96 Persen Anak Muda Zaman Sekarang Gampang Stres, Penyebabnya Bukan Cinta

Indah Sundari S.Psi., seorang Psikolog, dalam acara peluncuran Plossa Mini Isi Ulang bertema 'Discover The Magical Power of Nature's Healing'
Sumber :
  • VIVA.co.id/Rizkya Fajarani Bahar

JAKARTA Kesehatan mental menjadi isu yang mendapatkan perhatian lebih terutama oleh para remaja dan dewasa muda dengan aktivitas padat setiap hari. Rutinitas dan tuntutan hidup sebagai Gen Z dan Milenial membuat mereka lebih rentan mengalami stres dibandingkan dengan generasi lainnya. Ditambah lagi dengan kemajuan teknologi yang tidak hanya memberikan dampak baik tetapi juga dampak buruk bagi kondisi psikis seseorang.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fasilitas Universitas Indonesia pada 2021, mayoritas remaja dan dewasa muda berusia 16 sampai 24 tahun memasuki periode kritis kesehatan mental. Hampir 96 persen remaja dan dewasa muda di Indonesia mengalami gejala kecemasan (anxiety disorder) dan 88 persen di antaranya mengalami gejala depresi. Terlebih lagi remaja yang tinggal di kota besar seperti Jakarta, yang dinobatkan sebagai kota dengan tingkat stres tertinggi di dunia, menempati urutan ke-9 menurut Stressful Cities Index oleh situs Vaay.

"Setiap manusia punya stres, kalau nggak ada sama sekali bahaya. Kalau nggak ada stres, nggak ada daya dalam dirinya untuk melakukan sesuatu. Stres itu diperlukan, tapi yang bahaya kalau berlebihan atau berkepanjangan," ujar Indah Sundari S.Psi., seorang Psikolog, dalam acara peluncuran Plossa Mini Isi Ulang bertema 'Discover The Magical Power of Nature's Healing', di Jakarta, Kamis 18 Januari 2024.

Padatnya aktivitas sehari-hari dapat membuat seseorang mengalami stres yang berdampak pada fisik dan kesehatan emosional (mental atau psikis). Kesehatan emosional yang tidak terjaga ini nantinya menyebabkan stres berkepanjangan yang membuat produktivitas jadi terhambat. Gejala stres yang dialami biasanya adalah susah tidur, pusing, sakit kepala, pegal-pegal dan kram di beberapa bagian tubuh, perubahan pola makan, mudah sedih dan cemas, serta ulit berkonsentrasi.

Sementara itu, ada beberapa masalah hidup yang membuat Gen Z dan Milenial mengalami stres. Berdasarkan presentase dari Dataindonesia.id, 59 persen disebabkan karena kondisi keuangan, 17 persen karena minder dengan pencapaian teman, 8 persen karena karier yang tak berkembang, 7 persen karena kesepian, 5 persen karena hubungan personal dengan keluarga, dan 4 persen karena hubungan asmara yang berantakan.

"Masalah terbanyak adalah keuangan. Lebih pusing mikir keuangan daripada asmara yang berantakan ya. Penyebabnya ada banyak, di antaranya pencapaian teman. Digitalisasi setiap hari, scroll sosmed 'wah kok dia umur segini bisa jabatan A'. Hal seperti itu bisa banget bikin Gen Z dan Milenial stres," jelas Indah.

Stres memang kondisi yang tidak dapat dihilangkan, namun bisa dikelola agar tidak semakin parah dan membawa dampak buruk bagi kehidupan. Salah satu cara menanganinya adalah dengan merileksasi pikiran dengan bantuan menghirup aromaterapi sebagai inhaler. Dengan menghirup aromaterapi yang menyegarkan bisa membuat pikiran jadi lebih tenang dan fokus.