Ribuan Babi Mati di Sulsel Akibat Virus Flu Babi Afrika
- ANTARA/Arief Priyono
VIVA Lifestyle – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Luwu Timur (Lutim), Sulawesi Selatan (Sulsel) melaporkan sebanyak 14.756 ekor ternak babi mati mendadak akibat serangan virus African Swine Fever (ASF) atau flu babi Afrika.
Staf Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Luwu Timur, I Gusti Ngurah mengungkapkan, sejak awal April 2023 lalu virus flu babi masuk melalui daging babi yang dikirim dari luar Luwu Timur. Scroll untuk info selengkapnya.
"Benar, kami simpulkan kemungkinan besar penyebabnya dari virus ASF. Karena hampir semua yang mati menunjukkan gejala yang sama," kata Gusti Ngurah, saat dimintai konfirmasi, Selasa 16 Mei 2023.
Gusti mengungkap total 14.756 ekor babi yang mati akibat terpapar virus ASF itu tersebar di 11 kecamatan di Luwu Timur. Kesebelas kecamatan itu yakni Kecamatan Burau, Wotu, Tomoni, Tomoni Timur, Angkona, Malili, Towuti, Nuha, Wasuponda, Mangkutana dan Kaleana.
"Jadi dari semua total itu berada di sebelas Kecamatan di Luwu Timur," ungkapnya.
Dia memprediksi, kematian ternak babi milik warga akan terus bertambah, karena penyebaran virus flu babi terus terjadi hampir merata di seluruh wilayah di Lutim. Dia pun menyebut jika ribuan babi tersebut mati hanya dalam kurun waktu satu bulan yakni dari April sampai Sabtu 13 Mei 2023.
"Jadi kami Pemkab Lutim, terus mendata jumlah babi kemudian dilaporkan kepada Pemprov Sulsel maupun Kementerian Pertanian. Itu dilakukan untuk mendapatkan penanganan dalam bentuk disinfektan," ungkapnya
Gusti mengakui bahwa Lutim menjadi salah satu daerah di Sulsel yang memiliki banyak peternakan babi.
"Ada banyak sekali titik peternakan babi yang ada di Luwu Timur. Kalau yang masyarakat memelihara dalam jumlah banyak sekali anggaplah kita bilang Tomoni Timur," kata Gusti.
Gusti menduga jika virus ASF masuk ke wilayah Luwu Timur melalui daging babi yang dikirim dari Makassar. Hal itu diketahui setelah adanya kasus pertama ditemukan di Kecamatan Mangkutana.
"Kalau pertama itu kasus awal di Desa Pancakarsa ini di (kecamatan) Mangkutana. Nah itu ada itu salah satu warga desa dikirimkan daging dari Makassar daging babi, kemungkinan sudah terinfeksi dari ASF," katanya
Gusti mengungkap Jalur penyebaran virus ASF masuk melalui sisa-sisa daging yang diberikan ke hewan ternak babi. Kasus itu mulai terjadi di Luwu Timur pada April 2023 lalu.
"Dari situ kemungkinan terjadi kontak secara tidak langsung. Makanan yang dibagikan ke keluarganya, sisa-sisa makanan dikasih mi ke babinya begitu," kata Gusti.
Saat ini, Gusti mengaku jika pihaknya tengah melakukan upaya pencegahan agar virus ini tidak berkembang luas. Upaya tersebut dimulai dari pengecekan kandang babi hingga penyemprotan disinfektan.
"Kita lakukan per masing-masing wilayah, kita lakukan penyemprotan disinfektan, kita juga lakukan inovasi istilahnya janganlah terlalu sembarang orang lalu lalang di peternakan kita. Penyemprotan kandang, untuk mencegah penularan secara langsung atau tidak langsung," terangnya.
Gusti juga meminta para peternak langsung mengubur babi yang mati dan tidak membuangnya ke saluran irigasi. Babi yang mati dikubur dengan kedalaman dua meter.
"Teknik yang bagus kalau sudah terlanjur mati lebih baik dikubur yah dua sampai dua setengah meterlah kedalamannya. Kalau ada kaporit bagusnya itu dikasih kaporit atau kapur," terangnya.