Diet Protein Tanpa Nasi Bikin Kurus? Jawaban Mengejutkan dari Dokter Tirta

Ilustrasi diet.
Sumber :
  • Pexels/rawpixel.com

Jakarta, VIVA – Nasi merupakan salah satu sumber karbohidrat harian yang paling sering dikonsumsi masyarakat. Namun tidak sedikit dari kita terutama mereka yang tengah diet memilih untuk tidak makan nasi. Alasannya nasi dapat menyebabkan gemuk, lantaran kandungan gula di dalamnya. 

Lantas mereka yang tengah diet perlu memangkas nasi lantaran nasi menyebabkan gemuk? Terkait hal itu, dr. Tirta angkat bicara, dia sendiri mengaku bingung dengan narasi yang menyebut nasi bisa menyebabkan gemuk di kalangan masyarakat. 

Dia menyebut bahwa memang basi bisa menyebabkan gemuk, namun jika dikonsumsi berlebihan. 

“Aku bingung sama narasi itu. Makan nasi bisa bikin gemuk kalau seluruh kalori sehari itu berlebihan. Jadi yang dihitung sehari, bukan nasinya tapi jumlah makanan yang diakumulasikan sehari dikurangi jumlah aktivitas,” kata dia dikutip dari potongan video yang diunggah di akun TikTok @glimpse. 

Lebih lanjut diungkap pria berkacamata itu, bahwa jika konsumsi makanan dengan kalori yang berlebihan tanpa diimbangi olahraga, maka tentu kelebihan kalori tersebut akan tersimpan di dalam perut hingga menyebabkan gemuk. 

“Kalau kamu berlebihan dan tidak ada olahraga, maka kelebihan intake kelebihan makanan itu akan disimpan di perut atau di lemak sumputis, nah itu yang bikin gemuk. Jadi bukan nasinya yang salah,” ujarnya.

Selain itu, terkait dengan asumsi di masyarakat yang menyebut saat diet tidak makan nasi dan lebih banyak konsumsi protein, dr. Tirta punya jawaban tersendiri. Dia menjelaskan bahwa hal tersebut tergantung pada aktivitas orang tersebut. Jika mereka seorang pelari jarak jauh dia malah tidak boleh menghilangkan nasi terutama 7 hari menjelang kompetisi lari. 

Ilustrasi nasi

Photo :
  • Pixabay

“It depands (tergantung) kalau dia di masa cutting. Kalau orang-orang pelari jarak jauh mana mungkin dia enggak makan nasi. Pelari jarak jauh itu h-7 dia harus loading carbo supaya itu disimpan glikogen, gula otot itu. Jadi pas dia (lari) ultra, lari 60 kilo, 80 kilo yang dibakar itu gula otot dulu. Untuk menyimpan gula di otot, glikogen dia harus loading carbo di H-7,” jelasnya.

Dijelaskan dr. Tirta bahwa gula sendiri terkesan tidak bagus atau jahat untuk orang yang malas bergerak. Namun tidak bagi mereka olahragawan atau mereka dengan aktivitas yang ekstrem. 

“Makanya gula itu enggak bagus atau terkesan jahat untuk orang yang mager. Tapi buat olahragawan yang aktivitasnya ekstrem, gula itu malah penting. Tapi dengan catatan dikonsumsi sesuai batasan komposisi harian,” ujar dia.