Benarkah Lari Siang Hari pakai Parasut Cepat Turunkan Berat Badan? Ini Kata Dokter Tirta

Dokter Tirta
Sumber :
  • Instagram

Jakarta, VIVA - Lari menjadi salah satu olahraga yang dinilai cukup ampuh untuk membantu menurunkan lemak di tubuh. Alhasil tidak sedikit dari mereka yang akhirnya tergila-gila dengan olahraga lari. 

Berbicara mengenai lari dan penurunan berat badan. Ada banyak anggapan di masyarakat mengenai lari, termasuk soal berlari di siang hari.

Ada anggapan lari di siang hari paling efektif untuk membakar lemak, sebab berlari di siang hari membuat kita semakin banyak keringat yang keluar.

Semakin banyaknya keringat yang keluar maka, lemak yang terbakar jauh lebih banyak. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Lantas benarkah demikian? Terkait hal ini, dr. Tirta pun membantahnya. Dia menyebut bahwa lemak dalam tubuh tidak keluar dari keringat.

ilustrasi Jogging

Photo :
  • Pixabay

"Ini salah, lemak tidak keluar dari keringat. Lemak itu keluar lewat energi sama nafas, yang keluar lewat keringat itu air. Jadi fat loss dan fat burn itu beda, jadi olahraga di siang hari akan meningkatkan potensi hilangnya air," kata dia saat dikonfirmasi VIVA.co.id saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Rabu 25 September 2024.  

Diungkap dr. Tirta mereka yang melakukan olahraga di siang hari rata-rata adalah atlet tinju yang akan menjalani pertandingan di kelas tertentu.

Berlari di siang hari sendiri membantu mereka dengan cepat lantaran bobot air dalam tubuhnya menyusut.

"Biasanya orang-orang yang olahraga siang hari rata-rata orang yang mau tinju dia medcore. Jadi misalnya dia kelasnya medium 72 dia (beratnya) 73 dia ngurangi apa aja udah enggak bisa, maka dia lari pakai parasut untuk menghilangkan airnya sampai 1 kg," ujar dia.

Sementara itu, untuk menurunkan berat badan sendiri maka yang perlu dilakukan adalah dengan metode defisit kalori.

Ilustrasi lari

Photo :
  • Nike Indonesia

"Sementara untuk fatloss dan fatburn itu beda. Fat burn itu penggunaan lemak untuk dibakar menjadi energi, jadi pembakaran lemak mejadi energi. Energi itu keluarnya jadi CO2, satu kontraksi otot. Sementara fat loss adalah metode mengurangi makan supaya kita bisa menghilangkan lemak dalam tubuh itu defisit kalori. Itu dua hal yang sangat berbeda," jelasnya. 

Dia juga menekankan bahwa tidak ada kaitan semakin banyak berkeringat maka akan semakin banyak lemak yang terbakar dalam tubuh.

"Tidak ada kaitan Anda olahraga keringat banyak sama dengan lemak (banyak terbakar) enggak. Kalau itu caranya kita berjemur aja di Saudi Arabia, dia padang pasir. Itu pertanyaan tolol, statment tol*l, catat,” tegas dokter Tirta.

“Jadi jangan salah kaprah, keringat banyak tidak sama dengan lemak. Jadi Anda bernafas berarti keluarin kalori betul. Tapi masa nafas tidak narik nafas enggak mungkin," sambungnya.

Dijelaskan dr Tirta lebih lanjut, selain mengatur makan melalui defisit kalori. Penting juga untuk melakukan olahraga secara konsisten. Dengan berolahraga secara konsisten, maka lemak yang ada di tubuh akan terbakar secara signifikan.

"Kalau kita mau bakar lemak gimana caranya lemak jadi bahan bakar kita. Cara membuat bahan bakar itu adalah ya kita menggunakan cadangan energi,” .

“Jadi olahraganya konsisten, sehingga yang terbakar lemaknya dan diatur pola makannya. Lari pakai parasut itu berguna di musim dingin untuk menjaga suhu tubuh. Kalau Anda lari siang-siang itu memang turun 2kg tapi ketika Anda minum akan naik lagi (berat badan)," kata dia.