Ancaman Kebutaan Mengintai! 111,8 Juta Penduduk Indonesia Berisiko Glaukoma di Tahun 2040

Ilustrasi Mata
Sumber :
  • pixabay

Jakarta – Pekan Glaukoma Sedunia diperingati setiap minggu ke-2 bulan Maret. Peringataan ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan masyarakat maupun stakeholder (pelaku di bidang kesehatan) tentang pentingnya upaya preventif, kuratif hingga rehabilitatif penyakit glaukoma.

Glaukoma merupakan kondisi neuropati optik progresif yang disebabkan oleh adanya peningkatan tekanan di dalam bola mata yang dapat merusak saraf optik dan berdampak pada penurunan fungsi penglihatan, bahkan kebutaan

Prof.DR.Dr Widya Artini Wiyogo selaku Head of Glaucoma Service JEC Group

Photo :
  • VIVAcoid/Agus Setiawan

Glaukoma berpotensi memberikan dampak yang lebih fatal dibanding katarak. Pasalnya, glaukoma tidak dapat direhabilitasi. Meski begitu, dapat di egah dampak fatalnya yaitu kebutaan permanen.

Prof.DR.Dr Widya Artini Wiyogo selaku Head of Glaucoma Service, JEC Group mengatakan, tahun 2040 hampir 111.8 juta penduduk akan menderita glaukoma.

“Diperkirakan pada tahun 2020, penderita glaukoma sedunia 80 juta orang, estimasi dari perkembangan grafik, pada 2040 hampir 111.8 juta penduduk yang akan menderita glaukoma, dan 8 juta diantaranya akan mengalami kebutaan, tentu saja ini bukan angka yang sedikit. Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia disebutkan bahwa prevalensi glaukoma di Indonesia diperkirakan sebesar 0,46% atau setara 4-5 orang tiap 1.000 penduduk,” ujarnya pada Kamis, 21 Maret 2024.

Lebih lanjut, Prof Ike, sapaan akrabnya mengatakan bahwa 80 persen kasus glaukoma tidak memiliki gejala. Kebanyakan pasien terdiagnosa secara tidak sengaja saat tes kesehatan atau di saat skrining.

Prof.DR.Dr Widya Artini Wiyogo selaku Head of Glaucoma Service JEC Group

Photo :
  • VIVAcoid/Agus Setiawan

Gejala seperti sakit kepala, pandangan tiba-tiba kabur, mual, muntah, merupakan salah satu gejala glaukoma. Pasien glaukoma akut, memiliki waktu 2X24 jam untuk segera menurunkan tekanan bila mata. Apabila terlambat, kelainannya akan menjadi permanen. Prof Ike menegaskan kepada masyarakat untuk melakukan skrining dini glaukoma secara berkala.

“JEC Group terus berkomitmen untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait bahaya glaukoma dan pentingnya deteksi dini glaukoma. Sehingga, kami selalu menghimbau agar masyarakat melakukan skrining dini glaukoma secara berkala,” ujarnya.