Dampaknya Mematikan, Perokok Rentan Diintai Kanker Paru Jenis Ini

Ilustrasi jangan merokok di pantai
Sumber :
  • Pixabay

JAKARTA – World Health Organization menyebutkan kanker sebagai salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Kanker paru sendiri tetap menjadi penyebab utama kematian karena kanker dengan perkiraan 1,8 juta atau 18 persen kasus kematian, dengan salah satu faktor risiko sebagai perokok.

Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 63 jenis bahan yang dikandung asap rokok itu bersifat karsinogen. Secara epidemiologis juga terlihat kaitan kuat antara kebiasaan merokok dengan insiden kanker paru.

Sama halnya pada anak dan perempuan perokok pasif akan terkena kanker paru lebih tinggi daripada mereka yang tidak terpajan asap rokok. Serta, pajanan di tempat kerja seperti asbes, radon, silika, dan polusi udara.

Ilustrasi sel kanker.

Photo :
  • Freepik

Di Indonesia, berdasarkan data Globocan 2020, jumlah kasus baru kanker paru menempati urutan ke-3 (8,8 persen), setelah kanker payudara (16,6 persen), dan kanker serviks (9,2 persen). Kanker paru merupakan jenis kanker yang paling banyak yang terjadi pada laki-laki (14,1 persen). Kanker paru yang patut diwaspadai jenisnya adalah small cell atau karsinoma sel kecil yang rentan mengintai perokok. 

"Jenis kanker paru ini memang sesuai namanya relatif kecil. Umumnya small cell lung cancer yang banyak terjadi pada perokok," ujar Presiden Direktur KGbio Sie Djohan, dalam temu media, di Jakarta, Senin 11 September 2023.

Meski terkesan kecil, namun kanker paru jenis ini sebenarnya berkontribusi pada 10 persen kasus di dunia dan berdampak mematikan. Terlebih, kasusnya sendiri sangat sulit disembuhkan karena belum ada pengobatan yang efektif.

"Kanker paru termasuk kanker terbesar, mungkin nomor 1 pada pria. Dan di antara penderita kanker paru, yang small cells lung cancer kontribusinya sekitar 10 persen di global. 10 persen tapi sangat mematikan dan pengobatan belum ada yang mudah disembuhkan," imbuhnya

Maka dari itu, Sie Djohan menyebutkan bahwa upaya penyembuhan yang dilakukan dengan produk antibodi monoklonal anti-PD-1 (mAb) baru dan dikombinasikan dengan kemoterapi untuk pengobatan lini pertama kanker paru-paru sel kecil. Pada kanker paru jenis ini, dapat mengelabui sel imunitas tubuh sehingga sulit diobati. Maka, produk antibodi ini akan menekan sifat tersebut sehingga sel kanker akan terlihat dan akan diobati dengan imunitas tubuh. 

"Kita mengobati kanker dengan memodulasi sistem imun. Dalam hal ini, kankernya pintar, bisa kayak mengelabui sel darah putih. Dia mengeluarkan satu molekul yang ketemu sel darah putih, itu disebut PD-1. Ini obat bisa nutupin molekul. Kanker nggak bisa nyamar lagi jadi bisa dikenali dan dibunuh oleh sel imun kita. Memanfaatkan sistem imun untuk melawan," kata Sie Djohan.

Ilustrasi sel kanker.

Photo :
  • Pixabay

Sie Djohan menilai bahwa inovasi obat tersebut yang kini dinamai 'Serplulimab' dianggap sebagai harapan baru. Produk inovatif pertama Henlius yang telah mendapatkan ijin di China Maret 2022 telah disetujui untuk digunakan untuk tiga indikasi termasuk di dalamnya tumor padat (MSI-H solid tumour), kanker paru-paru non sel kecil (squamous non-small cell lung cancer (sqNSCLC), dan ekstensif kanker paru paru sel kecil (extensive stage small cell lung cancer (ES-SCLC)). 

"Sudah uji klinis fase 3 untuk small cell lung cancer (obat) itu boleh dikatakan salah satu yang terbaik dari kelasnya. Memang China sudah mendapatkan indikasi untuk small cell lung cancer. Dengan adanya obat ini memberikan harapan baru pada pasien," bebernya.

Untuk itu, KGbio bersama dengan Shangai Henlius Biotech, Inc (Henlius) menandatangani perjanjian kerja sama lisensi eksklusif. Ini dimaksudkan untuk pengembangan dan komersialisasi produk injeksi serplulimab di 12 negara Timur Tengah dan Afrika Utara (Middle East and North Africa/ atau MENA).

12 negara itu termasuk Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, Qatar, Yordania, Maroko, dan lain-lain. Dengan keunggulan efficacy dan differensiasinya, serplulimab telah mendapatkan pengakuan luas dan uji klinisnya telah dipublikasikan di jurnal medis terkemuka seperti Journal of American Medical Association (JAMA). 

“Kami menyambut baik kolaborasi antara KGbio dengan Henlius. Dengan jaringan dan dan kemampuan operasional KGbio di Timur Tengah dan Afrika Utara, kolaborasi ini menjadi upaya kedua perusahaan untuk mengembangkan produk-produknya khususnya untuk produk-produk biologi yang inovatif,” kata Sie Djohan yang juga selaku Direktur Kalbe, induk perusahaan KGBio.