AS Klaim COVID-19 Muncul Akibat Kebocoran Laboratorium di China
- Pixabay/Tumisu
VIVA Lifestyle – Departemen Energi AS mengklaim bahwa pandemi virus corona kemungkinan besar muncul dari kebocoran laboratorium China. Meski begitu, Gedung Putih masih mempertahankan opini dengan menyebut bahwa intelijen Amerika masih menyelidiki masalah virus yang meluas di seluruh dunia ini.
Klaim tersebut dicatat dalam laporan rahasia oleh kantor Direktur Intelijen Nasional Avril Haines, The Wall Street Journal melaporkan. Itu menandai perubahan oleh departemen Energi, yang sebelumnya mengatakan masih ragu-ragu tentang bagaimana virus itu muncul.
Dikutip dalam Journal dan The New York Times mengatakan departemen tersebut membuat penilaian dengan keyakinan rendah akan kebocoran lab. Namun, orang-orang yang membaca laporan rahasia tersebut menyoroti bagaimana berbagai lembaga tetap terbagi atas asal-usul COVID-19 dan pandemi yang melanda dunia awal tahun 2020.
"Kesimpulannya, yang dilaporkan sebagai hasil intelijen baru, tetap penting karena departemen tersebut mengawasi jaringan laboratorium nasional, termasuk beberapa yang melakukan penelitian biologi tingkat lanjut," tulis laporan itu.
Departemen tersebut sekarang bergabung dengan Biro Investigasi Federal dengan keyakinan bahwa pandemi, yang telah menewaskan hampir tujuh juta orang, adalah hasil dari kecelakaan di laboratorium China.
"Empat badan intelijen AS yakin COVID-19 terjadi melalui transmisi alami, sementara dua lainnya masih belum diputuskan," Journal melaporkan.
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan menekankan beragam pandangan tentang masalah ini.
"Saat ini, tidak ada jawaban pasti yang muncul dari komunitas intelijen atas pertanyaan ini," katanya.
Pada pertengahan Februari, Organisasi Kesehatan Dunia berjanji untuk melakukan segala kemungkinan sampai kami mendapatkan jawaban tentang asal-usul COVID-19, menyangkal laporan yang menyatakan bahwa badan tersebut telah mengabaikan penyelidikannya. Komunitas ilmiah memandang penting untuk menentukan asal-usul pandemi untuk melawan atau bahkan mencegah pandemi berikutnya dengan lebih baik.
Ada pun, Varian baru COVID-19 terus menerus bermunculan dengan sifatnya yang berbeda dari varian sebelumnya, dengan kemungkinan risiko yang lebih fatal. Terkini, dua varian baru COVID-19 yang mendominasi di dunia pun memiliki karakteristik berbeda yakni XBB.1.5 dan BF.7. Lantas, manakah yang lebih berbahaya diantara dua varian tersebut?
Dikutip laman The Health Site, SARS-CoV-2 yang menyebabkan infeksi COVID-19 pertama kali terdeteksi di kota Wuhan di China pada tahun 2019. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan wabah virus sebagai pandemi setelah sistem perawatan kesehatan global terguncang parah oleh transmisi masif, menyebabkan miliaran orang terinfeksi.
Aspek paling berbahaya dari wabah ini adalah kemampuan virus untuk bermutasi dan membentuk galur baru dan lanjutan, yang juga dikenal sebagai varian. Dalam tiga tahun terakhir, virus COVID-19 telah bermutasi beberapa kali, dan setiap kali memunculkan varian baru, dunia menghadapi tantangan waktu nyata dalam mengelola laju infeksi. Saat ini, ada dua varian strain Omicron COVID-19 yang sangat bermutasi, yang mendorong gelombang baru di China dan Amerika Serikat.