Miris! Masyarakat Sudah Mau ke Dokter Gigi, Tapi Dokternya Gak Ada

Ilustrasi dokter/rumah sakit.
Sumber :
  • Freepik

VIVA Lifestyle – Tingkat kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut masih terbilang cukup rendah. Banyak orang yang enggan pergi ke dokter gigi untuk melakukan pemeriksaan rutin, padahal disarankan untuk melakukan pemeriksaan di dokter gigi sebanyak dua kali dalam setahun atau 6 bulan sekali.

Berdasarkan hasil diskusi yang diadakan oleh Oral Health Foundation (Inggris) dan Unilever Oral Care Global bersama pakar kesehatan gigi dan mulut dari 6 negara (Inggris, Vietnam, Ghana, Indonesia, Tunisia dan Bangladesh), ada tiga faktor utama yang dihadapi Indonesia dalam mengatasi permasalahan mengunjungi dokter gigi tersebut, yaitu faktor biaya, persebaran dokter gigi yang masih belum merata, serta jumlah dokter gigi di Indonesia yang masih terbatas. Scroll untuk info selengkapnya.

Saat ini jumlah dokter gigi yang ada di Indonesia berkisar 40 ribu orang, jika menggunakan rasio 1:3.000, dibutuhkan sekitar 90.000 dokter gigi untuk melayani 270 juta penduduk Indonesia. Tentunya, angka yang ada saat ini masih sangat jauh dari jumlah kebutuhan dokter gigi yang seharusnya.

Ilustrasi mencabut gigi

Photo :
  • goodsamdentalimplants

"Indonesia punya lebih dari 15.000 pulau dan ada 38 provinsi. Tapi sekitar 31,2 persen puskesmas ngga ada dokter gigi. Jadi itu salah satu penyebabnya. Ketika masyarakat sudah sadar mau datang ke dokter gigi, tapi malah dokternya ngga ada," terang Prof. Dr. drg. Tri Erri Astoeti, M.Kes., Anggota Dewan Pakar PB PDGI, dalam Konferensi Pers World Oral Health Day 2023 "Gigi Kuat untuk Senyum Indonesia" di SDN Karet Tengsin 15 Jakarta, Senin 20 Maret 2023.

Kemudian, drg. Rahardyan Parnaadji, M.Kes., Sp.Pros, Ketua Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI) mengungkapkan bahwa lulusan dokter gigi rata-rata per tahun adalah 4.000 orang, sehingga untuk memenuhi kebutuhan 90.000 dokter gigi, diperkirakan akan memakan waktu lebih dari 20 tahun lamanya.

“Lulusan dokter gigi rata-rata per tahun adalah 4.000 orang, dan sejak 2022 mereka melakukan program internship ke berbagai wilayah di Indonesia selama enam bulan. Selain itu, Pemerintah juga telah membuka kesempatan bagi pembukaan Program Studi/Fakultas Kedokteran Gigi baru guna meningkatkan jumlah lulusan dokter gigi yang dapat memenuhi rasio kebutuhan dokter gigi di masyarakat," kata dokter Rahardyan.

Pemerataan dokter gigi berarti bicara soal sumber daya. Dokter Rahardyan menyatakan bahwa saat ini Indonesia memang sedang kekurangan sumber daya dokter gigi terutama untuk daerah terpencil. 

Setiap lulusan dokter gigi yang menempuh 4 tahun pendidikan sarjana harus melanjutkan pendidikan profesi selama 2 tahun. Sehingga menghasilkan dokter gigi butuh waktu yang cukup panjang. 

"Menghasilkan 4.000 dokter gigi per tahun kelihatannya banyak. Tapi begitu dimunculkan data, 4.000 itu kayak ngga kelihatan," katanya.

Ilustrasi dokter/suster.

Photo :
  • Pixabay/voltamax

Oleh karena itu, AFDOKGI bersama Kemenkes memberikan solusi secara perlahan dengan mengadakan program magang bagi para calon dokter gigi.

"Program ini belum jalan sepenuhnya tapi mulai Agustus 2022 lalu sudah ada 3 kali internship. Dokter gigi yang lulus wajib menjalankan pengabdian dan pemantapan profesi di rumah sakit dan puskesmas selama 6 bulan," kata dokter Rahardyan.