Ginjal Sehat dengan Diet Tepat: Panduan Lengkap untuk Pasien Penyakit Ginjal

Ilustrasi makanan sehat.
Sumber :
  • Pixabay/Unsplash

JAKARTA   – Penyakit ginjal kronis (PGK) adalah salah satu gangguan ginjal yang patut diwaspadai. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, prevalensi PGK di Indonesia tahun 2018 sebanyak 713.783 orang (0,38 persen). 

Angka ini meningkat drastis dibandingkan dengan prevalensi pada 2013, yaitu 499.800 orang (0,2 persen). Hal ini menandakan masih banyak orang yang belum menyadari pentingnya menjaga kesehatan ginjal, termasuk memahami tentang penurunan fungsi ginjal.

Terlebih lagi proses penurunan fungsi ginjal terjadi sangat cepat hingga baru disadari ketika terdeteksi di tahap lanjutan.

“Deteksi dini harus dilakukan, karena sangat banyak pasien gangguan ginjal yang datang ke dokter ketika sudah masuk stadium akhir, akhirnya harus cuci darah. Jadi karena di awal tidak adanya gejala, maka sebaiknya memang early detection. Jika tidak terdeteksi sejak dini, kondisi pasien sudah memburuk dan akibatnya harus terapi pengganti ginjal yaitu cuci darah, transplantasi atau cangkok ginjal,” kata Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Ginjal dan Hipertensi, dr. Dina Nilasari, Ph.D., Sp.PD-KGH, di acara Kalbe Academia for Media dalam rangka Hari Ginjal Sedunia 2024, Kamis 14 Maret 2024.

Dokter Dina mengatakan, untuk menjaga ginjal tetap sehat perlu dilakukan modifikasi gaya hidup menjadi healthy lifestyle. Di antaranya, dengan mengatur asupan makanan harian. 

Di sisi lain, terkait pemenuhan nutrisi harian yang cukup sesuai kebutuhan masing-masing orang, karena peran makanan sangat penting dalam menjaga fungsi ginjal. Akan ada perbedaan pengaturan makanan atau diet antara satu orang dengan lainnya yang tanpa gangguan ginjal dan dengan gangguan ginjal kronik. 

Spesialis gizi klinik, dr. Marya Haryono, M.Gizi, Sp.GK, FINEM, pola konsumsi nutrisi pejuang ginjal memang tidak boleh sembarangan, yaitu dengan pengaturan protein, bahkan sumber lain yang bersifat personalized seperti fosfat, natrium, kalium. 

Dia mengimbau pejuang ginjal untuk mengendalikan makanan yang dikonsumsi sehari-hari, terutama jika memiliki faktor komorbid yang dapat memperburuk gangguan ginjal. Misalnya memiliki hipertensi, maka harus mengurangi makanan tinggi natrium termasuk sodium. Begitu juga jika ada kecenderungan asam urat, maka harus terkendali asupan makanannya.

Sementara itu, Medical General Manager PT Kalbe Farma Tbk, dr. Dedyanto Henky Saputra, M.Gizi, AIFO-K, menjelaskan bahwa pola makan yang tepat pada pejuang penyakit ginjal kronik harus disesuaikan dengan stadium penyakitnya. 

Stadium 1-4 (Pradialisis)

Pada stadium 1—4 dikenal dengan pradialisis. Apabila sudah masuk stadium lima, dikenal sebagai stadium terminal atau pasien harus menjalani dialisis atau cuci darah. Pasien pradialisis diimbau menjalankan pola makan tinggi kalori tetapi rendah protein.

“Karena jika asupan proteinnya tinggi, maka proses kerusakan ginjalnya akan semakin cepat sehingga pasien akan lebih cepat jatuh ke dalam stadium dialisis,” kata dia. 

Stadium Dialisis

Sebaliknya, kata Dedyanto, jika pasien sudah masuk ke stadium cuci darah (dialisis), selain asupan kalorinya ditingkatkan maka asupan proteinnya harus lebih tinggi sekitar 20-30 persen dibandingkan asupan protein orang yang sehat. 

“Hal lain yang perlu diperhatikan adalah asupan kalium, fosfat, dan natrium yang terkontrol supaya tidak menimbulkan berbagai komplikasi,” kata dia lebih lanjut. 

Menurut  Dedy, nutrisi yang baik dapat membuat pasien lebih kuat, sehingga terapi yang dijalankan tidak terhambat atau berlangsung lebih baik. Makanan cair tambahan khusus untuk pasien ginjal sangat berperan dalam membantu proses perawatan pasien ginjal, apalagi jika para pejuang ginjal mengalami penurunan nafsu makan. 

Kalbe Farma yang terus berupaya menyehatkan bangsa menyediakan makanan cair untuk mendukung kesehatan pejuang ginjal tahap pradialisis maupun dialisis. Kandungan nutrisi yang ada dalam produk makanan cair ini ialah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, hingga mineral. Yakni Nephrisol dan Nephrisol D ini diketahui sama-sama tinggi kalori sesuai dengan prinsip diet penyakit ginjal kronis vitamin, dan mineralnya juga telah disesuaikan dengan kebutuhan.