Aneurisma Otak Lebih Rentan Dialami Wanita, Kok Bisa?
- Pixabay
JAKARTA – Aneurisma otak atau sebuah kondisi di mana terdapat benjolan di pembuluh darah otak bisa berakibat fatal apabila benjolan tersebut semakin membesar hingga meletus dan menyebabkan pendarahan. Aneurisma otak bukanlah suatu penyakit yang mendadak muncul, perlu beberapa tahun untuk membuat dinding pembuluh darah semakin menipis dan membenjol hingga terbentuk aneurisma tersebut.
Sebagian orang tidak memiliki keluhan terkait aneurisma di otaknya, sehingga mereka tetap merasa sehat seolah tidak menghadapi penyakit yang serius. Di sisi lain, apabila tidak segera terdeteksi maka aneurisma bisa semakin membesar hingga pecah. Scroll lebih lanjut ya.
Ada beberapa faktor risiko yang dapat memicu terjadinya aneurisma otak seperti merokok, riwayat hipertensi, dan riwayat keturunan dari keluarga yang pernah mengalami stroke, pendarahan, dan aneurisma pecah.
Gaya hidup yang tidak sehat juga bisa menjadi penyebab munculnya aneurisma otak seperti penggunaan obat terlarang terutama coccaine, dan suka minum alkohol.
"Kalau sudah punya lebih dari 3 faktor risiko, sebaiknya langsung skrining. Jangan takut buat skrining karena lebih menakutkan kalau penyakitnya telat ditangani," terang Dr. dr. Mardjono Tjahjadi Sp.BS(K), PhD, selaku Dokter Spesialis Bedah Saraf, dalam media briefing bersama Rumah Sakit Pondok Indah, di kawasan Cipete, Jakarta, Selasa 12 September 2023.
Selain itu, aneurisma otak ternyata lebih banyak menyerang para wanita dan orang-orang berusia di atas 40 tahun. Menurut Dokter Mardjono dari berbagai penelitian menemukan bahwa penyakit yang satu ini lebih rentan dialami oleh para wanita karena adanya faktor hormonal.
Wanita memiliki hormon alami dalam tubuhnya yang disebut estrogen. Salah satu fungsi hormon tersebut adalah untuk melindungi tubuh dari berbagai penyakit, termasuk pembuluh darah.
Akan tetapi, ketika menjelang masa manopause hormon estrogen tersebut mengalami penurunan sehingga bisa memicu munculnya berbagai penyakit termasuk aneurisma otak ini.
"Itulah hipotesis yang sampai saat ini dipercaya menjadi penyebab tingginya angka risiko penderita wanita mengalami aneurisma otak," ujarnya.
Selain karena faktor hormonal tersebut, beberapa penelitian juga menemukan bahwa penggunaan hormon pencegah kehamilan dapat berisiko menyebabkan aneurisma otak pada wanita.
Penyakit aneurisma ini juga perlu diwaspadai dan dijaga agar tidak pecah. Sebab, pecahnya pembuluh darah di otak akan menyebabkan pendarahan otak atau selaput otak yang mematikan.
Hingga saat ini belum diketahui pasti apa penyebab terbentuknya aneurisma, namun yang jelas itu adalah kondisi di mana pembuluh darah melemah dan menipis. Awalnya, banyak dokter yang mengira penipisan pembuluh darah tersebut disebabkan karena penyakit bawaan lahir atau faktor keturunan. Namun seiring dengan perkembangan teknologi medis, dibuktikan bahwa teori kelainan bawaan lahir tidak sepenuhnya benar.
Penelitian menemukan bahwa aneurisma juga bisa terjadi karena gaya hidup kurang baik yang merusak lapisan sel endotel pembuluh darah.