Mengenal Antraks, Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia

Manusia dapat terinfeksi antraks melalui kontak langsung dengan hewan
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Kornelis Kaha

Yogyakarta – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan tiga warga Kabupaten Gunungkidul, DIY meninggal dunia diduga akibat terinfeksi antraks. Ketiga warga tersebut merupakan warga Semanu, Yogyakarta.

Siti Nadia Tarmizi, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Mayarakat Kemenkes, mengungkapkan bahwa tiga orang tersebut termasuk dalam total 93 warga yang diduga terinfeksi antraks setelah mengonsumsi daging sapi tidak sehat atau mati karena penyakit.

Lantas, apa itu antraks?

Ilustrasi bakteri antraks

Photo :
  • NIH

Dikutip dari situs Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, antraks adalah penyakit bakterial bersifat menular akut pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis.  

Antraks bermakna "batubara" dalam bahasa Yunani, dan istilah ini digunakan karena kulit para korban akan berubah hitam. Antraks paling sering menyerang herbivora-herbivora liar dan yang telah dijinakkan.

Penyakit Antraks bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya, namun tidak dapat ditularkan antara sesama manusia.

Bacillusanthracis sebagai penyebab penyakit Antraks, bersifat gram positif, berbentuk batang, tidak bergerak dan membentuk spora. Bentuk vegetatifnya dapat tumbuh subur di dalam tubuh dan segera menjadi spora apabila berada di luar tubuh ketika kontak dengan udara luar. Spora ini dengan cepat akan terus menyebar melalui air hujan.

Ternak dapat terinfeksi penyakit Antraksapabila memakan pakan atau meminum air yang terkontaminasi spora tersebut atau jika spora mengenai bagian tubuh yang luka. 

Penyebaran penyakit antraks

Hewan ternak sapi

Photo :
  • ANTARA FOTO/Aji Styawan

Ternak penderita dapat menulari ternak yang lain melalui cairan (eksudat) yang keluar dari tubuhnya. Cairan ini kemudian mencemari tanah sekelilingnya dan dapat menjadi sumber untuk munculnya kembali wabah di masa berikutnya.

Spora bakteri B. Anthracis dilaporkan mampu bertahan sampai puluhan tahun di tanah dan hanya mati oleh pemanasan pada temperatur 100oC selama 20 menit atau pemanasan kering 140oC selama 30 menit.

Hewan yang tertular antraks

Penyakit Antraks pada kambing paling banyak bersifat per akut atau akut. Pada kejadian per akut, kambing yang semula sehat mendadak jatuh, sesak nafas, gemetar, kejang lalu mati dalam waktu beberapa menit/jam akibat pendarahan di otak. 

Pada kejadian akut, ditandai dengan demam yang tinggi (41,5oC), gelisah, depresi, sukar bernafas, detak jantung cepat tetapi lemah, selaput lendir mulut serta mata menjadi merah tua dan akhirnya mati. 

Kadang–kadang juga terjadi diare berdarah dan air seninya berwarna merah atau berdarah. Pada bangkai hewan yang terkena anthraks sering terlihat adanya darah yang keluar dari lubang-lubang kumlah seperti mulut, telinga hidung, dan anus. Darah tidak membeku dan biasanya limpa membesar berwarna merah kehitaman.

Ternak menderita antraks jangan dibedah

Hewan ternak mati dengan mata dan lidah yang hilang

Photo :
  • New York Post

Bangkai ternak yang dicurigai menderita Antraks tidak diajurkan untuk dibuka (bedah bangkai). Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan dengan mengambil darah dari telinga dan dibuat preparat ulas.

Hewan/spesimen Antraks yang telah busuk maupun yang telah dikeringkan bertahun-tahun dilaporkan masih mampu memberikan hasil yang positif pada uji Ascoli.

Pengendalian penyakit antraks

Teknologi pengendalian penyakit Antraks dapat dilakukan dengan memberikan vaksinasi pada ternak yang belum terinfeksi. BALITVET telah berhasil membuat vaksin tersebut dan pernah memproduksinya tetapi saat ini, teknologi tersebut telah dialihkan ke PUSVETMA Surabaya. 

PT. Vaksindo juga telah memproduksi vaksin sejenis. Ternak yang terjangkit Antraks dapat diobati dengan preparat antibiotika tetrasiklin atau penisillin dosis tinggi selama 5 hari berturut-turut, tetapi biasanya pengobatan pada keadaan hewan sekarat kurang efektif.

Dilaporkan bahwa antibiotika enrofloxacin, neomycin, navobicin, klorampenikol dan kanamycin juga mampu membunuh bakteri Antraks. Pengobatan Antraks viseral dapat dilakukan dengan penisilin G 18-24 juta IU per hari secara intra vena ditambah dengan 1 gram tetrasikin per hari. 

Pengobatan Antraks nafas hampir sama dengan yang viseral tetapi ditambah streptomicin 1-2 gram/hari, sedangkan pengobatan Antraks kulit dapat dilakukan dengan suntikan prokain berdosis 2 x 1,2 juta IU secara intra muskular selama 5-7 hari atau dengan benzyl penilisin berdosis 250.000 IU setiap 6 jam.

Penanganan ternak pasca mati

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah penanganan ternak pasca mati. Bagi ternak yang sudah mati harus dibakar atau diberi desinfektan kemudian dikubur. Ternak yang mati dicegah agar tidak dimakan oleh hewan pemakan bangkai guna mencegah penyebaran yang lebih luas.

Bagi masyarakat peternak jika menjumpai kejadian penyakit pada ternak dengan gejala menciri penyakit Antraks, atau menemukan bangkai atau ternak mati yang memiliki gejala penyakit Antraks agar dapat melaporkan ke Puskeswan atau petugas teknis di bidang Peternakan dan Kesehatan hewan terdekat.