WHO Nyatakan COVID-19 Bukan Lagi Darurat Kesehatan Global

Dirjen WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus
Sumber :
  • WHO

VIVA Lifestyle – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat, 5 Mei 2023, mengatakan bahwa virus corona bukan lagi darurat kesehatan global. Badan kesehatan PBB itu sebelumnya telah menyatakan COVID-19 sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian global dengan tingkat kewaspadaan tertinggi, selama lebih dari tiga tahun.

Apa kata WHO?
Dikutip laman DW, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menekankan bahwa pengumuman tersebut bukan berarti COVID-19 berakhir sebagai ancaman kesehatan global, melainkan sebagai keadaan darurat. Tedros menambahkan bahwa dia tidak akan ragu untuk menilai kembali situasi jika COVID-19 menempatkan dunia kembali dalam bahaya. Scroll untuk info selengkapnya.

"Dengan harapan besar saya menyatakan COVID-19 berakhir sebagai darurat kesehatan global,” kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Namun, kepala WHO itu mengatakan dunia telah melihat tren penurunan virus corona selama lebih dari setahun. Karenanya, dia mengakui bahwa sebagian besar negara telah kembali hidup seperti sebelum pandemi melanda.

"COVID-19 telah mengubah dunia, dan itu telah mengubah kita. Dan memang seharusnya begitu. Jika kita kembali ke keadaan sebelum COVID-19, kita akan gagal untuk mempelajari pelajaran kita, dan mengecewakan generasi masa depan kita," kata Tedros.

Dia kemudian memperingatkan terhadap situasi masyarakat akan kelelahan pandemi. Menurutnya, virus masih akan terus ada dan kian bermutasi sehingga patut diwaspadai meski dinyatakan tak lagi sebagai keadaan darurat.

"Virus ini akan tetap ada, dan semua negara perlu belajar mengelolanya bersama penyakit menular lainnya," tambahnya.

20 Juta Kematian Akibat COVID-19
Menurut WHO, kematian terkait COVID-19 yang dilaporkan turun 95 persen sejak awal 2023 hingga April. Untuk minggu yang dimulai 24 April tahun ini, yang terbaru dengan data lengkap WHO, organisasi tersebut mencatat 3.568 kematian di seluruh dunia. Itu dibandingkan dengan 41.529 pada minggu yang dimulai 2 Januari - di tengah lonjakan kecil beban kasus di pertengahan musim dingin.

Sementara itu, pada puncak pandemi, angka global mingguan mencapai sekitar 100 ribu pasien. Sejak dimulainya pandemi virus corona, lebih dari 765 juta infeksi dan hampir tujuh juta kematian dilaporkan secara resmi ke badan tersebut. 

Ilustrasi COVID-19/Virus Corona.

Photo :
  • pexels/Edward Jenner

Tetapi Tedros mengatakan jumlah kematian yang diperkirakan terjadi akibat pandemi, jika tidak harus karena infeksi COVID-19, setidaknya mencapai 20 juta jiwa secara global. Angka tersebut diperkirakan berdasarkan perbandingan jumlah kematian berlebih, angka semua kematian di luar norma selama krisis di seluruh dunia, sejak 2020 dengan angka pra-pandemi.

WHO sebelumnya mengatakan bahwa hampir 15 juta kematian berlebih pada tahun 2020 dan 2021 disebabkan oleh virus corona, baik secara langsung dari penyakit tersebut atau secara tidak langsung melalui dampaknya terhadap masyarakat dan sistem kesehatan.

Kapan COVID-19 mencapai puncaknya?
Menurut angka WHO, kematian yang dilaporkan terkait COVID-19 mencapai puncaknya pada musim dingin pertama pandemi, dengan rata-rata sekitar 91.000 kematian mingguan pada Desember 2020 dan Januari 2021. Sementara itu, rata-rata kasus mingguan yang dilaporkan pada periode yang sama adalah sekitar 4 juta.

Pada saat itu, lockdown dilakukan di sebagian besar negara, tetapi vaksin belum tersedia dan sistem kekebalan kebanyakan orang belum terpapar virus. Pengujian tidak tersedia secara luas seperti dalam dua tahun berikutnya.

Musim dingin berikutnya, khususnya di bulan Januari dan Februari 2022, lebih sedikit kematian tetapi lebih banyak kasus yang dilaporkan. Rata-rata kematian mingguan sekitar 63.000, sementara rata-rata kasus terkonfirmasi mingguan sekitar 18 juta. Vaksin tersedia pada saat pandemi, dan lebih banyak orang telah terpapar virus dalam dua tahun sebelumnya.