Pejuang Garis Biru Wajib Tahu Fakta Program In Vitro Fertilization
- Pixabay
Jakarta, VIVA – In Vitro Fertilization (IVF) merupakan salah satu teknik dalam perawatan kesuburan modern yang menawarkan harapan baru bagi pasangan yang kesulitan untuk memiliki anak. Prosedur ini melibatkan pembuahan sel telur oleh sperma di luar tubuh, kemudian ditanamkan kembali ke rahim wanita.
Dalam artikel ini, akan dijelaskan secara mendetail tentang IVF, perbedaannya dengan prosedur medis lainnya, serta bagaimana Grup RS Siloam, khususnya RS Siloam Lippo Village Karawaci dan Sriwijaya Palembang menjalankan prosedur ini, yang diwakili oleh dua dokter spesialis ahli yaitu Dr. dr. FC. Christofani Ekapatria, Sp.OG, Subsp. F.E.R dan dr. M. Aerul Chakra Alibasya, Sp.OG, Subsp. FER, MIGS.
Dr. dr. FC. Christofani Ekapatria, Sp.OG, Subsp. F.E.R
Apa Itu IVF?
In Vitro Fertilization (IVF) adalah teknik reproduksi berbantu yang dirancang untuk membantu pasangan menghadapi masalah kesuburan. Dalam prosedur ini, sel telur diambil dari ovarium wanita dan dipertemukan dengan sperma di laboratorium untuk membentuk embrio. Embrio yang berhasil berkembang kemudian ditanamkan ke dalam rahim wanita dengan harapan bahwa embrio tersebut akan menempel dan berkembang menjadi kehamilan yang sehat.
IVF sering kali menjadi pilihan ketika metode kesuburan lainnya tidak berhasil atau ketika ada kondisi medis yang menghalangi kehamilan alami. Selama proses IVF, beberapa siklus hormon digunakan untuk merangsang ovarium agar menghasilkan lebih banyak sel telur, yang kemudian diambil melalui prosedur minor di bawah anestesi. Sperma yang digunakan bisa berasal dari pasangan, tergantung pada situasi. Setelah pembuahan di laboratorium, embrio dipantau selama beberapa hari untuk memastikan kualitasnya sebelum transfer dilakukan. IVF dapat melibatkan berbagai teknik tambahan, seperti pemilihan embrio terbaik, pengujian genetik, atau penggunaan telur atau sperma, untuk meningkatkan peluang keberhasilan kehamilan.
Beda IVF dan Inseminasi Intrauterin (IUI)
dr. M. Aerul Chakra Alibasya, Sp.OG, Subsp. FER, MIGS
Ketika pasangan sedang berusaha untuk program kehamilan, mereka sering kali mempertimbangkan berbagai teknik reproduksi berbantu untuk meningkatkan peluang mereka. Dua metode yang dapat digunakan adalah Inseminasi Intrauterin (IUI) dan In Vitro Fertilization (IVF). Meskipun keduanya bertujuan untuk mengatasi masalah kesuburan dan memfasilitasi kehamilan, pendekatan keduanya berbeda secara signifikan dalam cara dan tingkat intervensi yang terlibat. Memahami perbedaan antara IUI dan IVF dapat membantu pasangan dalam memilih metode yang paling sesuai dengan kondisi dan kebutuhan mereka.
IUI melibatkan penempatan sperma yang telah diproses dan dikonsentrasi langsung ke dalam rahim wanita pada saat ovulasi, dengan tujuan meningkatkan kemungkinan sperma bertemu dengan sel telur secara alami. Proses ini relatif sederhana dan sering digunakan ketika ada masalah dengan kualitas sperma atau gangguan ovulasi ringan.
Sebaliknya, IVF adalah prosedur yang lebih kompleks yang memerlukan stimulasi ovarium untuk menghasilkan banyak sel telur, yang kemudian diambil secara langsung dari ovarium dan dipertemukan dengan sperma di laboratorium untuk pembuahan. Embrio yang terbentuk kemudian ditanamkan kembali ke dalam rahim.
IVF biasanya menjadi pilihan ketika IUI tidak berhasil atau ada kondisi kesuburan yang lebih serius, seperti saluran telur yang tersumbat atau masalah genetik. Dengan kata lain, IUI bekerja lebih pada meningkatkan peluang kehamilan dengan metode yang kurang invasif, sedangkan IVF menawarkan solusi lebih menyeluruh dengan teknologi laboratorium untuk membantu proses pembuahan dan implantasi.
Keunggulan IVF
Beberapa keunggulan utama IVF antara lain:
1. Pengendalian penuh atas pembuahan: IVF memungkinkan dokter untuk mengendalikan dan memantau setiap tahap pembuahan dan perkembangan embrio di laboratorium, meningkatkan peluang sukses.
2. Penggunaan teknologi canggih: IVF memungkinkan penggunaan teknologi mutakhir, seperti Preimplantation Genetic Testing (PGT), yang dapat meningkatkan peluang keberhasilan dan mengurangi risiko kelainan genetik.
3. Pilihan untuk pasangan dengan masalah kesuburan kompleks: IVF sering digunakan ketika metode yang lebih sederhana seperti IUI tidak berhasil dan dapat membantu pasangan dengan berbagai masalah kesuburan, termasuk gangguan genetik atau masalah struktural pada rahim.
Proses Konsultasi Awal
Proses konsultasi awal melibatkan beberapa langkah penting:
1. Evaluasi medis: Pasangan yang tertarik menjalani IVF akan menjalani evaluasi menyeluruh, termasuk pemeriksaan riwayat medis dan tes diagnostik, termasuk tes hormon, USG transvaginal, dan analisis sperma. Evaluasi mendalam ini dilakukan untuk menentukan penyebab masalah kesuburan.
2. Penyusunan rencana pengobatan: Berdasarkan hasil evaluasi, dokter akan menyusun rencana pengobatan yang disesuaikan dengan kondisi spesifik pasangan. Rencana ini mencakup jadwal stimulasi ovarium, pengambilan sel telur, dan transfer embrio.
3. Informasi dan konseling: Pasangan akan mendapatkan informasi lengkap tentang prosedur IVF, termasuk kemungkinan risiko dan komplikasi. Konseling psikologis juga ditawarkan untuk membantu pasangan mempersiapkan proses ini secara emosional.
Teknologi Terbaru dalam Prosedur IVF
Grup RS Siloam menggunakan berbagai teknologi canggih untuk meningkatkan keberhasilan IVF antara lain:
1. Intra-Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI): Teknologi ini melibatkan penyuntikan sperma tunggal langsung ke dalam sel telur yang meningkatkan kemungkinan pembuahan, terutama dalam kasus masalah kesuburan pria.
2. Preimplantation Genetic Testing (PGT): Teknologi ini memungkinkan pemeriksaan genetik pada embrio sebelum ditanamkan ke dalam rahim. PGT dapat mendeteksi kelainan genetik dan meningkatkan kemungkinan kehamilan yang sehat.
3. Pembekuan embrio: Embrio yang tidak digunakan dalam siklus IVF dapat dibekukan untuk digunakan di masa depan, sehingga memberikan fleksibilitas tambahan bagi pasangan.
Tim Medis dalam Dukungan Kehamilan
Kehamilan memerlukan perhatian dari berbagai spesialis medis untuk memastikan kesehatan ibu dan bayi. Yang pertama adalah dokter spesialis kebidanan dan kandungan atau obstetri dan ginekologi (ObGyn) sebagai dokter utama yang memantau perkembangan kehamilan, melakukan pemeriksaan rutin, dan menangani persalinan serta komplikasi. Selanjutnya, ada pula dokter spesialis andrologi yang menangani masalah kesuburan pria dan dokter spesialis urologi yang berfokus pada kesehatan sistem kemih dan reproduksi pria, yang bisa mempengaruhi fertilitas.
Selain itu, ada pula embriologis yang bekerja di laboratorium fertilitas mulai dari memantau perkembangan embrio dalam prosedur seperti IVF hingga memastikan kualitas embrio sebelum transfer. Pendukung lainnya yang juga berperan penting antara lain dokter spesialis akupunktur medik membantu mengelola gejala kehamilan, ahli gizi berperan dalam memberikan panduan nutrisi, perawat untuk mendukung perawatan sehari-hari, laboran melakukan tes laboratorium, radiologis yang melakukan pemeriksaan pencitraan seperti USG untuk memantau perkembangan janin, serta anestesiolog yang berperan mengelola rasa sakit selama persalinan untuk memastikan kenyamanan ibu. Tim inti, termasuk ObGyn dan perawat spesialis kehamilan memberikan perawatan langsung dan memantau kesehatan ibu dan bayi.
Kolaborasi antara semua tenaga medis yang kompeten ini sangat penting untuk optimalisasi perawatan kehamilan serta memastikan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan bayi.
Tahapan Prosedur IVF
Prosedur fertilisasi in vitro terdiri dari beberapa tahapan penting yang dirancang untuk meningkatkan peluang kehamilan. Pertama, tahapan stimulasi ovarium dilakukan dengan memberikan obat-obatan kepada pasien untuk merangsang ovarium agar memproduksi beberapa sel telur, guna meningkatkan kemungkinan pembuahan.
Setelah proses stimulasi, tahapan berikutnya adalah pengambilan sel telur atau ovo pickup, di mana sel telur diambil dari ovarium menggunakan prosedur yang dilakukan dengan anestesi ringan dan dipandu oleh ultrasonografi. Sel telur yang diambil kemudian dipertemukan dengan sperma di laboratorium dalam proses pembuahan, yang dapat melibatkan metode ICSI jika diperlukan.
Berikutnya, embrio yang dihasilkan kemudian dikultur selama beberapa hari untuk memastikan kualitas dan perkembangan yang optimal. Setelah embrio mencapai tahap perkembangan yang baik, tahapan transfer embrio dilakukan dengan memindahkan embrio ke dalam rahim wanita melalui prosedur non-invasif. Akhirnya, setelah dua minggu, tes kehamilan dilakukan untuk memeriksa apakah embrio berhasil menempel di rahim dan berkembang menjadi kehamilan.
Waktu yang Tepat untuk Memulai IVF
Usia wanita memainkan peran penting dalam kualitas embrio dan keberhasilan prosedur IVF. Setelah usia 35 tahun, kualitas embrio secara signifikan menurun. Data menunjukkan bahwa wanita di usia ini hanya memiliki sekitar 85% dari kualitas embrio yang dimiliki wanita yang lebih muda, yang berdampak langsung pada tingkat keberhasilan IVF. Oleh karena itu, semakin cepat pasangan merencanakan dan menjalani IVF setelah usia 35 tahun, semakin baik kemungkinan hasil yang positif. Penurunan kualitas embrio dengan bertambahnya usia membuat pengambilan keputusan lebih awal menjadi sangat penting, terutama jika usia pasangan sudah cukup lanjut.
Waktu Tunggu dan Pemeriksaan Sebelum Memulai IVF dan Tingkat Keberhasilan IVF
Rata-rata waktu tunggu untuk memulai siklus IVF di Grup RS Siloam bervariasi tergantung pada kondisi individu dan kesiapan pasien. Biasanya, waktu tunggu bisa 2-3 bulan setelah kunjungan pertama.
Sebelum memulai IVF, pasangan harus menjalani berbagai pemeriksaan dan tes, termasuk tes hormon untuk mengevaluasi keseimbangan hormonal, USG transvaginal untuk menilai kondisi rahim dan ovarium, dan analisis sperma untuk menilai kualitas dan kuantitas sperma.
Keberhasilan IVF di Grup RS Siloam umumnya sejalan dengan tingkat keberhasilan nasional. Tingkat keberhasilannya dapat dikatakan tinggi berkat penggunaan teknologi canggih dan tim medis yang berpengalaman. Sebagai contoh, di tahun 2023 angka keberhasilan nasional adalah sebesar 25%, sementara Grup RS Siloam mencapai 42%. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan antara lain usia pasien, kualitas embrio, dan penyebab kesuburan.