Mematikan! Tingkatkan Risiko Serangan Jantung dan Stroke, Kenali Eksaserbasi pada Pasien PPOK

Ilustrasi paru-paru.
Sumber :
  • Freepik/kjpargeter

VIVA Lifestyle – Penyakit Paru Obstruktif Kronis atau PPOK adalah penyakit pernapasan kronis yang disebabkan oleh paparan jangka panjang zat-zat berbahaya seperti asap rokok dan polusi udara. 

PPOK menyebabkan gangguan serius pada fungsi kesehatan paru-paru dan menyebabkan sesak napas, batuk kronis, produksi dahak berlebihan, kelelahan yang menurunkan ambang aktivitas fisik, dan peningkatan risiko infeksi paru. Scroll untuk mengetahui informasi selengkapnya.

Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di tahun 2013 menunjukkan prevalensi pasien PPOK mencapai 3,7 persen. Sedangkan data dari Diagnosis dan Penatalaksanaan PPOK PDPI Edisi tahun 2016 menyebutkan bahwa prevalensi pasien PPOK di Indonesia mencapai 5.6 persen, atau sekitar 8,5 juta jiwa. 

PPOK yang tidak terdiagnosis atau tertangani dengan optimal akan memperburuk kondisi pasien yang disebut dengan eksaserbasi. Lantas apa itu eksaserbasi? Pulmonologist dari University London St George, Inggris, Prof. Paul Jones, MD, Ph.D mengungkap bahwa eksaserbasi sering sekali diidentikkan dengan infeksi, padahal hal itu tidaklah sama.

"Ada berbagai istilah soal eksaserbasi kalau di Indonesia ada istilah 'chest cold' kurang suka dengan istilah itu karena kalau chest cold itu mudah diatasi seperti demam. Tapi  eksasebarsi ini lebih mematikan dari sekadar chest cold," kata Prof. Paul dalam acara peresmian digital platform EducAIR dan kampanye Peduli Paru OK, di Raffles Hotel Jakarta Selatan, Senin 29 Mei 2023.

Lebih lanjut diungkap Prof, Paul Jones, eksaserbasi bisa menyebabkan pasien tersebut harus dirawat inap di rumah sakit, dan tidak bisa melakukan aktivitas apapun. Bahkan mereka yang didiagnosis eksaserbasi membutuhkan waktu pemulihan hingga tiga bulan lamanya.

"Merasa sesak satu sampai dua minggu, eksaserbasi ini butuh waktu saatu sampai tiga bulan untuk bisa pulih. Eksaserbasi bisa menyebabkan peningkatan risiko serangan jantung dan stroke," jelas dia.

Dia juga menyebut bahwa pasien PPOK umumnya akan mengalami eksaserbasi sebanyak satu hingga dua kali dalam setahun. Sementara itu, pasien dengan PPOK juga membuat pasien tersebut mengalami keterbatasan dalam beraktivitas.

“Ada dua efek utama pada PPOK, pertama keluhan pernapasan yang memengaruhi pasien. Karena gangguan pernapasan pasien PPOK mengalami kelelahan hingga akhirnya menjadi terbata aktivitasnya. Pekerjaan seperti mengganti pakaian, mandi, mencuci akan menjadi berat bagi mereka,” kata dia.

Ilustrasi serangan jantung/stroke.

Photo :
  • Freepik/rawpixel.com

Tak hanya itu saja, Prof. Paul juga menyebut pasien PPOK juga akan mengalami masalah secara mental karena penyakitnya ini.

“Sebabkan anxiety dan depresi pada pasien dan ini akan memperburuk dari sisi emosional pasien,” kata dia.