Kasus Rabies Meningkat, Ini Pentingnya Bentengi Diri dengan Vaksin
- VIVAnews/Tri Saputro
JAKARTA – Kasus penyebaran rabies kembali meningkat setelah baru-baru ini ditemukan 11 kasus kematian, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan. Masyarakat pun perlu edukasi mendalam untuk terhindar dari paparan rabies hewan dengan vaksinasi khusus anti rabies.
“Rabies akhir-akhir ini muncul kembali karena selama pandemi COVID-19 kita beraktivitas di rumah, sehingga kita tidak ketemu dengan anjing. Sebanyak 99 persen penularan rabies melalui anjing. Memang bisa ditularkan melalui kucing, monyet, dan sebagainya. Jadi hati-hati sekarang rawan tertular rabies,” ujar dr. Asep Purnama, SpPD-FINASIM dari RSUD dr. TC Hillers Maumere, dalam Live Instagram @ptkalbefarmatbk, dikutip Rabu 28 Juni 2023.
Ia mengatakan bahwa masyarakat jarang sekali keluar rumah maupun bertemu anjing di jalanan. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
Selama 3 tahun ini pun anggaran fokus untuk menangani COVID-19, sehingga cakupan vaksinasi rabies pada anjing berkurang, tidak ada perlindungan, anjing tertular rabies, dan ditularkan ke manusia. Dalam hal ini, kata dr. Asep, anjing yang menggigit manusia dapat menularkan rabies.
Berdasarkan data tersebut, hingga bulan April 2023 di Indonesia terdapat 31.113 kasus gigitan hewan penular rabies dan 23.211 kasus gigitan yang sudah mendapatkan vaksin anti rabies.
Lebih lanjut, sebanyak 26 provinsi menjadi wilayah endemis rabies, namun terdata 12 provinsi yang bebas rabies, yaitu Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Papua Barat, Papua, Papua Selatan, Papua Tengah, Papua Barat Daya, dan Papua Pegunungan.
“Di NTT lagi heboh karena memang kebetulan terjadi KLB (kejadian luar biasa) di Kabupaten Sikka dan terjadi kematian manusia. Memang sebetulnya sejak tahun 1997 virus rabies masuk Flores,” papar dr. Asep.
“Masalahnya, virus yang biasanya hanya ada di Flores sekarang menyebar ke pulau Timor. Masyarakat setempat ketakutan dan anjingnya belum divaksin semua, jadi ini heboh. Ini keadaannya relatif cukup menakutkan, karena obatnya tidak ada tetapi bisa dicegah,” jelas dr. Asep.
Oleh karena itu, sekarang ini saatnya masyarakat berhati-hati untuk tidak tertular rabies. Rabies adalah penyakit yang disebabkan virus rabies, jika seseorang tertular rabies dan sudah muncul gejala yang khas seperti takut air (hydrophobia) dan takut udara (aerophobia) maka angka kematiannya bisa dikatakan 100 persen karena sampai saat ini belum ada obatnya.
"Tapi kalau terluka akibat gigitan anjing, lukanya dibersihkan, kemudian menerima vaksin rabies, itu akan 100 persen terjamin tidak akan tertular rabies,” tambahnya.
Ia pun menjelaskan gambaran klinis orang yang positif rabies. Setelah orang digigit anjing pengidap rabies, ada masa inkubasi sekitar 20-90 hari untuk virusnya masuk ke dalam tubuh dan belum menimbulkan gejala.
Kemudian, muncul gejala, seperti panas, daerah luka mati rasa, dan gatal. Setelah itu, satu sampai dua hari muncul gejala neurologis yang akut dan khas, yaitu takut air dan takut udara. Apabila sudah berada di tahap ini, sudah tidak bisa ditolong atau fatal.
“Sudah dijelaskan dr. Asep, gigitan dengan rabies berisiko kematian, namun bisa diatasi dengan vaksinasi yang bukan hanya untuk hewan. Manusianya juga perlu divaksinasi untuk membangkitkan sistem imun, supaya bisa mengatasi virus rabies. Vaksin rabies bisa didapatkan di fasilitas kesehatan,” tutur Franchise Manager Travel-Endemic Vaccines PT Kalventis Sinergi Farma, Dhimas Sagietha Hariandhana.
Dhimas menekankan bahwa kabar baiknya, vaksin rabies bisa didapatkan di puskesmas, rumah sakit, atau di Rumah Sakit Penyakit Infeksi seperti RSPI Sulianti Saroso Jakarta. Juga di rabies center yang tersebar di seluruh Indonesia, seperti di RSUD dr. TC Hillers Maumere, tempat dr. Asep berpraktik. Di sana, tersedia stok vaksin rabies, tetapi perlu diperiksa kembali ketersediaannya.
“Ketika virus rabies sudah masuk ke saraf pusat manusia, itu menyebabkan kematian. Tetapi bisa dicegah dengan memberikan vaksin secara langsung ketika setelah digigit hewan rabies. Gejalanya bisa muncul beberapa minggu setelah digigit hewan tersebut, tergantung pada gigitan. Lokasi paling berbahaya ialah digigit sekitar leher atau kepala, karena akan langsung kena sistem saraf pusat,” jelas Dhimas.
Lantaran kasus rabies kian meningkat, dr. Asep memberikan tips pencegahannya, yakni pra-paparan dan pasca paparan. Pra-paparan merupakan penerimaan vaksin rabies ketika belum digigit hewan dengan rabies.
Sedangkan pencegahan pasca paparan, vaksinasi dilakukan setelah digigit hewan penular rabies. Kemudian, pihak yang paling berisiko terpapar rabies adalah vaksinator anjing dan petugas potong anjing untuk diperiksa sampel otaknya.
Anak-anak juga perlu divaksin rabies, karena postur tubuh yang belum tinggi memungkinkan anjing melompat sampai ke leher atau kepala anak-anak. Kalau anjing liar menggigit anak-anak, mereka larinya tidak cepat untuk menghindar, anak-anak juga belum bisa melawan.
“Jadi harus diberikan vaksinasi pra-paparan di hari ke-0, hari ke-7, dan hari ke-21. Kalau sewaktu-waktu digigit anjing dan belum mendapatkan vaksin pra-paparan, maka harus segera diberikan vaksinasi pada hari ke 0 sebanyak 2 kali suntikan, dilanjutkan 1 kali suntikan pada hari ke 7 dan ke 21. Diperlukan empat kali suntikan dan tentu akan menyebabkan biaya yang besar. Fungsi vaksin rabies pra-paparan bukan hanya menghemat biaya, namun juga bisa mengantisipasi risiko jika tidak tersedianya stok vaksin,” pungkas dr. Asep.