Banyak Orang Alami Kesepian Tinggal di Jabodetabek, Penyebabnya Ini!
- Pixabay
JAKARTA – Baru-baru ini Health Collaborative Center (HCC) merilis tentang penelitian terbarunya mengenai tingkat kesepian terhadap masyarakat di Jabodetabek. Penelitian ini berlangsung sejak November 2023 pada 1229 responden mayoritas Jabodetabek.
Dari penelitian tersebut diketahui 4 dari 10 orang yang tinggal di Jabodetabek mengalami kesepian sedang. Dan enam persennya mengalami kesepian derajat berat.
“Derajat kesepian kelihatan sekitar 7 persen tidak kesepian, dikit banget. Tinggal di kota besar derajat kesepian ringannya banyak loh,” kata peneliti utama dan ketua HCC Dr dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK saat ditemui awak media di kawasan Senayan Jakarta Pusat, Selasa 19 Desember 2023.
Berdasarkan hasil penelitian itu menariknya 44 persen angka kesepian sedang disetir oleh empat faktor. Dijelaskan Ray 44 persen orang kesepian ringan ini mengungkap bahwa mereka tidak cocok dengan orang sekitar. Kedua adanya rasa malu dan minder ketika berada dalam sebuah kelompok.
Selain itu yang menarik dari hasil penelitian tersebut terkait faktor yang memicu perasaan sepi masyarakat di Jabodetabek yakni tidak adanya rasa kedekatan meski sedang berkumpul bersama teman-teman.
“Saya enggak merasa dekat dengan orang lain meski kita ngumpul bareng gini tapi saya tetap merasa kesepian karena saya merasa tidak dekat dengan orang lain. Keempat saya merasa hobi ide saya tidak sejalan dengan crowd dengan orang sekitar saya,” kata dia.
Terkait dengan apa yang perlu dilakukan ketika seseorang merasa tetap kesepian meski berada di dalam kelompok?
Ray mengungkap bahwa hal yang harus dilakukan pertama adalah ketika seseorang sudah dikategorikan sebagai kesepian derajat sedang butuh bantuan pihak ketiga tenaga profesional di tenaga kesehatan jiwa. Sebab kata Ray permasalahan ini tidak bisa diselesaikan sendiri.
“Kesepian derajat sedang itu enggak akan mungkin dibereskan sendiri,” kata dia.
Dia menjelaskan lebih lanjut jika kesepian tersebut dipendam bisa berpengaruh kurang baik pada diri orang tersebut.
“Bahayanya kalau dipendam itu bisa menutup potensi untuk mendapatkan bantuan. Potensi menjadi berat itu jauh lebih besar,” jelas dia.
Namun sayangnya Ray menyoroti bahwa saat ini sistem kesehatan di Indonesia kurang ramah untuk screening kesehatan mental.
“Screening diidentifikasi. Yang terjadi sekarang adalah sistem kesehatan kita tidak ramah dengan deteksi gangguan kesehatan mental. Masih ada stigma, fenomena self diagnostik itu masih marak terjadi dengan tools tidak relevan. Identifikasi sebaiknya menggunakan screening tools yang terverifikasi. ,” jelas dia.
Ray mengungkap bahwa jika sudah terdiagnosis dan hasilnya kesepian sedang ke atas tidak mungkin bisa selesai sendiri.
“Karena kesepian derajat berat biasanya yang berdasarkan kepustakaan dibarengi dengan gangguan yang lain ada potensi psikosomatis kadang merasa sesak, demam. Sedang potensi ke berat tinggi banget,” ujar dia.