Dampak Polusi Udara Meluas, Bisa Sebabkan Masalah Penglihatan dan Pendengaran

Ilustrasi mata sakit atau merah
Sumber :
  • Pixabay

JAKARTA – Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 2,2 miliar orang di seluruh dunia mengalami gangguan penglihatan jarak dekat atau jarak jauh. Salah satu penyebab utama gangguan penglihatan di tingkat global adalah kelainan refraksi. Dari total tersebut, hanya 36 persen gangguan penglihatan jarak jauh akibat kelainan refraksi yang mendapat akses dengan intervensi. 

Sementara itu, lebih dari 5 persen populasi dunia atau 430 juta orang memerlukan rehabilitasi untuk mengatasi gangguan pendengaran yang mereka alami. Diperkirakan pada 2050, lebih dari 700 juta orang akan mengalami gangguan pendengaran. Dan lebih dari 1 miliar orang dewasa muda berisiko mengalami gangguan pendengaran permanen karena praktik mendengarkan yang tidak aman. Yuk, scroll untuk informasi selengkapnya.

Namun ternyata, polusi udara yang tengah melanda ibukota Jakarta dan beberapa kota besar lainnya di Indonesia, turut berkontribusi terhadap masalah penglihatan dan pendengaran. 

Deputy CEO Product and Service, dr. Madhita Kasoem M.Sc Aud-vestMed, menjelaskan, polusi udara yang berdebu tentu dapat menimbulkan iritasi untuk mata. Terlebih, polusi udara tidak bisa kita hindari jika sudah ke luar rumah. 

"Pakai proteksi seperti kacamata itu akan lebih mengurangi, walaupun gak maksimal," ujar dokter Madhita saat peluncuran aplikasi Kasoem Plus dan rebranding Kasoem Care di Cikini, Jakarta Pusat, baru-baru ini. 

Sementara untuk pendengaran, dr. Madhita menjelaskan, bagian telinga dibagi menjadi 3, yaitu bagian luar, tengah dan dalam. Namun, tidak semua masalah pendengaran penyebabnya sama dan masalah yang muncul juga tergantung lokasinya di mana.

"Nah, salah satunya kalau untuk polusi biasanya ada hubungan lebih ke alergi, batuk, pilek, itu hubungannya ke telinga tengah. Contohnya kalau kita lagi flu berat, pendengaran juga agak berkurang, karena ada hubungan antara telinga tengah dan tenggorokan," jelasnya. 

Lalu, benarkah jika kotoran telinga kita banyak salah satu penyebabnya karena terpapar polusi udara?

"Sebenarnya kotoran telinga itu sendiri dihasilkan dari telinga kita sendiri. Jadi, di telinga kita ada kelenjar untuk menghasilkan kotoran telinga dan juga kelenjar keringat. Jadi sebetulnya kotoran telinga itu dari telinga kita sendiri," ungkapnya. 

Ilustrasi Telinga

Photo :
  • pixabay/Adinavoicu

Dokter Madhita pun turut memperingatkan tanda-tanda yang patut diwaspadai yang mengarah pada kerusakan telinga. Tanda yang paling mudah dikenali adalah telinga berdenging. 

"Kalau ada bunyi 'nging' (berdenging) itu udah tanda-tanda telinga udah mulai lelah. Kalau udah gitu, sebenernya jangan nunggu sampai begitu, kita harus mengurangi, jangan terlalu keras dan jangan terlalu lama pakai earphone. Bahkan gak terlalu keras tapi kalo pakainya terlalu lama gak bagus juga," paparnya. 

"Awalnya berdenging terus lama-lama kita mulai gajelas kalau denger. Itu berarti udah mulai ada penurunan pendengaran, karena penurunan pendengaran gak langsung tiba-tiba gak denger sama sekali, tapi sedikit-sedikit," imbuhnya. 

Lebih lanjut menurut dokter Madhita, masalah gangguan penglihatan dan pendengaran turut memengaruhi kualitas hidup seseorang. 

"Maka dari itu, kita tidak berhenti mengedukasi dan mempermudah akses intervensi melalui layanan langsung via aplikasi Kasoem Plus. Jika kurang, mereka dapat konsultasi melalui Kasoem Care dengan teknologi AI terkini," tutup dr. Madhita Kasoem.