Ahli Jiwa Sarankan Diet Sosmed Sebelum ke TPS, Ini Alasannya

Ilustrasi media sosial.
Sumber :
  • Freepik/rawpixel.com

VIVA Lifestyle – Masa tenang menjelang hari pemungutan suara atau Pemilu esok hari diwarnai dengan berbagai huru-hara di media sosial. Meski dikatakan sebagai masa tenang tanpa kampanye dari masing-masing pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden hingga calon legislatif, berbagai konten di sosial media masih ramai memberitakan hal-hal yang menyudutkan paslon tertentu. Tak jarang berita hoax atau palsu pun bertebaran untuk memengaruhi cara pandang orang lain.

Ahli Kedokteran Jiwa Rumah Sakit Pondok Indah, dr. Ashwin Kandouw, Sp.KJ, menjelaskan bahwa berita hoax yang sifatnya menghasut berdampak sangat buruk pada kesehatan mental seseorang. Dari situ, seseorang dapat terpengaruh hingga mengalami keraguan yang besar terhadap paslon yang mulanya sudah dipilih. Alhasil, beban pikiran ini nantinya akan membuat stres hingga menyebabkan gangguan mental yang lebih parah lagi. Yuk, scroll untuk info selengkapnya.

"Dampaknya bisa menyebabkan kerusuhan karena membumbui pikiran banyak orang. Saya mengimbau agar itu tidak dilakukan karena dampaknya luar biasa bisa menelan korban dan ditanggung banyak orang. Saya harap semuanya berpartisipasi dengan bersih dari nuraninya dulu," jelas dr. Ashwin, dalam wawancara eksklusif secara daring Selasa 13 Februari 2024.

Ilustrasi wanita/marah/stres.

Photo :
  • Freepik/wayhomestudio

Sejauh ini, banyak pihak yang mulai emosional baik para paslon dan caleg maupun pendukungnya masing-masing. Hal ini muncul karena mereka mulai terpancing dengan isu yang tersebar di luar sana terutama penggunaan media sosial yang mudah diakses banyak orang.

Tetapi, tak dipungkiri memang ada orang-orang yang sifat bawaannya sangat suka menyebarkan kabar hoax. Kepribadian seperti itu perlu didalami oleh ahlinya, namun biasanya dimulai karena ada rasa amarah dalam dirinya yang sudah lama dipendam. Sehingga, orang tersebut menciptakan hal bohong yang akan merugikan orang lain, supaya mereka tidak merasakan kesenangan seperti dirinya.

"Terus dia nggak merasa bersalah dan minta maaf. Jadi memang secara umum kalau kita nggak punya pengetahuan yang cukup mengenai karakter seseorang, kadang kita nggak menyadari orang ini toxic," paparnya.

"Orang toxic ada kemarahan dalam hidupnya sehingga mengungkapkan kemarahan itu, supaya orang lain merasakan hal nggak enak seperti yang dia rasakan," tambahnya.

Oleh sebab itu, dr. Ashwin mengimbau masyarakat untuk mengurangi penggunaan sosial media sebelum berangkat ke TPS agar tidak terpengaruh dengan berita hoax yang hangat dibicarakan.

Dalam masa itu, masyarakat diimbau untuk mempertimbangkan lebih dalam lagi siapa paslon yang akan dipilih untuk diberikan kepercayaan memimpin bangsa ini. Tidur yang cukup dan menjaga pola makan tentunya akan membantu mengelola stres sehingga tidak gugup saat nyoblos ke TPS.

"Diet medsos sangat tepat karena banyak info dari media sosial dan simpang siur, itu sangat memengaruhi," katanya.