Benarkah Mengunyah Permen Karet Bisa Buat Orang Berhenti Merokok?

Ilustrasi permen karet.
Sumber :
  • Pixabay/giesje

JAKARTA – Angka perokok aktif di Indonesia meningkat selama sepuluh tahun terakhir. Berdasarkan data Global Adult Tobacco Survey 2021 yang diluncurkan Kementerian Kesehatan terjadi penambahan jumlah perokok dewasa sebanyak 8,8 juta orang yaitu dari 60,3 juta pada 2011 menjadi 69,1 juta perokok pada 2021. 

Padahal diketahui bahwa banyak masalah kesehatan yang dapat terganggu akibat konsumsi rokok secara terus menerus. Efek dari perokok yang paling pertama merusak organ tubuh akibat asap rokok adalah paru-paru. Asap rokok tersebut terhirup dan masuk ke dalam paru-paru sehingga menyebabkan paru-paru mengalai radang, bronchitis hingga pneumonia atau bahkan kanker paru.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan seorang perokok untuk menghentikan kebiasaan merokoknya. Salah satunya yang telah menjadi pembahasan di masyarakat luas adalah dengan mengunyah permen karet

Lantas benarkah demikian? Terkait hal itu, Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Prof. DR. Dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P (K), FISR, FAPSR angkat bicara. Dijelaskannya bahwa memang benar permen karet bisa menjadi salah satu cara untuk mengatasi adiksi seseorang terhadap rokok. 

"Permen karet adalah salah satu upaya untuk mengatasi adiksi. Menggunakan permen karet adalah perilaku yang diubah oleh kita. Biasanya oorang merokok kan pegang rokok, lalu harus ada sesuatu di mulut. Itu kita ganti dengan permen karet," kata dia dalam virtual media briefing, Selasa 9 Januari 2024.

Lebih lanjut, diungkap Prof Agus bahwa dengan menggunakan permen karet ini merupakan salah satu terapi perilaku yang bisa dilakukan oleh perokok.

Di sisi lain, Prof Agus juga mengungkap bahwa mereka yang ingin berhenti merokok sebenarnya tidak harus mengunyah permen karet. Ada beberapa aktivitas lainnya yang bisa dilakukan untuk membuat tangannya sibuk sehingga tidak terbiasa memegang rokok. 

"Diganti permen karet atau diganti dengan yang lain sehingga enggak terbiasa pegang rokok. Bisa berkebun, menanam. Tapi memang enggak semua bisa ditangani dengan permen karet," jelasnya.

Prof Agus mengungkap keberhasilan seseorang untuk berhenti dari rokok ini tergantung dari niat orang tersebut. Jika memang orang tersebut memiliki niat rendah maka biasanya orang tersebut membutuhkan modalitas yang lebih banyak untuk dapat bisa berhenti merokok. 

"Kalau ketemu pasien mau berhenti, niat rendah, dikasih terapi tambahan berupa terapi non obat seperti, terapi psikologis, akupuntur, hipnosis. Terapi tambahan, kombinasi obat dan non-obat, lebih tinggi tingkat keberhasilannya," ujar dia.