Cara Kerja Nyamuk Wolbachia, Inovasi Baru untuk Atasi Penyebaran DBD di Indonesia
- vstory
Yogyakarta – Dalam beberapa waktu belakangan, marak informasi tentang pro kontra penggunaan inovasi teknologi nyamuk wolbachia di Indonesia. Padahal, inovasi yang satu ini telah disetujui oleh Kementerian Kesehatan untuk menurunkan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD).
Kementerian Kesehatan RI mengatakan bahwa efektivitas teknologi wolbachia ini sudah diteliti sejak tahun 2011 oleh World Mosquito Program (WMP) dan Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Teknologi yang dipakai bukan kategori dari rekayasa genetika.
Wolbachia sendiri merupakan bakteri yang hanya bisa hidup di dalam tubuh serangga, termasuk nyamuk. Wolbachia ini tidak bisa bertahan hidup di luar sel tubuh serangga dan tidak dapat mereplikasi diri tanpa bantuan serangga inangnya.
“Sel ini dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui telur serangga. Wolbachia secara alami dapat ditemukan di 60% jenis serangga, diantaranya pada lalat buah, ngengat, capung, dan kupu-kupu,” menurut penjelasan dari kanal YouTube WMP Yogyakarta.
Kunci keberhasilan dari sebaran wolbachia ini telah dijelaskan oleh pihak WMP. Menurut mereka, apabila seekor serangga jantan mengandung wolbachia dan kawin dengan betina tanpa wolbachia, maka telur-telur yang dihasilkan tidak bisa menetas.
“Jika betinanya yang mengandung wolbachia sementara yang jantan tidak, maka telur serangga ini akan menetas dan semuanya akan mengandung wolbachia. Jika keduanya mengandung wolbachia, maka telur yang dihasilkan akan menetas dan mengadung wolbachia,” jelasnya.
“Dalam beberapa generasi, jumlah serangga yang mengandung wolbachia akan meningkat drastis, sehingga pada suatu saat sebagian besar populasi serangga sudah ber-wolbachia. Kami ingin melihat bahwa hal ini bisa menghentikan penularan dengue atau tidak,” ungkapnya.
WMP mengatakan hal pertama yang harus mereka lakukan untuk mendeteksi hal tersebut adalah dengan memindahkan wolbachia ke dalam tubuh nyamuk sehingga dapat berkembang dan diturunkan ke generasi berikutnya.
“Kami memakai jarum suntik sangat kecil kami mengambil wolbachia dari lalat buah dan memasukkannya ke dalam telur aedes aggypti. Kami mencoba ribuan kali sampai akhirnya kami berhasil. Kami kemudian menginveksi nyamuk wolbachia dengan virus dengue,” ujarnya.
“Kami menemukan sesuatu yang menarik. Virus DBD tidak bisa berkembang dalam tubuh nyamuk. Jika virus ini tidak dapat berkembang, maka ia tidak bisa ditularkan pada manusia. Kami ingin mengembangkan metode ini di tempat rawan DBD di Indonesia,” ungkapnya.