Pasien Kanker Paru di Indonesia 10 Tahun Lebih Muda daripada di Luar Negeri
- Times of India
JAKARTA – Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia. Secara global, kanker paru masih menjadi penyebab kematian nomor satu akibat kanker para pria.
Tak hanya disebabkan karena asap rokok, kanker paru bahkan bisa terjadi pada orang yang tidak merokok hanya karena paparannya. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
Dokter Sita Laksmi Andarini, Ph.D, Sp.P(K) selaku Ketua Kelompok Kerja Onkologi dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), mengungkapkan bahwa usia pasien kanker paru di Indonesia 10 tahun lebih muda dibandingkan dengan pasien di luar negeri.
Jika rata-rata orang luar negeri terdeteksi kanker paru di usia 68 tahun, di Indonesia justru ditemukan pada pasien berusia 58 tahunan.
Penyebab pertama dan yang paling sering ditemui adalah karena usia awal merokok yang lebih muda di bandingkan di luar negeri. Bagaimana tidak, bahkan ada banyak anak sekolah yang masih di bawah umur sudah mulai mengenal rokok hingga kecanduan.
"Pertama karena usia awal merokok lebih muda dibandingkan dengan di luar negeri," jelas Dokter Sita, dalam media briefing bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) secara daring, Senin 4 November 2023.
Angka perokok di Indonesia juga terhitung lebih tinggi pada laki-laki termasuk para kepala keluarga. Tak jarang mereka merokok di dalam rumah sehingga mencemarkan asap rokok di lingkungan rumahnya.
Anak-anak dan wanita yang berada di dalam rumah pun jadi lebih mudah terpapar asap rokok.
"Angka perokoknya sangat tinggi pada laki-laki sehingga seluruh keluarga bisa terkena asap rokoknya karena ada paparan yang terus menerus pada anak dan cucu. Ini bisa meningkatkan kanker paru dengan sangat muda," kata Dokter Sita.
Karena paparan asap rokok yang cukup tinggi, beberapa kasus kanker paru dialami oleh anak-anak yang sama sekali belum mengenal rokok. Biasanya, mereka terdampak karena orang-orang di sekitarnya yang merupakan perokok aktif.
"Ada yang usia 9 tahun, di RS Persahabatan tercatat pernah ada pasien kanker paru berusia 11 tahun. Dia tidak merokok aktif tapi pasif terus menerus. Sedangkan yang tertua ada yang 95 tahun," ujarnya.
Kesadaran masyarakat Indonesia akan bahaya merokok dinilai masih cukup rendah.
Berdasarkan data dari Global Adult Tobacco Survey (GATS) tahun 2021, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir telah terjadi peningkatan jumlah perokok dewasa yaitu yang awalnya sebesar 60,3 juta pada 2011 menjadi 69,1 juta pada 2021.
Prevalensi perokok remaja usia 13-15 tahun pun tercatat meningkat sebesar 19,2 persen.
Sering disayangkan pasien yang datang untuk periksa ke dokter paru baru menemukan penyakit kankernya setelah stadium lanjut. Hal ini disebabkan karena tidak adanya gejala yang serius saat kanker masih berada di stadium awal.
Adapun beberapa gejala yang berhubungan dengan kanker paru adalah batuk, batuk darah, sesak napas, hingga nyeri dara. Ada juga edema-SVCS karena pembesaran tumor yang menekan pembuluh darah.
Gejala-gejala ini perlu diwaspadai dan bisa segera diperiksakan dengan cara skrining ke rumah sakit.
Terutama bagi orang dengan kriteria tertentu yang berisiko tinggi terkena kanker paru, seperti laki-laki berusia di atas 40 tahun, punya riwayat merokok, punya keluarga dengan riwayat kanker, dan punya riwayat bekerja di lingkungan yang memicu kanker seperti pekerja tambang atau konstruksi.