Cegah Kanker Serviks, Vaksin HPV Paling Optimal Diberikan pada Anak Pra-remaja

Ilustrasi kanker serviks.
Sumber :
  • iStockphoto.

JAKARTA – Sebuah studi baru berpendapat bahwa cara terbaik untuk mencegah kanker serviks pada wanita adalah dengan memberikan vaksin HPV (human papillomavirus) kepada anak laki-laki dan perempuan di bawah usia 15 tahun. Dengan begitu, kekebalan kelompok dapat membantu memberantas virus penyebab kanker serviks.

Pemberian vaksinasi HPV kepada terutama anak-anak perempuan di bawah 15 tahun merupakan salah satu program pemerintah Indonesia yang sedang dilakukan guna menurunkan angka kejadian akibat kanker serviks di masa depan. Scroll untuk info selengkapnya.

Secara global, target vaksin HPV yang ingin dicapai adalah menurunkan angka kejadian menjadi 4/100.000 penduduk per tahun pada tahun 2030 mendatang. Vaksinasi HPV ini paling efektif diberikan kepada anak-anak yang memasuki masa pra-remaja karena mereka belum aktif secara seksual dibandingkan dengan orang dewasa.

Terjadinya kanker serviks pada wanita juga melalui proses yang cukup panjang sekitar 10-15 tahun sebelum akhirnya ditemukan kanker tersebut. Oleh sebab itu, usia 9-14 tahun adalah waktu yang paling tepat untuk mendapatkan vaksinasi HPV guna mencegah terjadinya kanker serviks.

"Vaksin HPV itu diberikan pada anak karena paling optimal dikasih di usia pra-remaja, optimal dalam kekebalan tubuh. Ketika sudah kena kanker serviks, infeksinya teradi sudah lama sejak 10-15 tahun sebelumnya," ujar dr Kurniawan Satria Denta, M.Sc, Sp.A selaku Dokter Spesialis Anak, dalam acara Kelas Jurnalis bersama Kemenkes dan MSD, di Jakarta, Selasa 14 November 2023.

Anak-anak berusia 9-14 tahun dengan kondisi seksual yang belum aktif juga memiliki antibodi yang lebih tinggi daripada orang dewasa. Oleh sebab itu, pemberian vaksin HPV akan bekerja lebih maksimal untuk membentengi tubuh dari virus penyebab kanker serviks. Anak-anak pun cukup mendapatkan dua kali suntikan atau dua dosis vaksin HPV saja. Sedangkan orang dewasa membutuhkan tiga dosis vaksin HPV.

"Setelah penelitian diketahui ternyata kalau memberikan vaksin di usia remaja, mereka belum aktif secara seksual. Antibodinya tinggi, perlindungannya tinggi. Saking tingginya, hanya butuh dua kali suntik saja," jelas Dokter Kurniawan.

Lebih lanjut, dokter lulusan Universitas Gajah Mada (UGM) tersebut menekankan bahwa vaksin HPV aman diberikan kepada anak-anak usia dini. Mitos perihal vaksin HPV akan menyebabkan kemandulan tidak benar adanya karena sudah banyak penelitian yang membuktikannya. Tetapi, efek samping dari pemberian vaksin HPV mungkin dirasakan beberapa waktu setelah penyuntikan, yakni rasa nyeri di tangan akibat jarum suntik.

"Vaksinasi HPV bukan hal yang baru tetapi sudah lama. Bahkan di Amerika Serikat mereka punya data dari 2006 itu sudah mau seratus juta dosis diberikan. Efek samping yang parah tidak ada, paling efek samping biasa saja seperti nyeri," ujarnya.

Vaksin HPV

Photo :
  • pixabay

Tak hanya pada anak, imunisasi HPV nyatanya juga penting dilakukan oleh perempuan usia remaja dan dewasa. Sayangnya, masih ada keengganan di tengah masyarakat untuk melakukan skrining dan mendapatkan imunisasi HPV. Pada tahun 2023, cakupan skrining kanker serviks di Indonesia hanya mencapai 7,02 persen dari target 70 persen. Masih banyaknya informasi tidak tepat seputar kanker serviks dan imunisasi HPV turut andil dalam kondisi ini.

"Mitos bahwa kanker serviks adalah penyakit orang yang sudah berkeluarga, sehingga anak-anak tidak perlu diberi imunisasi HPV, atau bahwa imunisasi kanker serviks bisa menyebabkan kemandulan, menjadi beberapa informasi kurang tepat yang beredar di masyarakat. Karenanya, penting bagi orangtua untuk memahami dengan baik manfaat imunisasi HPV guna melindungi anak dari risiko kanker serviks di masa yang akan datang," jelas Dokter Kurniawan.