sering dijumpai dan penyebab gangguan penglihatan utama di dunia. Scroll untuk informasi selengkapnya!

Saat ini, RD menjadi masalah kesehatan mata prioritas di Indonesia karena mengakibatkan berbagai beban, yaitu beban penyakit, sosial, dan pembiayaan, seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penderita diabetes.

Ilustrasi tes diabetes.

Photo :
  • Pixabay

Guru Besar dan Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Prof. dr. Muhammad Bayu Sasongko, Sp.M(K), M.Epi, PhD, menjelaskan, RD adalah salah satu bentuk komplikasi diabetes, di mana kadar gula yang tinggi pada akhirnya mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah retina mata, terutama di jaringan-jaringan yang sensitif terhadap cahaya.

“Kondisi ini dapat diderita oleh siapapun yang menderita diabetes tipe 1 maupun 2, terutama mereka yang gula darahnya tidak terkontrol dan telah menderita diabetes dalam jangka waktu yang lama,” ujar Prof Bayu saat media briefing Peluncuran Peta Jalan Kesehatan Penglihatan 2025-2030, yang digelar virtual, Kamis 10 Oktober 2024.

Prof Bayu lebih lanjut menjelaskan, pada awalnya, RD seringkali hanya menunjukkan gejala ringan, atau bahkan tidak menimbulkan gejala sama sekali. Namun apabila tidak ditangani, RD dapat menyebabkan kebutaan

“Oleh karena itu, penderita diabetes selalu disarankan untuk melakukan pemeriksaan mata rutin setidaknya satu kali dalam setahun meskipun tidak merasakan keluhan apapun pada mata,” jelasnya.

Di Indonesia, RD menjadi sebuah permasalahan kesehatan masyarakat yang sangat penting, karena berdampak tidak hanya pada kualitas manajemen diabetes namun juga kualitas hidup, produktivitas kerja, dan meningkatnya beban layanan kesehatan secara keseluruhan. 

Meskipun telah banyak kemajuan dalam hal skrining, diagnosis, dan pengobatan, 75 persen penderita diabetes masih belum mendapatkan skrining yang dibutuhkan untuk gangguan penglihatan akibat diabetes. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menargetkan setidaknya 80 persen penderita diabetes di semua negara telah
dilakukan skrining mata secara teratur. 

Di dalam Peta Jalan Upaya Kesehatan Penglihatan Indonesia 2025 – 2030, ditargetkan pada tahun 2030 tidak hanya 80 persen penderita diabetes terskrining, namun juga setidaknya 60 persen individu diabetes dengan gangguan mata telah mendapatkan tatalaksana yang sesuai.