Anjurkan Pangan Lokal untuk Cegah Stunting, Pakar: Ikan Kutuk dan Gabus Itu Bagus

Ilustrasi balita.
Sumber :
  • Freepik/rawpixel.com

BLITAR – Presiden Jokowi mengalokasikan Rp186,4 trilliun atau 5,6 persen untuk sektor kesehatan dalam Rancangan Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (RAPBN) Tahun 2024. Salah satu fokus utamanya adalah mencapai target penurunan prevalensi stunting di Indonesia sebesar 14 persen pada 2024.

Terkait dengan ini, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mendorong penggunaan produk lokal dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) tinggi dalam mengatasi stunting dan aktif dalam edukasi pencegahan stunting. Scroll untuk info selengkapnya.

Hasto mengemukakan, bidan sebagai garda terdepan dalam pencegahan stunting penting untuk mendapatkan update dan edukasi terkait pencegahan stunting. 

"Edukasi mengenai sukses menyusui penting sekali. Hari ini anak-anak muda jika tidak diberikan informasi menyusui, bagaimana menjadi ibu yang ASI-nya sukses,” kata Hasto saat peluncuran program Edukasi Bidan dan Intervensi Stunting di Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur, yang digelar Dexa Group dan BKKBN, baru-baru ini. 

Hasto juga mendorong penggunaan produk lokal dengan TKDN tinggi dalam pencegahan stunting. 

"Sekarang arahan pemerintah harus produk lokal. HerbaAsimor mestinya komponen dalam negeri lebih dari 60 persen. Tadi bupati cerita sama saya, Pemda saja bisa belanja karena TKDN lebih dari 60 persen," jelas Hasto.

Bupati Blitar Rini Syarifah mengatakan bahwa untuk mencegah stunting bisa menggunakan bahan-bahan lokal dari daerah sendiri sebagai nutrisi.

"Tadi sudah makan ikan kutuk, ikan gabus itu bagus untuk stunting, dan ternyata ada di HerbaAsimor,” katanya.

Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Kabupaten Blitar tahun 2021 sebesar 14,5 persen dan pada tahun 2022 turun 0,2 persen.

"Saya berharap kasus stunting di Kabupaten Blitar bisa ditekan lagi sehingga bisa zero stunting di 2023,” ujar Rini.

Hal senada disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Christine Indrawati dalam pemanfaatan produk ber-TKDN tinggi dalam menurunkan prevalensi stunting.

“Kabupaten Blitar memutuskan membeli bahan herbal untuk mendukung produksi ASI yakni melalui HerbaAsimor. Ini sejalan dengan program pemerintah untuk berbelanja produk dalam negeri dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN tinggi minimal 25 persen, maka kami cari bahan-bahan dengan kandungan TKDN tinggi," tuturnya. 

"Di 2022 kami belanja HerbaAsimor yang kami bagikan kepada ibu-ibu menyusui. Sasaran pemberian HerbaAsimor kepada 1.462 orang dan diberikan selama 6 bulan. Hasilnya, 80 persen produksi ASI meningkat," sambungnya. 

Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Jawa Timur, Lestari mengungkapkan IBI Jawa Timur memiliki jumlah
terbanyak di Indonesia dan menjadi sumber kekuatan Provinsi Jawa Timur dalam upaya penurunan stunting
yang masih menjadi prioritas.

"Bidan adalah garda terdepan dalam kesehatan ibu dan anak. Memiliki kompetensi utama dalam membantu ibu
di masa kehamilan hingga pascapersalinan, salah satu peran penting adalah memfasilitasi ibu agar dapat
memberikan ASI Eksklusif dan nutrisi seimbang. Karenanya, kami siap mensosialisasikan dan menyukseskan program penurunan stunting,” kata Lestari.

Corporate Affairs Director Dexa Group, Tarcisius Tanto Randy mengatakan, pihaknya juga berkontribusi mengatasi stunting bersama BKKBN, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda), dan Ikatan Bidan Indonesia dengan mengedukasi para bidan di Kabupaten Blitar.

"Kerja sama mengedukasi bidan dan masyarakat terkait pentingnya menjaga kehamilan di 1.000 Hari Pertama
Kehidupan telah kami lakukan di beberapa kota di Indonesia seperti di Yogyakarta, Kabupaten Brebes, Surabaya, Kabupaten Wonosobo, Palembang dan saat ini di Kabupaten Blitar melalui program corporate sosial inisiatif Dharma Dexa,” jelas Tarcisius.