Usia Produktif Rentan Diintai Penyakit Ginjal Kronis, Paling Banyak Golongan Umur Ini
- Freepik/wayhomestudio
VIVA Lifestyle – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyampaikan bahwa penyakit ginjal kronis (PGK) rentan dialami oleh berbagai usia, termasuk generasi muda. Meski masih menjadi penyakit yang cukup banyak dialami oleh usia lanjut, namun dengan gaya hidup saat ini, PGK kian mengintai usia muda.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes, Eva Susanti menjelaskan bahwa PGK berdasarkan golongan umur paling banyak dilaporkan di usia 65-74 tahun. Selanjutnya, usia 75 tahun ke atas menempati urutan kedua, yang dilanjutkan dengan kelompok usia 45-54 tahun. Scroll untuk info selengkapnya.
Eva mengatakan bahwa data yang cukup mengejutkan pada kelompok usia selanjutnya yakni dengan rentang 35-44 tahun. Lonjakan kasus PGK pada kelompok umur ini cukup tinggi mencapai 3,31 per mil, yang mana nyaris setara dengan rata-rata pasien PGK Nasional sebanyak 3,8 per mil.
"Ini menampakkan bahwa justru pada orang-orang dengan usia produktif terjadi penyakit ginjal. Ini yang harus kita waspadai. Ini akan membuat yang tadinya bonus demografi bisa saja jadi bencana demografi tanpa kita lakukan upaya-upaya," jelas Eva dalam acara virtual Peringatan Hari Ginjal Sedunia 2023 oleh Kementerian Kesehatan, Selasa 7 Maret 2023.
Secara nasional, prevalensi PGK pada masyarakat usia remaja yakni lebih atau sama dengan 15 tahun pun cukup memprihatinkan. Dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 tercatat sebanyak 3,8 per mil atau 739.208 jiwa, atau sudah naik dari 2 per mil pada tahun 2013.
Ada pun, prevalensi PGK dengan kelompok usia lebih atau sama dengan 15 tahun, data paling tinggi tercatat di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) dengan rata-rata 6,4 per mil. Posisi kedua, kata Eva, ditempati oleh Maluku Utara.
“Jadi cukup meningkat kenaikannya dari tahun 2013 ke 2018. Ini terutama provinsi dengan yang paling tertinggi ada di Kalimantan Utara," lanjut Eva
Kemudian, prevalensi PGK dengan kelompok usia lebih atau sama dengan 15 tahun ini juga cukup tinggi di sejumlah wilayah seperti Sulawesi Utara dan Tengah, DKI Jakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Aceh, Jawa Barat, hingga Maluku dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Untuk prevalensi terendah berdasarkan diagnosis dokter ditempati oleh Sulawesi Barat.
"Jadi ini yang menyumbang prevalensi penyakit ginjal tertinggi di Indonesia, dengan yang terendah ada di Sulawesi Barat, Banten, Riau, Sulawesi Selatan, dan Bangka Belitung berdasarkan provinsi yang terjadi penyakit ginjal kronis," lanjut Eva.
Sementara data berdasarkan jenis kelamin, PGK lebih rentan mengintai kelompok laki-laki dibandingkan perempuan. Namun, Eva tak menyebutkan lebih rinci penyebab PGK rentan mengintai kelompok tersebut.
Tingginya prevalensi PGK ini, memengaruhi beban biaya pemerintah pada penyakit katastropik dengan anggaran sebanyak Rp1,93 triliun hingga November 2022. Ini artinya, PGK menempati posisi keempat beban biaya terbesar setelah jantung Rp10,92 triliun, kanker Rp4,04 triliun, dan stroke Rp2,89 triliun.
"Kita berharap ke depan masyarakat Indonesia bisa lebih sehat sehingga uang ini bisa kita alihkan untuk pembangunan di bidang yang lain. (Seperti) sarana prasarana, jalan, jembatan, sarana kesehatan yang baik," tandas Eva.