Miris, Lebih 200 Kota di Indonesia Risiko Tinggi Penularan Polio

Ilustrasi anak mendapatkan vaksin polio
Sumber :
  • Antara/REUTERS/Parwiz

VIVA Lifestyle – Kementerian Kesehatan menilai bahwa sejumlah penyakit menular yang rentan mengintai anak berisiko mewabah kembali. Bahkan, tercatat lebih dari 200 kota di Indonesia berisiko tinggi penularan penyakit menular seperti polio yang membahayakan nyawa anak.

Cakupan imunisasi harus digenjot, mengingat mayoritas provinsi di Indonesia memiliki risiko penularan polio, campak, dan difteri yang tinggi. Sebanyak 21 provinsi dan 296 kabupaten/kota merupakan wilayah dengan risiko tinggi transmisi polio. Scroll untuk info selengkapnya.

Demikian juga dengan campak, sebanyak 10 provinsi dan 194 kabupaten/kota di Indonesia masuk ke dalam wilayah dengan risiko transmisi campak yang tinggi dan sangat tinggi. Kondisi ini membuat anak-anak makin rentan dengan penyakit menular yang sebelumnya sudah tidak ada kasusnya di Indonesia.

“Dalam upaya mengejar cakupan imunisasi, Kemenkes menjalankan program pemberian imunisasi tambahan polio, difteri dan campak," ujar Juru Bicara Kemenkes dr. Mohammad Syahril pada konferensi pers cakupan imunisasi, dikutip Kamis 25 Mei 2023.

Tak heran, pada 2022 sampai 2023 terjadi KLB polio tipe 2 di Indonesia. Pada 2022 di Provinsi Aceh di Kabupaten Pidie, Aceh Utara, dan Bireuen, dan pada tahun 2023 cakupan imunisasi polio di Purwakarta Jawa Barat sangat rendah.

"Imunisasi tambahan polio dilakukan di provinsi Jawa Barat, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau. Sementara imunisasi tambahan difteri dilaksanakan di kabupaten Garut, serta imunisasi tambahan campak di provinsi Papua Tengah,” tuturnya.

Khusus untuk kanker, akan dilakukan program pemberian vaksinasi HPV secara gratis untuk mencegah angka pengidap kanker leher rahim (kanker serviks) pada wanita. Vaksin HPV diberikan kepada anak perempuan kelas 5 dan 6 SD. Tahun ini akan diberikan secara merata di 34 Provinsi di Indonesia.

Selain vaksinasi, Kemenkes juga tengah menyiapkan program percontohan untuk pemeriksaan kanker serviks menggunakan metode HPV DNA Test. Saat ini HPV DNA test dilakukan di lima kota di Provinsi DKI Jakarta, yaitu Jakarta pusat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Utara dan Jakarta Timur.

Dikatakan dr. Syahril, dibutuhkan kerja keras dari berbagai pihak, khususnya pemerintah daerah untuk memastikan capaian imunisasi dapat sesuai dengan target.

Ilustrasi imunisasi bayi

Photo :
  • ist

“Dengan demikian kita dapat melindungi masa depan generasi penerus bangsa, memastikan anak-anak kita dapat tumbuh dengan baik dan sehat,” ucap dr. Syahril.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan mengejar ketertinggalan Imunisasi anak dengan menginisiasi program imunisasi kejar dengan suntikan ganda. Program yang bertujuan untuk meningkatkan cakupan imunisasi rutin lengkap pada anak yang menurun drastis selama pandemi COVID-19.

Pemerintah menaruh harapan kepada kesiapan tenaga kesehatan sebagai garda terdepan pelayanan. Tenaga kesehatan harus mampu memberikan edukasi maupun sosialisasi terhadap masyarakat akan pentingnya suntikan Imunisasi ganda. 

“Biasanya kalau ada suntikan ganda mereka mundur dua minggu, jadi tidak berani diberikan bersamaan karena takut efek samping," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, dr. Rochady Hendra Setya Wibawa disela-sela kunjungan kerja Delegasi Kemenkes, dalam keterangan persnya.

Namun, tantangan yang dihadapi saat ini adalah masih ada tenaga kesehatan yang takut lantaran khawatir terhadap efek samping yang lebih berat. Faktanya, dokter Rochady menegaskan bahwa tak ada efek samping seperti yang dikhawatirkan.

"Padahal efek samping itu sebenarnya tidak ada, cuman mereka berasumsi sendiri atau self diagnosis,” terangnya.

Dokter Rochady menyebut yang terpenting dalam suntikan ganda adalah jenis vaksin yang diberikan lebih dari satu antigen. Misalnya PCV dengan Polio, yang tidak boleh jika jenis vaksin yang diberikan sama.

“Dari penelitian di beberapa negara, bahkan 3 kali suntikan dalam satu waktu sudah biasa, dan laporan efek sampingnya tidak ada, asal (vaksinnya) berbeda,” ungkapnya.