Fajri Pria Obesitas Sulit Napas dan Punya Banyak Luka Gegara Sulit Gerak, Bisa Sembuh?

Pria obesitas di Tangerang, Muhammad Fajri (27)
Sumber :
  • Instagram @lambe_turah

JAKARTA – Fajri, pria obesitas asal Tangerang saat ini sedang mengalami penurunan kondisi sehingga perlu dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Bobot tubuh Fajri yang nyaris mencapai 300 kg ini memicu kondisinya yang memburuk mulai dari gangguan pernapasan hingga masalah luka. Lantas, bisakah disembuhkan?

Direktur Utama RSCM, dr Lies Dina Liastuti mengatakan bahwa kondisi Fajri saat dirujuk dari RSUD Tangerang ke RSCM nampak kelelahan. Tak hanya itu, kondisi Fajri yang masih sadarkan diri tercatat mengalami kesulitan napas dan gerak sehingga tim dokter perlu memeriksa sejumlah fungsi organ. Scroll untuk informasi selengkapnya.

"Kita sedang memeriksa ada beberapa yang sudah ada hasilnya, antara lain fungsi jantung, paru, ginjal sampai hati kita harus periksakan. Bagaimana yang lain-lain kita harus pastikan apakah perlu diskusi dengan tim dari penyakit langka," ujar dokter Lies dalam konferensi pers, di RSCM, Jakarta, Rabu 14 Juni 2023. 

Lantaran kondisinya yang langka, dokter Lies tak dapat memastikan peluang kesembuhan Fajri. Sebab, proses pengobatannya membutuhkan berbagai alat perawatan serta waktu yang cukup lama dengan tim dokter multidisiplin agar benar-benar menangani dengan tepat. Satu hal yang paling disorot adalah sistem pernapasannya.

"Melihat kasus ini kayanya agak lama (sembuh). Kita harus berpikir mengenai kondisi berat saja bagaimana harus lepas dari ventilator. Kita tak mungkin lepas dalam 1-2 hari," ujar dokter Lies.

Lebih dalam, tim medis saat ini sedang berupaya untuk menstabilkan kondisi Fajri yang mengalami penurunan sistem pernapasan sehingga butuh alat penunjang napas tersebut. Selain itu, dokter menyoroti sejumlah luka yang ada di tubuh Fajri untuk segera diobati.

"Lukanya juga banyak. Saking besarnya gesekan antar anggota tubuh jadi bikin luka, misalnya di paha dan punggung karena dia terus terlentang," bebernya.

Maka, dokter masih memproses kesembuhan Fajri dengan sejumlah cara tersebut, termasuk belum memprioritaskan penurunan berat badannya. Setelah kedua faktor tersebut teratasi, maka tim dokter baru akan mencoba mengurangi berat badan Fajri melalui teknologi canggih.

"Kami sedang berpikir untuk penanggulangan kegemukan dengan teknologi lebih canggih, apakah dengan operasi lambung atau ususnya. Tapi itu nanti setelah dia stabil, jadi kira-kira lama," tambah dokter Lies.

Muhammad Fajri, pria berbobot 300 Kg.

Photo :
  • VIVA/Sherly

Sebelumnya, Fajri dirawat di rumah sakit di Tangerang hingga akhirnya mengalami penurunan kondisi yang berat, khususnya sistem pernapasan hingga luka di sejumlah area tubuh. Hal itu membuat Fajri semakin sulit bergerak, bahkan sekadar berbaring terlentang pun sulit baginya. Untuk itu, RSCM memberi ruangan yang membantu tim medis untuk mudah memantau kondisi Fajri selama 24 jam.

"Beban bagi tubuh manusia untuk bisa memberikan metabolisme ke seluruh tubuh yang begitu besar tentu menjadi sangat berat. Jantung bekerja jadi sangat berat, paru-paru bekerja jadi sangat berat, apalagi dia tidak pernah bergerak," jelas dokter Lies.

Tim dokter juga masih memantau dengan jeli agar memastikan bobot tubuh Fajri yang sebenarnya. Saat dirujuk, bobot tubuh Fajri dilaporkan sebesar 260 kg. Namun, RSCM belum bisa memberikan informasi mengenai berat badan sebenarnya karena alat pengukurannya pun tak memadai.

"Terkait berat sesungguhnya memang yang kita terima itu berdasarkan estimasi. Pertama dikirim dengan estimasi 260 kg, tetapi kita memang harus mengukur secara aktual beratnya berapa," tandasnya.

Ada pun, perawatan yang dibutuhkan di antaranya ventilasi mekanik menggunakan ventilator untuk membantu pernapasan sementara pemantauan ketat tanda vital tekanan darah, pernapasan, saturasi oksigen, dan laju nadi, teropong saluran napas untuk evaluasi ada dahak yang tersumbat atau tidak dan menilai saluran napas dan paru-paru pasien, pemeriksaan hormon insulin, hormon tiroid, dan gula darah puasa untuk mengevaluasi kondisi obesitas pasien, rencana pemeriksaan aliran darah ke kepala oleh dokter saraf untuk menilai ada penurunan suplai darah ke otak atau tidak, dan rencana pemberian obat topikal untuk infeksi di kulit.

Rencana-rencana prosedur perawatan tersebut di atas diperlukan untuk menstabilkan kondisi pasien saat ini, di mana pasien membutuhkan ventilasi mekanik karena terdapat kondisi gagal napas yang membuat pasien tidak bisa bernapas dengan sendirinya.