Angka Kematian Kanker Paru Meningkat, Banyak Dialami Anak Muda Akibat Merokok
- Pixabay
VIVA Lifestyle – Angka kematian akibat kanker paru di Indonesia semakin meningkat dan mulai menyerang anak-anak muda karena gaya hidup yang tidak sehat. Berdasarkan data GLOBOCAN (Global Cancer Observatory), kanker paru merupakan jenis kanker terbanyak ketiga di Indonesia dan penyebab nomor satu kematian akibat kanker. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kanker paru-paru merupakan jenis kanker yang paling erat kaitannya dengan merokok.
Perokok menjadi yang paling berisiko terkena kanker paru bahkan meninggal karena kanker tersebut. Seiring bertambahnya waktu, usia pengidap kanker paru pun kian menurun. Dengan kata lain, kanker paru mulai dialami oleh orang yang lebih muda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Scroll lebih lanjut ya.
“Orang yang merokok memiliki risiko 15–30 kali lebih tinggi terkena kanker paru atau meninggal akibat kanker tersebut, dibandingkan orang yang tidak merokok,” ujar Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia), dr. Sita Laksmi Andarini, Ph.D, Sp.P (K), dalam media briefing di Jakarta, Rabu 31 Mei 2023.
Menurut Global Adult Tobacco Survey (GATS) tahun 2021, tercatat bahwa dalam kurun waktu 10 tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah perokok dewasa yakni 60,3 juta pada tahun 2011 menjadi 69,1 juta pada tahun 2021. Prevalensi perokok remaja usia 13-15 tahun pun tercatat meningkat sebesar 19,2 persen.
"Kalau kita lihat data di luar negeri, (usia penderita) kanker paru itu di umur 68. Di Indonesia, usia tengah penderita kanker itu 58 tahun, 10 tahun lebih muda. Karena mulai merokok di Indonesia jauh lebih muda dibanding di luar negeri," ujar dokter Sita.
Terlebih lagi, kata dr. Sita, gejala kanker paru sering kali tidak tampak pada stadium awal, karena tanda-tandanya mirip dengan penyakit umum lain, seperti TBC (tuberculosis) ataupun dampak dari kebiasaan merokok jangka panjang. Maka, tidak sedikit pasien yang datang ke dokter dengan kondisi kanker paru yang sudah berada pada stadium lanjut.
Maka dari itu diperlukan kesadaran diri yang tinggi pada masyarakat untuk saling mengingatkan pentingnya pencegahan kanker paru dengan menghindari rokok. Masyarakat juga sebaiknya segera melakukan screening dan deteksi dini kanker paru. Screening sebaiknya dilakukan oleh orang berisiko tinggi yaitu laki-laki berusia di atas 40 tahun, memiliki riwayat merokok, memiliki keluarga dengan riwayat kanker, dan memiliki pengalaman bekerja di lingkungan yang berisiko memicu sel kanker seperti pekerja tambang atau konstruksi.
Fakta lainnya mengungkapkan terdapat lebih dari 80 persen kanker paru merupakan tipe kanker paru bukan sel kecil (non small cell lung cancer atau NSCLC). Kemudian, sekitar 40 persen dari NSCLC terjadi mutasi reseptor pertumbuhan epidermal (EGFR). Rekomendasi pengobatannya tentu berbeda dengan tipe kanker paru lain.
“Terapi bagi pasien kanker paru tentunya sangat bervariasi tergantung dari tipe atau jenisnya. Pada pasien dengan jenis kanker paru bukan sel kecil (non small cell lung cancer atau NSCLC), pasien akan direkomendasikan dengan obat small molecule EGFR TKI atau penghambat tyrosine kinase,” jelas dr. Sita.
Berdasarkan data BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan), penyakit kanker merupakan penyakit katastropik atau penyakit berbiaya mahal yang selalu menyedot anggaran terbesar dari klaim layanan kesehatan program JKN-KIS. Penyakit Kanker menyerap dana sebesar Rp3,5 Triliun atau 18 persen dari total biaya klaim layanan, bahkan pada tahun 2019 lebih besar yaitu Rp4,1 triliun.
Pasien pun membutuhkan terapi yang berkualitas dan terjangkau. Sedangkan selama ini, belum tersedia obat terjangkau produksi dalam negeri. Kalbe memperhatikan fakta tersebut dan melakukan inovasi obat kanker paru generik pertama karya anak Bangsa, yang bisa didapatkan melalui JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).
“Saat ini di pasaran hanya tersedia produk EGFR TKI impor, maka PT Kalbe Farma melalui anak perusahaannya, PT Global Onkolab Farma, berinisiatif menyediakan terapi yang efektif, berkualitas, dan terjangkau, dengan memproduksi Erlotinib generik karya anak Bangsa yang sudah tersedia di e-katalog obat dalam skema JKN yang dapat dinikmati oleh seluruh pasien yang membutuhkan,” ujar Presiden Direktur PT Global Onkolab Farma, a Kalbe Company, dr. Selvinna, M.Biomed.