Terkuak, Guru Besar UI Sebut Alasan Pasien Obesitas Bermunculan di Indonesia

Ilustrasi obesitas.
Sumber :
  • U-Report

JAKARTA – Selepas viralnya pria berbobot 300 kilogram, kasus-kasus obesitas kian ramai bermunculan di Indonesia dari berbagai daerah. Ramainya muncul obesitas ini sebenarnya seperti fenomena gunung es yang akhirnya mendapat perhatian lantaran dampak obesitas yang tak hanya pada berat badan semata, tapi juga merugikan fungsi kesehatan organ lainnya.

Guru Besar Universitas Indonesia, Prof Dr dr H Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, menjelaskan bahwa kasus obesitas mulai bermunculan di tahun ini saat bayi berbobot jumbo asal Bekasi yang viral hingga hadir pula sosok pria asal Tangerang dengan bobot 300 kilogram.

Fajri, pria obesitas asal Tangerang itu akhirnya harus meninggal dunia lantaran sudah mengalami sejumlah komplikasi. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

"Obesitas ini seperti pria dengan berat 300 kilogram ini kita tim berusaha bantu di RSCM, walau akhirnya tidak bisa diselamatkan," ujar Prof Ari yang juga merupakan dokter spesialis penyakit dalam konsultan gastroenterologi hepatologi, dalam acara konferensi pers di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Jumat 7 Julo 2023.

Obesitas - Ilustrasi foto oleh mohamed_hassan on pixabay.com

Photo :
  • vstory

Saat itu, Fajri dipindahkan dari RSUD Tangerang ke RSCM lantaran mengalami sesak napas. Di RSCM pun, Fajri mendapatkan penanganan dari tim dokter multidisiplin dengan ditempatkan di ruangan khusus meski akhirnya meregang nyawa. 

Selepas viralnya kasus tersebut, kasus obesitas lainnya pun kian bermunculan karena sebagian pasien mengalami keluhan penyakit. Kasus obesitas yang muncul ini, menurut Prof Ari, sudah termasuk kondisi darurat lantaran dapat memicu bahaya penyakit lain, seperti diabetes mellitus.

"Setelah itu, muncul kasus-kasus lainnya dengan berat 200 kg, 250 kg. Ini kayak seperti emergeing obesitas, yang mana obesitas bisa terkait dengan diabetes mellitus (DM)," ujar Prof Ari.

Menurut Prof Ari, obesitas dan diabetes mellitus berkaitan erat lantaran dipicu oleh gaya hidup yang buruk. Terlebih, pasien diabetes mellitus pun kini mulai mengintai usia muda lantaran kondisi obesitas yang tak tertangani dengan baik.

Ilustrasi obesitas.

Photo :
  • U-Report

"Saya melihat kecenderungan pasien-pasien DM dulu mungkin umur 30 tahun. Sekarang, curiga pasien obesitas ini, cek dulu, ternyata toleransi glukosa sudah terganggu. Kalau tidak diatasi, akan berdampak pada diabetes," imbuh Prof Ari.

Menurut Guru Besar UI, Dr. dr. Rr. Dyah Purnamasari Sulistianingsih SpPD, obesitas dan diabetes sangat berkaitan karena kondisi ini dipengaruhi oleh hormon.

Perubahan hormon yang terjadi ini memicu gangguan pada insulin, di mana memicu gula darah meningkat hingga terjadi pre-diabetes dan lambat laun berubah menjadi diabetes.

"Pasien diabetes ini meningkat seiring dengan kenaikan kasus obesitas," terangnya.

"Gangguan insulin terjadi karena ada perubahan hormon saat obesitas terjadi. Itu ganggu fungsi insulin. Orang-orang yang bisa turunkan berat badan, gula darahnya akan lebih baik," sambungnya.

Cipto, pria obesitas 200 kg di Tangerang dievakuasi ke RSUD Tangerang

Photo :
  • Antara

Diabetes ini pun akhirnya mengintai usia muda lantaran obesitas yang semakin tinggi angkanya. Tercatat, sejak 15 tahun terakhir Riset Kesehatan Dasar di Indonesia terjadi kenaikan kasus obesitas dengan angka yang signifikan.

"Penyebab tersering diabetes tipe 2 adalah obesitas. Data terakhir di Riskesdas 2018, 3 dari 10 populasi indonesia itu obesitas. Itu cukup besar," tambahnya.

Data juga menunjukkan bahwa ada kenaikan dua kali lipat dari pasien diabetes yang muncul di bawah usia 40 tahun dari tahun ke tahun.

Yang dikhawatirkan, kata dokter Dyah, komplikasi diabetes yang bisa membahayakan nyawa sehingga pencegahannya sendiri paling mudah dilakukan dengan pola makan yang baik.

"Diabetes tipe 2 dialami lebih dini, dampak kena serangan jantung 4 kali lebih tinggi. Kena di bawah 19 tahun, maka harapan hidup turun 15 tahun. Lalu, dampaknya juga kena komplikasi kronik biaya kesehatan lebih tinggi dan menurunkan produktivitas kerja," tandasnya.