Keajaiban Teknologi! LVAD Selamatkan Nyawa Penderita Gagal Jantung yang Hampir Putus Asa

Ilustrasi serangan jantung
Sumber :
  • Pixabay

TANGERANG  –  Penyakit jantung merupakan salah satu masalah kesehatan yang mengancam nyawa di dunia. Dari berbagai macam jenis penyakit jantung, gagal jantung merupakan penyakit jantung yang perlu ditangani dengan serius. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gaya hidup yang tidak sehat, adanya penyakit lain, atau riwayat keluarga. Gejala gagal jantung bisa berkisar dari yang ringan hingga yang serius, dan dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang secara bermakna. 

Terkait hal ini, DR. dr. Antonia Anna Lukito Sp.JP (K), FIHA, FAPSIC, FAsCC, FSCAI dan dr. Leonardo Paskah Suciadi, Sp.JP, FIHA, FAPSC, FESC, FHFA,  akan memberikan penjelasan-penjelasan menarik mengenai penyakit gagal jantung dan salah satu modalitas mutakhirnya yaitu LVAD (Left Ventricular Assist Device).

Pengertian dan Penyebab dari Penyakit Gagal Jantung

DR. dr. Antonia Anna Lukito

Photo :
  • RS Siloam Lippo Village Tangerang

DR. dr. Antonia Anna Lukito Sp.JP(K),  FIHA, FAPSIC, FAsCC, FSCAI, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RS Siloam Lippo Village Tangerang, yang juga merupakan Kepala Heart Center dan Koordinator ICCU (Intensive Cardiac Care Unit) RS Siloam Lippo Village Tangerang, menyebutkan jika gagal jantung merupakan kondisi yang sangat serius dan berpotensi mengancam nyawa. Kondisi ini ditandai dengan ketidakmampuan jantung dalam memompa darah secara efektif ke seluruh tubuh sehingga mengakibatkan kegagalan dalam suplai darah, nutrisi, dan oksigen ke berbagai organ tubuh. Kondisi ini dapat berkaitan dengan kelainan pada otot jantung, baik berupa otot yang melemah atau kaku, atau pembebanan jantung yang berlebih.

Penyebab dari kondisi gagal jantung dapat berasal dari berbagai macam penyakit jantung, dengan penyakit jantung koroner (PJK) dan penyakit darah tinggi yang tidak terkontrol merupakan dua penyebab tersering. “Selain itu, berbagai penyebab lainnya antara lain penyakit jantung katup, kelainan jantung bawaan yang tidak dikoreksi, kelainan otot jantung spesifik (kardiomiopati), penyakit metabolik (kencing manis, gangguan hormon tiroid, kegemukan, anemia, kelainan genetik), penyakit ginjal kronik, penyakit paru kronik, gangguan metabolisme, autoimun, infeksi atau peradangan jantung (miokarditis), efek toksik dari obat-obatan (tersering pasca kemoterapi atau radioterapi kanker), dan kelainan otot jantung terkait kehamilan,” ujar dr. Antonia.

Gejala Gagal Jantung dan Perlunya Melakukan Checkup 

Gejala-gejala gagal jantung antara lain sesak napas yang memberat seiring waktu, terutama setiap beraktivitas atau seseorang tersebut tidak bisa lagi berbaring terlentang karena merasa sesak di dada. Menurut dr. Antonia, keluhan-keluhan ini terkadang kurang jelas ditemukan pada kasus gagal jantung stadium awal atau pada penderita usia lanjut yang sudah kurang aktif bergerak, sehingga checkup rutin pada penderita yang berisiko tinggi sangat dianjurkan untuk dilakukan.

Lebih lanjut dr. Antonia menjelaskan pentingnya seseorang melakukan checkup rutin sebagai salah satu langkah pencegahan terkena penyakit gagal jantung. Sebagai contoh, seseorang yang menderita hipertensi memiliki kemungkinan masuk dalam indikasi gagal jantung. Namun, sering kali orang tersebut merasa bahwa belum perlu untuk melakukan checkup rutin.

Jika seseorang ingin melakukan checkup untuk mengetahui kondisi tubuh, apalagi terdapat ciri-ciri yang mengarah ke penyakit jantung, maka dapat datang dan konsultasikan keluhannya ke rumah sakit. “Pasien akan betul-betul diperhatikan secara ketat dan mendapatkan pelayanan maksimal karena adanya koordinasi dan saling support dari tim yang terdiri dari para tenaga medis multidisiplin, seperti psikologi, gizi klinis, farmakologi, rehabilitasi medis, dokter spesialis jantung, dokter spesialis jantung anak (untuk pasien anak-anak), dokter spesialis bedah, dan yang tidak kalah pentingnya adalah memberikan edukasi yang baik dan dukungan optimal kepada pasien tersebut,” lanjut dr. Antonia. 

Pemeriksaan dan Terapi untuk Gagal Jantung
Pemeriksaan ketika seorang pasien menderita gagal jantung dapat meliputi: 
•    Pemeriksaaan fisik untuk menilai keluhan dan tanda-tanda khas
•    Pemeriksaan rekam jantung (EKG) untuk dugaan adanya kelainan jantung 
•    Pemeriksaan ekokardiografi jantung (ECHO) untuk menilai struktur dan fungsi jantung 
•    Pemeriksaan laboratorium darah, untuk penunjang diagnosis (NTproBNP) maupun untuk menilai berbagai kelainan penyerta yang berkaitan (misal fungsi ginjal, diabetes melitus, anemia, fungsi tiroid, kadar zat besi, dll) 
•    Pemeriksaan pencitraan lanjut berupa MRI jantung/pencitraan nuklir/ CT Scan jantung, untuk konfirmasi diagnosis maupun menentukan penyebab pasti dari gagal jantung.

Sedangkan terapi untuk kondisi gagal jantung biasanya meliputi:
•    Perubahan gaya hidup, misalnya diet rendah garam dan pembatasan asupan cairan baik dari minum maupun makanan, upaya menurunkan berat badan, meningkatkan kapasitas latihan dan olahraga
•    Self-consciousness: identifikasi dan mengobati penyebab yang mendasar. Misalnya, apabila terdapat penyakit jantung koroner yang berat maka dilakukan intervensi pemasangan stent atau bahkan operasi bedah sepintas jantung (bypass)
•    Mengoptimalkan obat-obatan: kombinasi berbagai obat-obatan khusus gagal jantung yang perlu diminum rutin dalam jangka panjang.
•    Apabila gagal jantung sudah dalam stadium lanjut, maka memerlukan prosedur khusus, misalnya pemasangan pacu jantung khusus untuk sinkronisasi otot jantung (CRT), penjepitan katup mitral yang bocor melalui kateterisasi jantung (klip katup mitral), implantasi mesin pompa jantung buatan (LVAD) secara prosedur bedah jantung, hingga transplantasi jantung.

dr. Leonardo Paskah Suciadi

Photo :
  • RS Siloam Lippo Village Tangerang

dr. Leonardo Paskah Suciadi, Sp.JP, FIHA, FAPSC, FESC, FHFA, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dengan subspesialis gagal jantung lanjut di RS Siloam Kebon Jeruk - Source: Siloam Hospitals Group

Angka Kematian Akibat Gagal Jantung di Indonesia Tinggi

dr. Leonardo Paskah Suciadi, Sp.JP, FIHA, FAPSC, FESC, FHFA, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dengan subspesialis di gagal jantung lanjut, sekaligus Koordinator Heart Failure Clinic (Klinik Gagal Jantung) di RS Siloam Kebon Jeruk yang akrab disapa dengan dr. Paskah, memberikan gambaran mengenai kondisi pasien yang mengalami gagal jantung. 

Menurutnya, usia rata-rata pasien gagal jantung di Indonesia adalah di awal 60 tahun. “Berdasarkan jurnal kesehatan, di Asia Pasifik negara Indonesia memiliki angka kematian paling tinggi. Dalam 1 tahun tercatat sebesar 35 persen, lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara maju di Asia (contohnya Jepang dan Korea) dengan angka kematian pasien gagal jantung sebesar 15 persen,” ujar dr. Paskah.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa bahwa angka kematian nasional pada pasien gagal jantung selama perawatan di rumah sakit tercatat 4-6 persen, sedangkan di RS Siloam Lippo Village Tangerang dan Kebon Jeruk hanya sekitar 2 persen. Hal ini tentunya berkat koordinasi yang baik dari RS Siloam dan didukung oleh tim dari multidisiplin yang turut andil dalam proses pengawasan pasien gagal jantung di RS tersebut.

Pengertian LVAD (Left Ventricular Assist Device)

Gagal jantung lanjut adalah kondisi serius yang dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang. Namun, kemajuan teknologi medis melahirkan salah satu solusi untuk penanganan penyakit gagal jantung lanjut yaitu LVAD atau Left Ventricular Assist Device.

LVAD adalah perangkat mekanis yang dirancang untuk membantu jantung dalam memompa darah saat terjadi kegagalan jantung atau gangguan fungsi pompa jantung pada level tertentu. Teknis LVAD melibatkan pemasangan sebuah pompa yang ditempatkan di luar tubuh pasien secara implantasi di dalam dada yang terhubung dengan jantung dan arteri besar. Pompa LVAD ini berfungsi untuk mengekstrak darah dari bagian kiri jantung dan memompakannya ke arteri yang sangat dibutuhkan oleh jantung.

LVAD dapat membantu meningkatkan kualitas hidup pasien dengan mengurangi gejala akibat gagal jantung lanjut, seperti sesak napas dan kelelahan yang terus-menerus. Selain itu, pasien LVAD dapat menjalani hidup yang lebih aktif dan berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari.

Bagi mereka yang menderita gagal jantung lanjut tertentu dengan gejala seperti sesak napas, kelelahan kronis, dan penurunan fungsi jantung yang signifikan, LVAD bisa menjadi salah satu solusi yang perlu dipertimbangkan. Namun, tidak semua pasien cocok untuk menerima LVAD. Terdapat kandidat pasien yang ideal untuk menjadi pasien LVAD, karena pasien perlu menjalani perawatan dan pemantauan rutin yang diperlukan pasca pemasangan LVAD.

Komponen LVAD dan Durasi Pemulihan Pasca Pemasangan LVAD

Menurut dr. Paskah, perawatan pascaoperasi pasien memerlukan waktu minimal 3 minggu untuk masa pemulihan sejak dipasang LVAD. Hal ini dikarenakan pasien perlu adaptasi terhadap alat bantu yang terpasang, menjalani terapi untuk masa pemulihan, dan dibantu dalam melakukan kegiatan-kegiatan untuk aktivitas keseharian pasca pemasangan LVAD. 

Lebih lanjut dr. Paskah menjelaskan mengenai komponen-komponen LVAD yang secara umum dibagi menjadi 3 (tiga):
•    Komponen pertama, yaitu alat pompa yang ditanamkan di dalam jantung 
•    Komponen kedua, yaitu perangkat yang bersifat monitoring dan menunjang (baterai) yang dipakai sepanjang pasien memakai LVAD 
•    Komponen ketiga, yaitu kabel yang menghubungkan antara perangkat di dalam tubuh dengan luar tubuh yang biasanya akan dipasang di daerah perut. 

“Ketika pasien telah menjalani pemasangan LVAD, perlu diperhatikan juga bahwa pasien wajib menjaga tubuh agar tetap higienis sehingga dapat menurunkan terjadinya infeksi. Dalam hal ini, RS Siloam Lippo Village Tangerang dan Kebon Jeruk memiliki layanan yang terbaik untuk memberikan edukasi kepada pasien,” sebut dr. Paskah.

Penting juga untuk menerapkan gaya hidup sehat dan memperhatikan semua faktor risiko yang dimiliki. Identifikasi segera melalui skrining atau medical checkup sebelum bergejala juga dianjurkan, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko seperti memiliki riwayat penyakit jantung, diabetes, perokok, dan juga usia diatas 65 tahun.

Grup RS Siloam juga mengembangkan layanan Klinik Gagal Jantung dan merupakan salah satu pelayanan yang dapat rutin dilakukan oleh tim di klinik rawat jalan maupun secara telemonitoring untuk memperoleh penanganan yang lebih optimal dan komprehensif. Selain itu, Grup RS Siloam juga mampu mengerjakan berbagai prosedur intervensi mutakhir di bidang gagal jantung lanjut seperti implantasi mesin pompa jantung buatan (Left Ventricular Assist Device atau LVAD) sebagai solusi akhir bagi penderita gagal jantung berat. Sejauh ini, hanya RS Siloam sebagai satu-satunya rumah sakit di Indonesia yang memiliki tim khusus untuk melakukan prosedur LVAD.